Chapter-3

6.7K 624 5
                                    


Lisa ingin berteriak sekarang juga kala ingatan akan masa lalu pahit semakin memenuhi otaknya. Dadanya sesak, tak mampu lagi bernafas walau udara telah di raup sebanyak mungkin. Mata bulat itu menitikkan air mata kala jantungnya semakin memompa lebih cepat.

"Tuhan! Ini sakit! Tol–ong ber–hen–ti."

Kepalanya berdenyut hebat membuat benda di sekeliling seperti berputar.

Tak lama setelah itu, tubuhnya terkulai lemas. Bahu yang semula bergetar kini merosot. Perlahan mata itu tertutup, merasakan kantuk yang begitu hebat. Tubuhnya tak terkendali dan mulai jatuh. Menimbulkan dentuman dan menjadi hal terakhir yang mengisi ingatannya.

–o0O0o–

"Kau ingin 'bermain?'"

Suara halus yang terkesan dibuat-buat itu berusaha membujuk. Hanya saja yang dibujuk tak berkutik. Mungkin tak mendengar, karena kini lelaki dengan wajah datar tanpa ekspresi yang tengah menggenggam gelas kecil berisi bir hanya terdiam, terlalu larut dalam hayalan yang diciptakan.

Merasa tak dihiraukan, wanita dengan rambut coklat bergelombang dan baju ketat sepaha yang membuat tubuhnya terbentuk sempurna itu berjalan mendekat. Tangannya mulai bermain, mengusap halus rambut  hitam lelaki tersebut. Dadanya yang berisi dibusungkan sementara bokongnya semakin terlihat besar.

Lelaki itu lagi-lagi tak berkutik. Sementara tangan wanita itu semakin bergerak membelai bagian tubuh yang lain. Tanpa disadari, lelaki itu mulai berkeringat. Perlahan kesadarannya mulai kembali, ia menengok, menatap wanita yang kini membentuk senyuman menggoda di bibirnya yang berlapis lipstik merah terang.

"Ayolah sayang ... aku bosan."

Lelaki itu merasakan kepalanya berdenyut sementara matanya terasa berat.

"Be-berhenti—"

"Kau yakin tak mau? Hm?" Lagi, nada suaranya menggoda. Ditambah kini tubuhnya telah berpindah ke atas paha lelaki itu.

"Katakan, siapa namamu?"

"He–hentikan."

"Ayolah sayang ..."

Brak!

Wanita itu meringis, merasakan kepalanya berdenyut kala lelaki itu mendorongnya ke atas meja bar. Kedua tangannya terkunci, lelaki itu berada diatasnya. Dengan mata memerah dan napas menderu, Sehun, lelaki itu, mendekatkan tubuhnya. Bau alkohol menyeruak memenuhi penciuman.

"Katakan berapa hargamu!"

–o0O0o–

"A-alice."

"Alice, kumohon jangan pergi."

"Alice ..."

"Alice!"

Sehun, lelaki dengan tubuh polos tanpa benang sehelai pun, kini terduduk. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya kala ia terbangun dari mimpi buruk yang telah lama menghantuinya.

"Eunghh."

Sehun menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya wanita asing tanpa pakaian berbaring diatas kasur dengan setengah tubuh ditutupi bedcover putih miliknya. Sehun melebarkan mata. Terkejut, tentu saja.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang