"Apa kau senang, Lisana? Kulihat dokter itu sangat memperhatikanmu." Tangan Alfian mencengkram kuat dagu Lisana dan membuatnya kesakitan. "Kau begitu terlihat bahagia bersamanya," ia menyeringai.
Lisana mencoba melepaskan cengkraman Alfian, tapi dia tidak berhasil. "Alfian..., a-aku mohon lepaskan aku."
"Cih." Alfian akhirnya melepaskan cengkramannya dari dagu Lisana, tapi matanya tetap menatap tajam ke arahnya. "Kau sudah menikah, tapi bisa menggoda pria lain. Mungkin hal itu yang membuat Adrian meninggalkanmu." Ia tersenyum sinis sebelum akhirnya keluar.
Hati Lisana bertambah sakit, apalagi ketika nama Adrian disebut. Pria yang sudah meninggalkannya dengan seribu luka, sampai sekarang pun luka itu masih berbekas. Mendorong Lisana ke dalam jurang yang membuatnya merasakan neraka ini. "Kenapa kau harus pergi Adrian?" Lisana malam itu menangis dalam diam.
Sebenarnya dua tahun lalu kehidupan Lisana sangat bahagia. Dia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha hotel ternama di Jawa barat, bapak Harun Asyidiq. Ibunya telah meninggal sejak ia kecil, tapi Lisana tidak pernah kekurangan kasih sayang apapun karena sang ayah.
Keluarga Lisana dan keluarga Alfian masih memiliki hubungan darah walau jauh. Tapi tidak masalah bila putra-putri mereka menikah. Lisana saat itu sedang menjalin hubungan serius dengan si sulung kembar Adrian, dan Alfian sudah dianggap Lisana sebagai adiknya sendiri. Maklum, karena anak tunggal Lisana memang telah lama mendambakan seorang adik. Namun, sayang sang ayah Harun tidak pernah memiliki niat untuk menikah lagi sejak istrinya meninggal. Karena itulah kadang Lisana merasa kesepian.
Masuk ke dalam keluarga Adrian, untuk pertama kalinya Lisana merasakan bagaimana bahagianya memiliki keluarga utuh. Ada ayah dan ibu Adrian yang sangat menyayanginya, serta si bungsu kembar Alfian yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi. Lisana lebih tua dua tahun dari si kembar, makanya dia amat mengemong Alfian dan kadang Adrian juga, kalau kekasihnya itu sedang bersikap manja.
Namun, semua lansung berubah sejak kecelakaan yang menimpa Alfian dua bulan sebelum pernikahan Lisana dengan Adrian. Alfian yang kehilangan kemampuan berjalannya akibat kecelakaan itu berubah sikap menjadi kasar dan membenci Adrian. Dia menyalahkan Adrian atas kecelakaan tersebut dan lumpuhnya kedua kakinya. Lisana tidak tahu jelas bagaimana dan apa hubungannya Adrian dengan kecelakaan itu, baik Adrian dan Alfian tidak mau menceritakan jelas padanya.
Lisana mencoba untuk menengahi kedua saudara itu, tapi Alfian yang manis dan patuh seolah hilang sepenuhnya. Seseorang yang ia anggap dulu sebagai adik paling ia sayangi sekarang juga mulai membencinya karena menganggap dia lebih membela Adrian dan tidak peduli pada Alfian.
Dan puncak dari permasalahanya muncul ketika Adrian mendadak hilang, dan sebulan kemudian selembar foto di dalam sebuah amplop akhirnya memberinya jawaban alasan kenapa Adrian menghilang begitu tiba-tiba. Di dalam foto itu ada Adrian sedang berdiri di samping seorang wanita memakai gaun kebaya putih dan tersenyum bahagia menghadap kamera. Tidak ada surat atau keterangan apapun dalam amplop coklat itu selain foto, tapi Lisana tahu apa maksud dari semuanya.
Adrian mengkhianatinya dan alasan dia pergi adalah demi menikahi wanita lain. Itu sungguh membuat hati Lisana hancur berkeping-keping.
Tidak lama setelah itu Lisana mendapat berita bahwa sahabatnya Nila bertunangan dengan Alfian. Lisana bingung, sejak kapan sahabatnya itu dekat dengan Alfian? Tidak mau terlalu memikirkannya, Lisana memilih untuk turut berbahagia dengan kabar pertunangan sahabatnya, walau hatinya sendiri sedang remuk.
