Siapa Allah?

204 14 0
                                    

Seorang bocah laki-laki berumur 4 tahun menangis sejadi-jadinya ditengah pasar malam dialun-alun kota. Dia menunggu sosok ibunya yang tak kunjung kembali setelah pergi meninggalkannya untuk pergi ketoilet.

Sudah dua jam dia menunggu dan duduk sendirian dikursi panjang alun-alun kota. Bocah itu menangis sampai bahunya gemetaran. Dia sangat takut. Langit pun mulai gelap. Dimana ibunya berada. Kenapa ibunya tega meninggalkannya sendiri.

"Ibuuu..hiks..hiks.. Ibuu..aku takut.." Ravi memeluk kedua lututnya dan memeluknya.

Ditengah ramainya pasar malam, bocah itu menatap setiap orang yang berlalu lalang didepannya. Meskipun matanya sudah bengkak karena menangis,  bocah itu masih membuka lebar kedua bola matanya, dia berharap bahwa ibunya akan segera kembali dan mengajaknya untuk berkeliling. Tidak ingin rasa takutnya menyebar, bocah itu mencoba untuk menghapus air matanya dan berusaha untuk berdiri, dia berjalan sedikit ketengah dan menembus keramaian.

Masih dengan air mata yang setia membanjiri pipi gembulnya, bocah itu menarik tangan setiap wanita yang terlihat seperti ibunya. "Ibu? Apakah itu kau?" Tebak bocah laki-laki itu seraya memegang tangan seorang wanita. Dia menatap punggung wanita yang membelakanginya itu. Ketika wanita itu berbalik. Bocah itu merasa sedih. Bukan. Dia bukanlah ibunya. Entah sudah berapa kali dia salah orang dan mengira bahwa wanita yang lewat dihadapannya mungkin adalah ibunya.

"Ibu? Maaf, aku bukan ibumu" balas wanita itu ramah.

Bocah kecil itu melepaskan tangan kecilnya yang menggenggam wanita itu. "Maaf tante" ujar bocah kecil itu dengan sopan. Dia segera pergi dari wanita itu.

Bocah itu berjalan menjauh dan berhenti  didepan wahana rumah balon. Matanya menjelajahi setiap sudut rumah balon itu.Dia ingin sekali untuk bermain disana. Dia melihat banyak anak-anak kecil yang seumuran dengannya tertawa bersama dan lari kesana-kemari. Mereka bermain ditemani dengan orang tua mereka yang berdiri diluar area bermain. Mereka mengawasi dan menjaga anak mereka dari kejauhan. Hal itu jelas sekali berbeda dengan dirinya. Dia adalah bocah kecil yang ditinggalkan oleh ibunya dengan tega ditengah kursi alun-alun kota sendirian. Bahkan, ibunya belum sempat mengajaknya pergi berkeliling pasar malam. Ibunya pun tidak meninggalkan atau membelikan makanan untuknya makan.

"Uugh ibuu, perutku lapar" Dia memegang perutnya yang sakit dengan tangan kanannya.

Seorang pasangan suami-istri dengan gadis kecil yang mereka gandeng berjalan mendekat dan menghampiri wahana bermain rumah balon.

"Apa kamu mau main itu Sya?" tanya ibu itu pada anak gadisnya.

"Apa boleh umi?" balas gadis itu.

Ayah dan Ibu gadis itu tersenyum ketika mendengar balasan polos yang dilontarkan putri kecil kesayangan mereka itu. "Tentu sayang, sana bermainlah" jawab ayahnya.

Kutatap mata gadis kecil itu. Dia tersenyum sangat lebar ketika ayahnya memperbolehkannya untuk bermain disana. Tanpa sengaja. Gadis itu menatap kearahku. Aku langsung mengalihkan pandanganku dan kembali menatap wahana rumah balon. Wahana itu terlihat sangat menyenangkan. Balonnya akan membuatmu memantul dan terjatuh diatas plastik balon yang elastis. Begitu seterusnya hingga kamu bisa menjaga keseimbanganmu untuk berdiri diatas.

Sebuah tangan kecil menyentuh lengan kananku. Aku terkejut dan menoleh kearahnya.

Gadis itu. Gadis yang tanpa sengaja menatap kearahku. Dia berdiri dan  tersenyum kepadaku.

"Kamu sendirian? Dimana orang tuamu?" tanya gadis itu padaku. Dia melepaskan tangannya dari lenganku. Dia nampak menoleh kekanan dan kekiri seolah mencari keberadaan orang tuaku.

"Ibuku pergi dan tidak kembali" balasku padanya dengan tatapan yang sendu.

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun"

Aku menatap sumber suara itu. Mereka adalah ayah dan ibu dari gadis yang ada didepanku saat ini. Mereka berdiri dibelakang gadis ini.

"Kamu anak yang kuat sayang, kamu jangan bersedih, Allah bersama dengan kita" ujar ayah gadis ini seraya menekuk lututnya agar bisa menyamai tinggi badanku. Tangannya dia tepukkan di kedua bahuku seolah menyalurkan semangat kepadaku.

Aku menatap mereka dengan tatapan bingung. "Siapa Allah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenalkan aku pada AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang