Chapter #8

14.6K 1.8K 330
                                    

"Jungkook,"

Bahkan hanya dengan pnggilan sebegitu singkat, mampu menjadikan kedua pemuda itu melepas pagutan. Menjadikan keduanya berbalik, hingga sorot mata bersibobrok dengan entitas gadis keturunan Jepang yang tampak melangkah pelan kearah mereka berdua. Dalam beberapa detik, Jungkook merubah raut wajah canggungnya menjadi dingin dan seangkuh biasa. Membuang segala ketakutan yang sempat dirasa. Menjadikannya merasa kuat, sebab terlampau yakin bahwa seorang yang bermasalah bukan Park Jimin.



Melainkan gadis berdarah jepang yang melangkah pelan kearahnya dengan satu pisau kecil ditangan kanan.

"Apa yang tidak kau pahami dari ucapanku tentang datang sendiri, Jeon."           Mina berucap sinis sembari menyeringai tipis, begitu langkah kakinya terhenti tepat dihadapan kedua pemuda tersebut. Mata tajamnya menatap culas wajah Jimin dan Jungkook secara bergantian penuh dengan sorot benci.


"Bukan Jungkook, tapi aku sendiri sengaja mengikutinya."        Jimin menjawab cepat dengan tatap mata tidak kalah tajam. Sudut bibir terangkat mengukir satu seringai tipis begitu merasa bahwa Mina sama sekali tidak menunjukkan gesture ketakutan pada dirinya.

Gadis itu mendengus persetan sembari mengusap mata pisau dengan jemari lentiknya. Sorot mata melirik aura angkuh pemuda Jeon, yang bahkan raut pucat pasinya teramat kentara. Ketakutan yang masih tampak nyata, meski pemuda itu berusaha sebaik mungkin menutupi.
"Waahh, ada yang sok menjadi pahlawan, rupanya."

Lantas Jemari tangan Park Jimin mengepal erat. Menahan segala amarah yang siap meledak, meluluh lantahkan segala apa yang ada disekitarnya. Mata ambernya kian menajam mendapati seringai mengejek dari bibir gadis itu.

"Dengar baik-baik, aku tidak punya urusan denganmu, Park Jimin. Jadi, sekarang masih ada waktu untukmu lari sebelum akuㅡ"

"Dengar baik-baik juga, jalang."        Pemuda Park menyahut cepat, memotong ucapan gadis tersebut tidak kalah sadis dengan menekankan kata jalang setegas mungkin.               "Apapun yang berurusan dengan Jungkook, maka menjadi urusanku juga. Dan perlu kau tau, aku bahkan bisa mematikanmu dalam waktu kurang dari satu menit jika berani melukainya, seujung kuku sekalipun."

Jungkook masih diam disisi tubuh Jimin dengan keringat dingin yang mengucur disekujur tubuhnya. Mendadak tenggorokan serasa kering seketika begitu rungunya mendengar ucapan bunuh membunuh dari bibir kedua seniornya.

Tampak Mina mengangguk santai dengan senyum ganjilnya.
"Baik, kalau begitu katakan padaku, siapa orang pertama yang harus mencicipi pisau kesayanganku, tuan pahlawan?"

Hening cukup lama sebab baik Jimin maupun Jungkook tidak ada yang sudi menjawab pertanyaan sialan gadis gila tersebut. Menjadikan Mina melangkah mendekat dengan bibir mengukir tawa lebar tanpa dosa, layaknya master dari psikopat tersenior.

"T-tunggu. Berhenti disana."       Jungkook dengan suara gemetar berusaha menghentikan langkah Mina.
Menjadikan gadis itu menurut telak, menghentikan langkah dalam sekejap.          "Apa? Kenapa ingin membunuh kami?"

Hening sesaat, sebelum suara tawa Mina mendominasi keadaan sunyi diarea belakang gedung kosong tersebut. Gadis itu tidak henti terbahak kencang seperti penderita gangguan jiwa. Hingga kurang lebih dua menit berselang, tawa itu terhenti. Mina berdehem pelan sebelum melirik kearah Jimin, menatapnya dengan sorot mata yang sulit didefinisikan.
"Bodoh! Fikirmu apa lagi kalau bukan Taehyung?!"      

Ucapan lantang setengah berteriak, menjadikan Jungkook menelan ludahnya telak. Detak jantungnya bergemuruh tidak berirama. Bahkan otak jeniusnya tidak mampu lagi memikirkan bagaimana cara melawan gadis psiko tersebut. Mendadak otaknya melompong, hanya terisikan rasa takut dan kekhawatiran. Sebab sejauh yang Jungkook tau, psikopat tidak memiliki rasa iba. Bagi mereka, membunuh adalah satu kepuasan tersendiri.
"T-tapi Taehyung,"

FATAL ㅡkth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang