Paranoid

690 83 8
                                    

Selamat malaamm!!
Ah, ini tiba-tiba aja mau bikin oneshot tentang pasutri yang satu ini. Pasutri yang...yah...paling manis unch unch lol

Anyways, gue berusaha sok seram kali ini. Hahaha. Selamat membaca!! 💕💕💕

*_*_*_*_*

Gelap, sunyi, cuma terdengar suara serangga malam yang nggak ada hentinya bernyanyi, seakan-akan gak peduli mau kedengeran apa nggak. Bodo amat dia mah.

Terbangun dengan keadaan di luar yang masih gelap itu gak enak, bikin deg-degan, mau turun tempat tidur aja rasanya kok ya serem. Ya gitu, gimana kalau tiba-tiba ada yang pegang pergelangan kaki kita. Kan ngagetin. Setidaknya, itu ada di pikiran Seokjin saat ini.

Memandang langit-langit kamar yang putih dan kosong rasanya makin bikin Seokjin gak tenang. Mau sih, turun tempat tidur, tapi gak akan kenapa-kenapa kan? Mau bangunin Yoongi gak mungkin, orangnya masih tidur dengan tenang, udah kayak kucing kekenyangan. Tapi, biasanya Yoongi suka marah kalau dibangunin pas masih enak-enaknya tidur. Lebih baik gak usah dan malah terpikir untuk bikin teh aja biar tenang ceritanya, sih.

Macam maling, Seokjin jalan mengendap-endap keluar dari kamar setelah dia yakin kalau gak akan ada apapun yang terjadi sama dia kayak di kebanyakan film horor. Ya, mudah-mudahan. He.

Tengok kiri-kanan, meyakinkan diri, banyak berdo'a dalam hati, tapi sambil nyanyi-nyanyi gak jelas juga. Pokoknya, sebisa mungkin Seokjin membuat keadaan sepi dan sunyi ini jadi lebih hidup. Apalagi dia harus melewati ruang tamu dulu sebelum sampai ke dapur. Ruang tamu rumah ini pun lumayan luas dan gelap kali ini.

"Mau bikin teh aja kenapa tegang banget, sih." Kata Seokjin dalam hati.

Aliran darahnya serasa mengalir deras di dalam tubuhnya, bahkan hampir bikin keringat dingin. Ujung-ujung jari tangan itu kayak yang dingin banget rasanya. Jantung pun berdetak gak karuan, berat. Gak kerasa juga Seokjin jadi jalan cepat. Di otaknya itu cuma ada keinginan untuk sampe ke dapur, bikin teh, minum teh dengan tenang. Udah, itu aja.

Taruh satu tangannya di atas dada, Seokjin pun akhirnya membuang napas enteng. Akhirnya, perjuangan dia melalui gelap selesai sudah. Jalan pun jadi lumayan agak santai, cari perlengkapan untuk bikin teh pun gak terlalu bikin dia gugup, gak kayak lagi dikejar-kejar setan. Walaupun Seokjin gak tahu deh kalau ada setan beneran yang lagi ikutin dia. Hi hi hi *ketawa bareng mbak-mbak yang suka pakai gaun putih*

Nah ini dia, bagian paling menegangkan; Menunggu air matang.

Seokjin melipat kedua tangannya di depan dada, gak berbalik sama sekali dan salah satu kakinya dihentakkan ke lantai. Hangatnya api kompor kurang membantu juga sih, selama ujung-ujung jarinya masih terasa dingin juga. Kedua matanya gak seterusnya perhatiin kompor. Sebentar-sebentar kepalanya diangkat sedikit, liatin apa aja, membiarkan otaknya mau gerakin mata dia kemanapun.

Desisan uap yang keluar dari celah ujung cerek akhirnya membuat Seokjin sadar kalau dia harus mematikan kompornya. Cereknya diangkat, dituangkannya air ke dalam cangkir yang udah dia taruh satu kantong teh di sana. Mengembalikan cerek ke atas kompor, Seokjin mengambil gula yang udah ada di depan matanya, terus cari sendok kecil di laci yang ada di bawahnya.

Sampai tehnya selesai di buat, Seokjin masih gak berbalik juga, soalnya dia tahu bisa lihat ke arah ruang tamu luasnya yang masih gelap. Masih agak paranoid gitu rasanya. Walaupun kelihatannya tenang-tenang aja, tapi minum teh itu kayak lagi ditungguin sama orang karena udah janji. Antara gugup dan harus cepet-cepet berangkat. Ya begitu lah pokoknya.

Daerah tempat cuci piring udah beres, gak ada lagi berantakan. Nah, sekarang lah saatnya untuk kembali ke kamar. Mulai menegangkan lagi.

