Menjemput Arwah

427 13 0
                                    

"Tetaplah disampingku, meski hatimu sudah bukan lagi untukku."

Adhitama Elvan Fahreza

««***»»

"Gue harus kesana!" Ucap El sambil berlari menuju gudang di lantai 2, dimana arwah Annisa disandera.

Yukki hanya bisa duduk di dalam perpustakaan. Dia menjaga El dan lainnya lewat ruangan ini. Dia juga yang menetralisir hawa negatif yang memburu El dan yang lainnya. Tak jarang banyak serangan dari mahluk tak kasat mata yang menyerang Yukki di ruang ini. Tapi Yukki tak tumbang, dia tetap bertahan demi orang-orang yang dia sayang.

"Cepat El! Cepat!" Batin El sambil mempercepat langkahnya menaiki anak tangga. Baru sepuluh anak tangga yang El naiki, tiba-tiba saja ada tangan yang menahan langkah kakinya. El hampir tersungkur jatuh. Tapi reflek tubuhnya baik, jadi dia bisa mengkontrol kondisi ini.

El mencoba menengok ke bawah, ia menelisir siapa yang menarik kakinya tadi. Wanita itu lagi! Wanita yang menusuk El hingga El hampir sekarat. Dia merayap menaiki tangga menyusul El. Dia berusaha menggagalkan usaha El menyelamatkan Annisa.

"Kau tak akan bisa menjemput arwah temanmu! Tak akan kubiarkan kau menjemputnya!" Teriak hantu itu sambil merayap ke atas tangga.

"Cih! Lo belum tau gue siapa? Gue Adhitama Elvan Fahreza, pengabdi mantan tersetia sepanjang masa! Susul gue kalau bisa!" Ucap El sambil menambah kecepatan menaiki tangga yang sepertinya tak berujung ini.

El berada jauh di atas hantu mengerikan itu. Tapi rasa leganya hilang ketika hantu mengerikan itu memanjangkan tubuhnya untuk mempermudah menyusul El. Kini mereka hanya terpaut 5 anak tangga saja. El yang ketakutan lantas memikirkan sebuah ide untuk membuat hantu ini tak bisa menyusulnya.

Sepertinya minyak ikan yang selama ini El konsumsi tak sia-sia. Ia langsung mendapat ide meskipun sedang dalam keadaan terdesak. Ia melirik pada sebuah rak yang berada di samping tangga. Didorongnya rak itu menuju ke arah tangga. Ketika tangan mengerikan milik hantu itu menyentuh anak tangga terkahir. El menginjak tangan hantu itu dengan keras.

"Arghhh...," erang hantu itu kesakitan. Ia melepaskan cengkraman tangannya dari anak tangga. Alhasil posisinya kini turun menjauhi lantai atas. Tak sampai di situ, El juga menjatuhkan rak buku yang ia dorong tadi.

Gubrakk...!!!

"Bwahahahaha mampus lo hantu jelek! Makan tuh rak buku!" Cibir El sambil berlari ke arah gudang. Hantu itu jatuh terguling bersama rak buku. Kini ia tak berdaya lagi menyusul El

««***»»

Sementara itu, Rama dan Davina kini sudah berada di depan pintu kamar mandi. Antara ragu dan juga takut mereka rasakan. Sesekali Rama maju untuk membuka pintunya, kemudian ia mundur lagi. Begitu juga Davina, ia hanya mendorong Rama untuk membuka pintu itu.

"Eh Dav! Gak usah dorong-dorong gue dong!"

"Yeee..... Gue kan lagi ngasih lo support Ram!"

"Antara ngasih support sama ngebunuh temen beda tipis nih," ketus Rama sambil mengambil ponsel miliknya. Lagi-lagi ia tak ingin kehilangan momen yang langka di hidupnya.

"Senyum Dav!" Ucap Rama sambil mengarahkan kameranya.
Baru saja satu foto yang Rama abadikan, ada seseorang yang mendorong mereka masuk ke kamar mandi. Pintu kamar mandi pun secara bersamaan terbuka, sehingga Rama dan Davina tersungkur masuk ke kamar mandi.

BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang