Kalau biasanya anak terakhir adalah anak paling ceria dan paling cemerlang, berbeda dengan ku. Aku seorang yang kasar, namun pendiam dan tak banyak bicara, aku tak suka keramaian, aku bahkan lebih nyaman berbicara pada hewan ketimbang manusia. Berbeda dengan kakak kakak ku yang punya banyak prestasi, cemerlang, pandai bersosial, ceria, dan ramah, aku tak pandai dalam hal bersosialisasi, apalagi membuat prestasi, aku juga tak punya banyak teman dalam hidup ku..
.
.
.
Pagi itu ku lihat kak Naura sedang bergegas ke kantornya, dan kak Nadira sedang bersiap siap kuliah, mereka saling bertegur sapa namun mereka mengabaikan ku yang berada tepat di depan mereka. Iya, ini sudah seminggu sejak kami terakhir berbicara. "ada apa dengan mereka? Apa aku membuat kesalahan? Apa yang salah dari ku? Apa aku salah bicara?" pikir ku sambil terus diam dengan pikiran yang memenuhi kepala ku. Aku hanya tertunduk dan lekas bersiap siap ke sekolah.
.
.
Ku langkah kan kaki ku memasuki ruang kelas ku, aku berusaha memulai hari ku dengan senyuman, tapi anak anak mengabaikan ku pula semingguan ini, bahkan tak ada yang sudi menatap ku "apa sih? Apa yang salah dengan ku? Kenapa semua orang mengabaikan ku? Apa mereka sedang mengerjai ku?" ucapku kesal. Ku lihat pula dua bangku didepan ku, semingguan ini bangku ini selalu kosong, bangku dua orang sahabat ku Vania dan Maria. "Ada apa pula dengan mereka? Apa mereka pindah tanpa mengabari ku?" ucap ku kecewa.Beberapa jam mata pelajaran berganti, ku dengar ada ketukan dari balik pintu kelas ku, dan dari balik pintu itu pula muncul sesosok pria tampan berbadan tegap dengan alis yang tebal. "murid baru?" pikir ku, ku tatap matanya dalam dan dia nampak terkejut saat melihat ku lalu membuang tatapannya ke arah lain, "sialan apa apaan sih, memangnya aku sejelek itu?" ujar ku kesal. Dan yah tebak, ternyata pak guru menyuruh nya duduk di sebelah ku, tidak salah sih karna selama ini aku memang duduk sendiri.
Sepanjang pelajaran aku menatapnya ku lihat dia gugup dan keringatnya bercucuran "hei sialan, apa kamu phobia orang jelek?" ucap ku kasar, dia sempat terkejut ku lihat matanya membulat namun dia tetap mengabaikan ku. "Yah sudah lah daripada aku stres karna para orang gila ini lebih baik aku lanjut belajar" ucap ku tak ambil pusing.
.
.
.
.
.
Dua minggu berlalu, aku sudah mulai muak karna merasa terabaikan, aku datang pagi pagi sekali hari ini, ku lihat si anak baru alias Kelvin sudah ada di bangkunya. Aku pun menarik kursi dan duduk di sebelahnya. Dalam diam aku menangis dan memukul mukul meja, jujur saja aku nyaman karna tak harus banyak bicara pada siapapun, tapi aku benar benar tak suka merasa terabaikan. "oke, jadi apa mau mu?" suara berat seorang lelaki menyadarkan ku dari tangisan ku "baru sekarang kamu menganggap ku? Kenapa sebelum sebelumnya kamu mengabaikan ku!" teriak ku padanya, "tidak usah bertele tele, apa sebenarnya mau mu? Ku perhatikan kamu tak mengganggu siapapun di sini, jadi apa yang kamu cari?" balas Kelvin tegas, "aku? Mengganggu mereka? Untuk apa? Apa kamu pikir aku gila hah?" jawab ku kesal, "hei, aku ti-" kata katanya terpotong karna dari depan pintu Adam si ketua kelas meneriakinya "Kelvin, lo ngomong sama siapa? Jangan macam macam masih pagi gini" ucap Adam. "dasar bre*gsek!!" teriak ku, kelvin hanya melirik ku singkat dan menjawab Adam "oh enggak dam, gue lagi latihan buat drama Bahasa Indonesia ntar" ucapnya singkat sambil beranjak dari bangku nya, segala macam kata makian ku teriakan padanya serta ku lempar bolpoin yang dari tadi ada di laci meja ku, ku lihat Adam terkejut dan berlari, Kelvin pun menoleh sesaat dan menarik nafas panjang, "tunggu jam pulang." ucapnya singkat padat dan jelas lalu pergi meninggalkan kuJam pulang pun tiba, aku tak beranjak dari bangku ku menuruti kata kata Kelvin "bodoh, aku ngapain sih. Jangan jangan si sialan ini mau mengerjai ku lagi" pikir ku kesal. Satu persatu murid lain pun pulang hingga hanya tersisa aku dan Kelvin, dia memutar kursinya ke arah ku, dia menatap ku dalam dan berkata "ku tanya sekali lagi, apa mau mu?" ucapnya tegas "apanya bang*at?" ucap ku kesal "ah sudah lah kalau tak ada yang mau kamu katakan, aku satu satunya orang yang bisa melihat dan mendengar mu dan itulah alasan kenapa semua orang mengabaikan mu, ku harap kamu mengerti sekarang." ucapnya singkat lalu meninggalkan ku.
...
...
...
...
Aku terdiam, hening, sangat hening...
Tiba tiba yang terlintas di pikiran ku adalah dua orang sahabat ku, saat beberapa minggu lalu kami pergi berlibur bersama dan aku tertidur lelap diperjalanan. Air mata ku menetes dan aku tak tau apa sebabnya, aku tiba tiba merasa sangat lelah dan aku menutup mata ku dan berharap ini semua hanya mimpi. Dan tanpa aku ketahui itu adalah kali terakhir aku membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namira
Short StoryNamaku Namira putri, aku adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Kaka ku yang pertama bernama, Naura natasya. Yang kedua bernama, Nadira venezla. Aku adalah tipikal orangnya yang super cuek, tapi pada akhirnya semua orang mencueki ku juga sampai mem...