Daniar hanya duduk termenung. Di dalam angkot. Kakinya yang semakin membengkak membuatnya sangat kesakitan. Rumahnya yang jauh dari sekolah pun, harus ditempuhnya dengan menaiki angkot dua kali.
Daniar teringat saat diriinya jatuh di acara sekolah. Beberapa bulan lalu. Awalnya hanya sekedar permainan biasa. Daniar yang terpeleset saat bermain, tak tahu ternyata membuat fatal tulang bagian pinggangnya. Hingga bergeser sedikit dan membuat sakit. Saat itu, ia hanya menahan sejadinya. Selang beberapa hari kemudian, badannya demam. Kaki kiri tak bisa digerakkan.
Ibunya, hanya memanggil tukang urut biasa. Yang tak tahu juga bahwa tulang bergeser sedikit ke belakang. Beberapa hari pun kondisi Daniar tak berubah. Justru semakin parah. Dirinya masih tetap tak bisa bangun dari tidur. Minum obat hanya dari klinik terdekat, tak kunjung pula perubahan datang.
"Saya rujuk ke dokter tulang ya bu", ucap dokter berkacamata itu.
"Memang parah yah dok??", ibunya mulai terlihat cemas.
"Dilihat nanti hasil rontgent ya bu." tegasnya lagi.
Daniar hanya duduk lemas tak berdaya, masih menahan sakit luarbiasa di bagian paha. Sambil menyodorkan hasil rujukan, di salah satu RSUD. Memasuki ruangan dengan ranjang besi dilengkapi dengan lampu sorot dari bawahnya.
" Silahkan dek, ganti bajunya." salah satu perawat mempersilahkan.
" Semua??" tanya Daniar lugu
" Baju ganti di balik tirai ya dek." jawabnya.
Di atas ranjang besi itu, Daniar ketakutan. Wajahnya pucat dengan kaki kiri yang harus dipaksakan lurus pun harus ditahan.
" Hasil bisa diambil lusa ya bu," petugas memastikan kepada sang ibu yang tengah menunggu.
Ibu Daniar hanya mengangguk.
" Maafkan Daniar ya bu....sampai repot harus mengantar bolak balik nanti, tak tahu sampai kapan selesai rasa sakit ini." gumamnya dalam hati, menatap ibunya yang terlihat kelelahan.
Lamunan Daniar pecah. Sampai angkot yang ditumpangi sampai di ujung jalan. Harus turun. Pelan-pelan, ia menyeret kaki kirinya lagi.
****
Daniar masih semangat untuk belajar, dengan kondisi memprihatinkan.
"Niar, kemari sebentar." Bu Asra memanggil, walikelas XII, salah satu guru Biologi.
"Banyak istirahat di rumah saja yah, ga perlu ke sekolah. Cukup belajar di rumah". Lanjutnya lagi
" Satu semester lagi ujian bu, saya takut ketinggalan pelajarn". Jawabnya dengan Nada ngos-ngosan seperti menahan sakit
" Ga apa-apa, ibu guru percaya, kamu bisa belajar di rumah dengan sungguh-sungguh..".
Daniar mengangguk.
Sebenarnya Daniar jenuh di rumah, tidur di kasur. Nonton televisi. Tidur lagi. Makan. Nonton lagi. Begitu dan begitu seterusnya.
Lagi-lagi tukang urut dipanggil.
" Ikhtiar lagi, " kata ibuku.
Dari yang sudah tua maupun yang masih muda. Dari yang tukang urut perempuan sampai laki-laki hasil saran kerabat keluarga. Seakan bertemu mereka seperti makanan harian. Semakin di urut semakin sakit sekali rasanya. Memang ada perubahan, tapi hanya sedikit. Beberapa jam terasa enakan, selebihnya bertambah sakit lagi. Kata dokter, hasil rontgent pinggang Daniar terkena Flu Tulang. Katanya semacam infeksi akibat tulang yang bergeser dan tidak segera ditangani pihak medis. Jika tidak ingin jalan operasi, bisa rawat jalan. Membutuhkan waktu berbulan-bulan lagi. Bengkak di bagian paha bagian dari sel-sel mati karena peredaran yang tidak lancar disekitarnya, hingga tumbuhlah nanah memenuhi ruang bengkak itu.
Daniar semakin lemas. Kondisinya makin memburuk. Fikiran yang muncul dalam diri Daniar, "Apakah saya siap menghadapi kematian dengan cara ini ya Allah?. " Batin Daniar kembali merintih.
Tiap kali Daniar kesakitan, Ibu Daniar pun menangis di belakang. Diam-diam. Tak ingin terlihat. Namun, memberikan bekas sembab dimatanya yang sudah menua.
Suasana sepi dan sunyi, hanya berdua di dalam kamar bersama ibu. Tak ada kata. Badan Daniar berbalik membelakangi ibu. Menahan sakit kakinya.
"Nanti besok ke pohon tempat kamu jatuh ya, ibu akan minta tolong mang Asep buat anter kesana." tiba-tiba suara ibu memecah kesunyian.
" Untuk apa bu kita kesana?" tanya Daniar, keberatan.
**bersambung**
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Mimpi
Short StoryKisah seorang gadis yang harus berjuang keras menggapai mimpi.... Dengan berbagai macam cobaan silih berganti. Akankah Daniar mampu melewati ini semua???