"Dimana dia?"
"Nggak tau. Telfonya nggak diangkat."
"Yang satunya?"
"Sama. Kayaknya dia nggak bawa handphone. Gue hubungi rumahnya, katanya handphonenya di charger di rumah."
"Oh gue tau. Lacak dia."
"What? Are you sure?"
"Elah pakek sok inggris lu, coeg!"
"Bodo. Biar hitz."
"Gue udah pasang gps di motornya. Semoga belum di lepas sama dia."
"Oke."
"Lo siapin alatnya."
"Siap."
"Udah ketemu?"
"Dia masih di perjalanan. Gue rasa mereka menuju ke Pandawa Caffe. Soalnya 50 meter di depannya itu caffenya."
"Oke. Ayo berangkat."
JUNA & JUNI
Juna memarkirkan motornya. Diikuti Juni yang turun dari motor. Juni mengeryitkan dahi bingung karena Juna membawanya kesebuah tempat keramaian.
"Katanya ke tempat yang sepi." celetuk Juni dengan nada ketus.
Juna meringgis dan memberikan cengiran jahilnya.
"Mau ngapain kita ditempat yang sepi?" tanya Juna dengan nada yang menyakinkan.
"Dih! Otak lo isinya mesum semua ya?!" ketus Juni dengan kasar. Mencoba menyembunyikan rona merah yang menyembul di pipi chubbynya.
Persetanan sama nih pipi! Batinnya keras.
Juna memberikan senyum lebarnya. Ia senang jika Juni senang. Dan sekarang mereka sedang senang bersama. Juni senang karena omongan Juna. Dan Juna senang karena Juni tersenyum karenanya.
"Gapapa kalau lo mau ditempat yang sepi. Ntar kita kesana." ucap Juna dengan santai. Dengan tanpa memikirkan hal lain, Juna meraih tangan Juni. Digandengannya tangan kecil itu, dan begitupun si empunnya yang tidak menolak.
Sialan!
"Biar nggak ilang Jun! Lo 'kan kalau nggak dipegangi suka ilang kemana-mana."
Deg! Suara itu lagi.
"Biar kamu nggak hilang. Kamu 'kan suka hilang kalau tidak dipegangi. Hahaha."
Juni merasakan seseorang anak kecil tengah berbicara kepadanya saat kecil. Tapi siapa, sampai sekarang, Juni tidak tahu siapa laki-laki kecil itu.
Mereka berdua memasuki sebuah caffe yang ramai pengunjung. Karena ini malam minggu, banyak pengujung yang berpasangan.
Sesaat, Juni mengamati interior yang ada di caffe itu. Temboknya yang bernuansa desa, dengan batu bata merah yang di tata rapi. Meja-kursinya terbuat dari kayu jati yang dibentuk dengan banyak macam bentuk. Dan banyak teman yang bisa digunakan untuk berfoto.
Kini Juni melihat seorang perempuan berdiri di dekat tembok, bersama seorang lelaki, yang tak lain adalah cowoknya. Si cowok memotret perempuannya dengan kamera yang di bawanya. Sang perempuan juga berpose ria, untuk di foto oleh sang pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNA & JUNI
Novela JuvenilMahardika Arjuna Galaksi. Cowok badboy, tapi nggak mencerminkan sifat badboy. Ganteng, keren, karismatik, sudah jelas. Cerdas pula. Sang Difa sekolah yang dikenal badboy, tapi percayalah, dia tidak playboy. "Nggak semua cowok badboy itu playboy, Jun...