Seokjin menghembuskan napas berat, siap berbalik dan bersyukur sekali gak ada yang aneh-aneh. Mulai berjalan, sambil mematikan lampu dapur, Seokjin pun kembali melalui kegelapan. Duh, Seokjin gak ada hentinya juga bergumam, balik nyanyi-nyanyi gak jelas.

Melewati sang gelap pun akhirnya berhasil. Untuk kembali ke kamar udah gak harus tahan napas lagi dan ngerasain jantung yang berdebar gak jelas berasa mau copot. Langkahnya juga masih dipercepat, soalnya dia mau cepet-cepet balik lagi ke kamar dan tidur sama Yoongi. Setidaknya kalau udah sama Yoongi, Seokjin udah paling tenang, lah.

Perlahan membuka pintu, dia lihat Yoongi masih tidur. Sampai kembali tutup pintu dan baru setengah berbalik, Seokjin malah teriak.

Yak. Salahkan pak produser yang tiba-tiba nyalain lampu meja kecil di sebelahnya.

"YOONGI! IH!"

Seokjin taruh tanganya di atas dada, jantungnya bahkan berasa banget hentakannya di telapak tangan. Kedua matanya bahkan makin bulat, ngeliat Yoongi dengan tatapan nanar. Kesel aja gak ada peringatan apa-apa, suaminya udah bikin dia sport jantung. Masih dalam keadaan paranoid, jantung juga belum sepenuhnya berdetak normal, lagi keringet dingin dan lain-lain.

Yoongi cuma lihatin Seokjin dengan satu matanya yang masih tertutup, rambut acak-acakan, setengah duduk sambil salah satu tangannya masih setia pegang steker lampu.

"Kamu habis dari mana?" Yoongi dengan tenangnya nanya, suaranya pun masih serak.

Sambil ambil langkah menuju samping tempat tidur, Seokjin agak menghentakkan kakinya dengan kesal dan langsung ambil posisi tidur terlentang sambil menyilangkan kedua lengannya di atas dada setelah dia terduduk di kasur dan lepas sendal manisnya. Yoongi tengok ke belakang, dia lihat istri(?)nya itu lihat ke langit-langit kamar, bibir maju macem paruh bebek. Dia tahu ini muka-muka bete yang harus segera dihibur.

Kembali mematikan lampu, Yoongi lalu ambil posisi tidur menyamping, lihat Seokjin yang masih pasang wajah sebal. Yoongi menyeringai dan terkekeh pelan. Suka aja lihat Seokjin begini.

"Kenapa sih?"

Seokjin menghela napas kasar, "Kamu betein."

"Jadi salah aku, nih?"

"Iya."

"Ya udah, cerita dong sama aku."

Antara mau gak mau cerita, Seokjin diem dulu sejenak. Dia masih ada rasa-rasa kesal gitu di hati. Tapi, dia butuh Yoongi juga 😢

"Tadi aku kebangun, terus gak bisa tidur lagi dan aku bingung harus gimana. Ya udah, aku ke dapur aja bikin teh. Aku nahan takut dari tadi soalnya gelap." Cara Seokjin bicara itu kayak anak kecil yang lagi bete habis ditakutin. Kan Yoongi jadi makin gemes.

"Ya ampun, sini dong. Jangan jauh-jauh. Kalo deket kan aku bisa peluk kamu."

Sebenernya gak mau nolak, tapi gengsi. Soalnya tadi udah kesal-kesal, pas ditawar pelukan malah mau aja. Tapi, gak ada lagi yang bisa bikin dia tenang selain Yoongi. Jadinya gak ada pilihan lain selain berada di pelukan Yoongi dan kembali tidur dengan nyenyak.

Gak ada pikiran yang panjang lagi, Seokjin pun berbalik dan Yoongi udah siap siaga dengan kedua lengannya yang terbuka. Jelas Seokjin langsung peluk Yoongi. Wajahnya aja sampe tenggelam di leher Yoongi yang lagi usap-usap punggung Seokjin biar tenang. Pucuk kepala Seokjin pun dicium, pelukannya makin erat, bikin Seokjin makin dan semakin tenang.

"Tidur lagi, yuk." Yoongi cuma dapet anggukan kecil dari Seokjin.

Akhirnya, Seokjin bisa balik tidur, diikuti oleh Yoongi juga yang masih usap-usap punggung Seokjin. Mbak-mbak yang suka pakai gaun putih juga kembali dengan tenang duduk di atas pohon, menikmati angin malam dan seorang cewek jomblo bernama Rain pun akhirnya ikut bercengkrama sama mbaknya. Gak apa-apa lah, ada teman ngobrol. Gimana dengan kalian? Coba cek di belakang atau disamping kamu? 👀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paranoid (YoonJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang