Selama disekolah tak jarang aku jatuh bangun menghadapi rintangan. Ya namanya juga kehidupan, tidak mungkin akan selalu diatas dan tidak mungkin akan selalu dibawah, semua berputar bak roda sepeda. Ada kalanya aku berada pada masa yang begitu emas-emasnya,tapi tak jarang juga aku terperosok jatuh kedasar jurang. Namun hal itu tak serta merta menyurutkan semangatku, selalu ada saja hal yang bisa membuatku bangkit. Salah satunya adalah Olive. Gadis itu selalu membuatku terinspirasi, dia selalu memberikan aku motivasi untuk mengobarkan semangatku lagi.
Aku bukanlah seorang siswi yang pandai dalam bidang olahraga. Bahkan dalam mata pelajaran itu tak jarang aku mendapatkan nilai yang begitu minim dan jauh jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, bahkan bisa dikatakan aku tidak mampu dalam segala hal di bidang olahraga, bahkan permainan-permainan kecil dari bidang itu saja aku banyak yang tidak bisa. Seperti bulutangkis,tenis,sepak bola,dan sederetan permainan yang berbau olahraga lainnya.
Jika yang lain begitu menggemari bidang itu tapi tidak dengan aku, mereka bilang olahraga adalah mata pelajaran yang paling menyenangkan karena tidak membutuhkan kerja keras untuk berfikir, banyak waktu untuk bermain, dan terbebas dari pelajaran yang begitu rumit. Tapi bagiku tidak seperti itu, setiap ada pelajaran olahraga aku rasanya hampir malas untuk datang kesekolah,aku lebih baik mengerjakan soal-soal matematika dengen deret aritmatika dan logaritmanya daripada harus mengikuti mata pelajaran olahraga, ya mungkin itu terkesan aneh tapi itu memang yang aku rasakan,aku tidak begitu menggemarinya seperti siswa-siswi kebanyakan.
Hari ini adalah hari Jumat, jam pertama diisi dengan materi olahraga selama 3 jam, rasanya aku tidak ingin mengikuti pelajaran ini,kakiku berat untuk melangkah tapi apa boleh buat,Olive membujukku dengan mengatakan
"ingat, niatmu kesekolah adalah untuk belajar, agar yang tidak kamu bisa menjadi bisa,kita semua disini sama, sama-sama belum bisa dan belum mampu ,makanya kita sekolah,jadi jangan takut ,tantangan itu untuk dihadapi bukan untuk dihindari" dia menepuk pundakku dan lalu menggandengku untuk menuju kelapangan
benar yang dikatakan Olive tantangan memang untuk dihadapi, aku menyemangati diriku sendiri didalam hati sebelum aku mengangguk dan mengekori Olive menuju kelapangan.
Setelah pemanasan, Pak Harris memberikan intruksi kepada David ketua kelasku, untuk mengambil peralatan tenis di ruang olahraga.
"Anak-anak materi olahraga kita hari ini adalah bermain tenis lapangan,hari ini kalian bisa latihan dulu namun tetap bapak pantau,jadi bapak harap kalian bersungguh-sungguh karena minggu depan bapak akan mengadakan penilaian"
Sontak aku kaget dengan perkataan pak Harris, penilaian?bagaimana ini, aku saja tidak bisa bermain tenis,seketika nyaliku menciut waktu itu aku sudah pesimis terlebih dahulu, Olive mendekatiku dia mengatakan
"Jangan menyerah dulu sebelum mencoba,yuk latihan" dengan senyum manisnya dia menuntun aku menuju ketengah lapangan untuk mulai latihan.
Berkali-kali aku mencoba, tapi selalu saja ada yang keliru,entah aku salah dalam cara memegang raketnya,bolanya tidak masuk kedalam lapangan dan blablabla. Aku memutuskan untuk duduk sejenak,aku sempat kecewa kenapa aku tidak bisa,padahal aku melihat yang lain melakukan semua itu dengan begitu mudahnya,dan mereka tampak begitu riang,tapi kenapa aku tidak bisa. Aku menunduk lemas waktu itu.
"Hey kamu kenapa?" sontak suara itu mengagetkanku, aku mengangkat kepalaku dan ternyata Olive sudah berada disampingku.
Dengan pelan dan dengan nada kecewa aku menjawab pertanyaan Olive
"Aku tidak bisa liv,aku tidak bisa,aku bodoh"
seketika air mata kecil mulai membasahi pipiku, aku menunduk dan merasakan kekecewaan yang ada pada diriku.
"Kamu itu bisa, kamu pasti bisa, jika kamu tidak yakin dengan kemampuanmu selalu ingat kata ini innallaha ma'ana Allah selalu bersamamu, Allah akan selalu ada disetiap langkahmu,jadi percayalah serahkan semua kepadanya" Olive tersenyum sambil mengusap airmataku sebelum dia melanjutkan perkataannya
"jadi?" dia menggangguk sambil tersenyum lebar dan berdiri menggapai tanganku
"Aku bisa" dengan penuh semangat aku mengatakan itu dan meraih tangan Olive, Olive memang gadis yang tak henti-hentinya selalu mampu memberiku semangat dan membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian.
*Hari ini adalah saatnya penilaian, aku masih tidak yakin bahwa aku akan mampu, aku berfikir paling nilaiku juga lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman yang lain, yang jelas hal-hal yang buruk selalu saja terlintas difikiranku beginilah begitulah,ahh bagaimana ini, apakah aku bisa?
Semua sudah mulai berkumpul dilapangan,setelah Pak Harris tiba dia memulai penilaian hari ini, perasaanku semakin was-was bagaimana jika aku benar-benar tidak bisa? Bagaimana jika aku terlihat sangat bodoh diantara yang lain. Ternyata raut wajahku bisa terbaca oleh Olive yang sedari tadi duduk disampingku,aku dan dia masih menunggu giliran untuk penilaian, dia menepuk pundakku sambil mengangguk tersenyum, seolah olah ia mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Hingga giliranku tiba, aku merasa canggung dan masih tidak percaya diri, lalu Olive berteriak kepadaku
"innallaha ma'ana"
Olive mencoba kembali menyemangatiku dengan kata-kata itu, dalam batin aku berkali-kali mengatakan Allah selalu bersamaku,Allah selalu bersamaku dan aku pasti bisa.
Semua kata-kata Olive lah yang mampu menyemarakkan semangatku, ya kata-kata mutiara Olive adalah sumber penyemangat terbesar yang aku terima dari seorang sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Dimata Fajri
NouvellesMenceritakan tentang kehidupan seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi dewasa tanpa bimbingan seorang ayah. Semenjak kepergian ayahnya, gadis kecil itu selalu dirundung masalah,ada saja hal berat yang menimpanya, hingga keadaan itu membuat ia menjad...