Setelah sembuh, Singto segera pergi mengunjungi Ming di kamar pasien, untuk melihat kondisi pria itu. Sayangnya kondisi Ming sangat menyedihkan, tulang lehernya patah dan perlu mengenakan gipsum, juga memar dan luka di beberapa bagian tubuhnya. Jadi dia harus tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu.
"Sing?! Kau datang melihatku? Bagaimana kabarmu?" Ming tersenyum lebar menyambutnya.
"Aku senang kita berdua masih hidup!" Singto duduk di sampingnya.
"Tunggu, bagaimana kita bisa selamat?" ia penasaran. "Apakah kita diselamatkan oleh werewolf putih? Kau tahu siapa dia?"
"Aku tidak tau, tapi kutebak, mungkin itu adalah Krist..."
"Wow, anjingmu adalah pahlawan....bukan...bukan... werewolf!!!" teriaknya dan dan kesakitan disebabkan oleh kondisi lehernya.
"Berhentilah bicara, apakah kau ingin kepalamu terpisah dari tubuhmu?"
"Mengapa kau berbicara seperti monster itu?!" Ming melototinya.
Singto kemudian mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan rambut yang hampir masuk ke mata Ming. Kemudian Ming mengulurkan tangannya ke arah nya, Singto menatapnya sejenak penasaran dan segera meraihnya.
"Kau mau apa? Jangan merengek seperti anak kecil hanya karena kau terluka! Aku juga bukan Kit, jadi aku tidak akan memanjakanmu!"
"Aku ingin menceritakan sebuah kisah..." jawab Ming.
"Cerita apa?!" Singto membelalakkan matanya tidak percaya. "Kepalamu terbentur atau apa?!"
"Pada jaman dahulu kala, seorang werewolf putih menyerang desa dan membunuh semua orang ..." Ming segera memulai ceritanya dan mengabaikan protes Singto. "Seorang bocah berumur 12 tahun, tinggal bersama ibunya, ketika ayahnya keluar kota. Suatu malam monster menyergap rumah mereka dan membunuh ibunya, untungnya dia diselamatkan oleh seorang pria... "
"Dia dibawa ke sebuah kamp, tinggal sebatang kara setelah ibunya meninggal, kemudian pria itu berjanji bahwa ia akan menjadi keluarganya, merawatnya dan melindunginya. Dia mengajarinya berburu, memainkan musik untuknya, dan memeluknya saat tidur agar ia bermimpi buruk, dia seperti seorang kakak untuk bocah itu... "
"Hingga suatu hari, pria itu memimpin para pemburu untuk memburu werewolf putih yang menyerang desa mereka, akhirnya mereka berhasil menangkapnya dan membunuhnya. Untuk merayakan kemenangan, mereka memotong hati monster itu dan memakannya. Sayangnya, hati itu beracun, jadi semua orang yang memakannya mati, kecuali sang bocah... "
"Jadi, dia ditinggal sendirian?"
"Kau benar...sendirian dan ketakutan...."
"Tunggu, biar ku tebak akhirnya, ia meninggalkan kamp dan berpetualang sendirian! Ceritanya selesai!"
Ming ngambek dan melototinya seketika.
"Aku akan menelepon Kit dan memintanya untuk datang ke sini agar kau dapat melanjutkan ceritamu padanya!" Singto ingin melepaskan tangannya, tetapi pria itu memegangnya erat dan tidak berpikir untuk membiarkannya pergi.
Tiba-tiba Arthit datang dan mengganggu pembicaraan mereka. "Aw, kau di sini? Aku mencarimu di kamarmu..."
Matanya menangkap tangan Ming menggenggam tangan Singto. Dia lalu berjalan ke arah mereka, segera menarik tangan Singto dari Ming, lalu menyilangkan jarinya dengan pria itu.
"A-arthit?!" Singto berseru kaget.
Ming segera memelototi Arthit lalu pada Singto. "Jadi kau berbohong tentang kau tidak tahu di mana dia? Apakah kau membantu melindungi penjahat?! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Indonesia - The Day, Where We Forget Each Other (THE END)
Hombres LoboCharacater : Singto-Krist/Arthit-Kongpop ; Ming Genre : Werewolf/Mystery Spoiler : Singto adalah seorang perwira polisi biasa, juga suami dan ayah biasa. Suatu hari dia diselamatkan oleh seekor anjing serigala putih, dan perjalanan hidupnya yang t...