Chapter 29

437 14 1
                                    

Perlahan aku membuka mataku, aku menguap karena sebenarnya masih merasa sangat mengantuk. Saat aku menyadari bahwa aku sedang bermalam di rumahnya Dave, aku langsung duduk dan memukul jidatku. Aku sudah melupakan Ale di rumah. Aku melihat ke arah jam dinding yang ada di kamar Dave. sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi.

"Kenapa sayang? Kamu mimpi buruk?" Tanya Dave yang masih terdengar lesu namun mengikutiku duduk. Mungkin ia juga ikut terbangun saat aku duduk secara mendadak.

"Iya mimpi buruk karena bermalam di rumahmu." Jawabku sambil mengeratkan selimut yang menutupi tubuhku.

"Tapi kamu suka kan?" Godanya sambil menyenggol lenganku.

"Tapi kamu membuatku melupakan anak kita Dave. Ale harus berangkat ke sekolah, dia akan bingung saat mengetahui mamanya tidak di rumah." Gerutuku.

"Jadi sekarang kamu sudah mengakuinya bukan bahwa Ale benar anak kita berdua." Ucapnya tersenyum.

"Mau aku sangkal seperti apapun, pada kenyataannya Ale memang buah hati kita berdua." Jawabku atas perkataannya. Dave langsung memelukku erat dan mengecup pipiku berulang kali. "Davee... hentikan! Ayo antar aku pulang, kasihan Ale di rumah cuma sama bik Na saja." Pintaku padanya.

"Baiklah akan aku antar pulang, tapi kamu harus janji satu hal dulu padaku. Berjanjilah setelah kita mengantar Ale ke sekolah, kamu akan membuatkanku sarapan. Aku merindukan masakanmu." Pintanya dengan nada yang terdengar manja. Mengapa wajahnya terlihat semakin tampan saat ia bersikap manja seperti itu, aku tidak bisa menolaknya.

"Baiklah, akan aku buatkan. Ayo sekarang lepaskan aku sayang, aku mau mandi."

"Satu lagi."

"Apa lagi Dave?"

"Mulai hari ini kamu dan Ale harus tinggal bersamaku. Kita akan hidup bersama-sama." Ungkapnya tersenyum.

"Kamu yakin mau hidup bersamaku lagi setelah apa yang sudah...." Kalimatku terputus saat Dave menutup mulutku dengan jarinya.

"Sebelumnya aku sudah pernah katakan padamu kan, bahwa cintaku saja sudah cukup untuk kita berdua. Aku mencintaimu dan anak kita, aku tidak perduli dengan apapun yang terjadi di masa lalu. Tapi kamu berhutang penjelasan padaku, aku yakin pasti ada alasan dari semua yang kamu lakukan itu. Aku mengenalmu tidak hanya sehari atau dua hari Mila. Jadi jangan berpikir yang macam-macam, sekarang aku memberimu pilihan jawaban. Pertama iya, kedua tentu saja, ketiga tidak menolak, keempat setuju, dan kelima oke baiklah." Jelas Dave. aku tersenyum memandangnya. "Jangan senyum saja. Jawab dong pertanyaanku. Iya atau tidak?" Desaknya.

"Memangnya ada pilihan untuk menolak?" Aku tersenyum sambil menarik pelan hidungnya. Aku memunguti pakaianku yang ia serakkan di lantai. Lalu pergi menuju ke kamar mandi. "Aku mandi dulu, setelah itu kamu mandi lalu segera antarkan aku pulang." Seruku padanya.

***

"Papa.." Teriak Ale dari meja makan saat melihat Dave masuk kedalam rumah.

"Waaahh anak Papa udah cantik siap mau ke sekolah." Puji Dave sambil berjongkok di depan Alesha.

"Papa kok tumben pagi-pagi udah disini?" Tanya Alesha penasaran.

"Mulai hari ini, Ale akan selalu melihat Papa saat Ale mau tidur maupun saat Ale bangun dari tidur." Ungkap Dave tersenyum.

"Benarkah? Berarti Papa akan tinggal sama Ale? Yeeee..." Sorak Ale kegirangan.

"Hmmm... mulai hari ini Papa juga yang akan mengantar Ale ke sekolah setiap hari."

"Ale sayang Papa." Ungkap Alesha memeluk Dave. "Terus Mama darimana? Kok tadi pagi Mama gak ada?" Tanya Alesha padaku.

"Mama dari rumahnya Papa. Semalam Mama sama Papa masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadinya Mama menginap di rumah Papa. Maafin Mama sayang ya." Jawabku.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang