PART II
-----------------------------------------------------------
Pria renta itu tampak mengawang. Memandangi sebuah pigura kecil yang terpajang di dinding ruang tamu sederhananya dari kursi goyang di sudut ruangan.
Tidak, ia tidak setua itu. Lihat saja otot bisep dan trisepnya yang menyembul dari lengan kaus tipis itu. Atau rambut hitamnya yang masih mendominasi dibandingkan dengan uban putihnya.
Ia hanya suka duduk di situ, sepanjang hari, semenjak anak semata wayangnya menghilang ditelan bumi seminggu belakangan. Mengabaikan segala ajakan dan tawaran menggiurkan yang teman-temannya suguhi.
Ia hanya merindukan anaknya yang sipit dan tertutup.
Memikirkan perihal anaknya membuat benaknya secara otomatis terseret ke arus masa lalu. Dimana sang anak bergigi hamster itu masih sering tertawa hingga pipi tembamnya menelan mata, dimana sang anak masih suka berlari-larian mengitari rumah dengan bedak yang tidak rata sambil dikejar untuk disuap makanan.
Pria itu menghembuskan nafasnya dengan gemetar. Benaknya secara otomatis pula teringat akan seorang wanita cantik berpipi tembam yang dulu pernah mengisi seluruh ceruk di relung hatinya. Mantan pacar terindah yang membuatnya rela mendekam di kantor berangkat pagi-pulang pagi.
Hanya demi sebuah cincin bertahtakan berlian.
Namun apa daya? Di saat ia mengulurkan tangannya dengan kotak merah beledu di tangan, wanita itu hanya membuang pandangan dan memutuskan hubungan mereka secara sepihak lalu menghilamg ditengah keramaian. Meninggalkannya yang seorang diri bersimpuh di restaurant mahal dan menjadi tontonan publik.
Sia-sia sudah jerih payahnya demi seonggok cincin yang tak berpemilik.
Tidak terasa waktu telah memakan jatah hidupnya selama setahun. Waktu yang ia habiskan hanya dengan sibuk meratapi masa lalu hingga jabatannya dicabut oleh pemilik perusahaan. Membuatnya menjadi pengangguran yang terpuruk.
Tepat ketika perayaan satu tahun lamanya sang mantan lost contact, sebuah tangisan pecah dan mengusiknya yang sedang menggelung di selimut. Memaksanya untuk membuka pintu rumah sewaannya yang bobrok di pagi buta dimana matahari masih bersembunyi.
Di depan pintu rumahnya tampak seorang bayi baru lahir yang meraung kencang, bulir-bulir air matanya menetes deras dari mata sipit yang tenggelam ditelan pipi gembulnya. Di dalam boks bayi sederhana itu terdapat sebuah kertas yang berisikan permintaan untuk merawatnya dengan baik dan benar, dari mantan pacar terkasihnya.
Ia tahu benar kalau mereka belum pernah melakukan hubungan intim, tetapi dirinya tidak sanggup hati untuk membiarkan bayi yang dibuang orang tuanya itu menggigil di luar rumahnya. Apalagi ia tidak bisa menemukan sang ibu yang masih lost contact.
Dan dari sinilah titik balik kehidupannya dimulai.
Ia mulai kembali bekerja, menemukan gairah dan semangat hidup untuk kehidupan yang lebih baik demi sebuah bayi yang tidak jelas siapa ayahnya. Namun, tidak apa-apa. Ia hanya ingin anak itu tumbuh besar dengan baik dan benar dalam asuhannya. Ia telah meninggalkan dendam lama di masa lalu.
Namun sayangnya semua hal itu berubah dan tidak ada yang stagnan.
Saat itu, dengan tangan diisi penuh oleh kue, hadiah, serta berbagai macam makanan demi merayakan promosi yang baru didapatkannya, ia melihat mantan pacarnya yang dahulu cantik kini tampak kacau dan bersimpuh di hadapannya. Di tengah keramaian kota Seoul. Memintanya untuk kembali bersama.
Dengan hati yang terketuk, ia pun menerima kembali sang mantan yang dahulu membuang anaknya dengan satu syarat. Jangan sampai Soonyoung kecil mengetahui hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Selene || Soonhoon (BxB)
Fanfiction[Completed] "Apa yang kau cintai itu hanyalah mitos belaka, bukalah matamu dan lihatlah kenyataan! Kau tidak hidup di zaman batu lagi!" "Dasar anak aneh, masa kau lebih mencintai dongeng hayalan negri barat itu daripada sejarah negaramu sendiri? Ka...