Tapi begitu terkejutnya Lisana, ketika ia tahu untuk menggantikan pernikahannya yang gagal, agar keluarga Alfian tidak malu mereka memajukan pernikahan Alfian dan Nila. Di tanggal dan tempat yang sama seharusnya Alfian dengan Lisana bersanding.
Lisana waktu itu cuma bisa tersenyum miris dan terus berusaha berbahagia untuk sahabatnya dan Alfian. Tapi satu minggu sebelum pernikahan diadakan, Nila tiba-tiba mengajak Lisana berbelanja demi mencari hadiah ulang tahun untuk Alfian yang jatuh tepat pada hari pernikahan mereka dan juga..., pernikahan Lisana yang gagal.
"Bagaimana dengan ini?" Nila menunjuk sebuah jam tangan hitam mahal di etalase.
Lisana menggeleng. "Alfian bukan orang yang suka memakai jam tangan, dia lebih suka tidak memakai apapun di pergelangan tangannya."
Untuk kesekian kali Nila menghela nafas. "Kau... sangat tahu tentang kesukaan Alfian, ya?"
"Huh?" Lisana menoleh ke Nila, padahal tadi ia sedang sibuk melihat toko buku di sebrang jalan. Lisana jadi tidak mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. "Apa?" Dia bertanya ingin tahu.
Nila terkekeh, dia memilih untuk tidak mengulang perkataannya tadi. "Kau mau ke toko buku, Lisana?"
"Benarkah? Kau mau menemaniku, tapi bagaimana tentang rencanamu membeli hadiah untuk Alfian?"
"Kita bisa membelinya nanti." Nila menarik tangan Lisana ke toko buku. Namun, ketika menyebrang Nila malah melepaskan genggaman tangannya dari Lisana dan berjalan cepat meninggalkannya. Lisana yang agak kesusahan karena kakinya sakit akibat terjatuh kemarin, berusaha mengejar Nila. Tapi sebuah mobil hitam entah dari mana mendadak muncul dan melaju kencang ke arahnya. Lisana tahu dengan kakinya yang terluka mustahil ia menghindar, di hatinya ia telah pasrah akan nasibnya.
Namun, Nila tiba-tiba datang mendorongnya menjauh, alhasil Nila lah yang tertabrak mobil itu dan Lisana selamat.
Dua hari Nila dirawat di rumah sakit, tapi sayang hari kedua Nila akhirnya meninggal. Kebencian di hati Alfian yang awalnya muncul hanya karena Lisana lebih membela Adrian bertambah karena Alfian menuduh Lisana lah penyebab utama tunangannya Nila meninggal.
"Pergi!"
"Alfian—" Lisana menjulurkan tangannya ingin menyentuh Alfian, tapi tangannya ditepis keras olehnya.
"Apa kau tidak mendengar perkataanku pembunuh?! Kubilang pergi!"
"Tapi—" Lisana tetap mencoba untuk meraih Alfian, tapi semuanya percuma. Alfian semakin membenci Lisana, sebelum akhirnya dua tahun kemudian orang tua Nila datang memberi mereka sepucuk surat peninggalan terakhir Nila. Di dalam surat itu berisi tulisan singkat yang meskipun berantakan dapat dimengerti. Sebagai wasiat terakhir Nila ingin Lisana menikah dengan Alfian dan menjaga pria yang dicintainya itu selamanya.
Lisana, karena rasa bersalahnya dan demi janjinya menjaga Alfian pada Adrian sebelum pria itu mendadak hilang, memutuskan memenuhi permintaan Nila. Meski ia tidak mencintai Alfian, tapi dalam hatinya Alfian tetap menjadi sosok adik yang paling ia sayangi sampai sekarang. Dia berharap, mungkin saja hubungannya dengan Alfian bisa diperbaiki dengan pernikahan ini. Dan mungkin saja juga ada cinta nantinya di antara mereka berdua. Selalu ada kemungkinan dalam sebuah hubungan cinta dan takdir.
Namun nyatanya, Alfian malah berharap kematiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rusaknya Pernikahan
ChickLit"Tak perlu segunung emas atau sebuah rumah mewah untuk membuatku bahagia. Hanya mendapat satu senyuman dari suamiku saja sudah cukup. Tapi apa yang kuharapkan tidak pernah kudapatkan. Hanya satu senyuman saja darinya untukku adalah mustahil, ibarat...