Agatha mengetukkan kakinya ke lantai gusar. Tatapannya berpaling dari Alga. Alga yang menyadari itu hanya bisa terkekeh. Ia tahu alasan kenapa Agatha memalingkan wajahnya, itu karena mereka duduk berdekatan tanpa cela.
Sebelumnya ia bertukar posisi duduk dengan Agatha karena tak sanggup duduk diantara dua orang laki-laki, dan akhirnya Alga duduk di tempat Agatha dan Agatha duduk di tempat Alga berdekatan dengan dua gadis. Mereka berdua sedang mengantri untuk menonton di depan studio.
Alga meletakkan lengannya di belakang Agatha. Dan tatapannya masih tertuju pada gadis masa lalunya. Ia bingung kenapa dulu ia meninggalkan Agatha untuk orang yang sudah menghancurkan persahabatan mereka.
Alga tersenyum miris mengingatnya. Agatha menatap Alga tanpa sengaja, tapi langsung di alihkan kembali.
"Sebenernya kita tuh mau nonton apa si Ga?" Agatha melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Nanti juga tau."
Agatha mengibas-ngibaskan tangannya, kepanasan. Alga menaikkan sebelah alisnya, padahal disini tersedia AC bagaimana gadis itu bisa kepanasan?
Berapa detik berikutnya Alga terkekeh kecil, sangat kecil. "Gugup?" Langsung saja Agatha menatapnya dan lagi-lagi gadis itu menggeleng. Tapi Alga menyadari satu hal, pipi gadis itu merah.
"Imut." Gumam Alga pelan tepat di depan telinga Agatha. Selepas itu Agatha beralih bermain ponsel. Bagi Alga , Agatha belum banyak berubah, sikap manisnya masih sama seperti dulu tapi lebih manis dari yang dulu.
Setelah setengah jam menunggu, mereka dan beberapa pengunjung lainnya masuk ke studio sesuai dengan tiketnya.
Dan begitu filmnya dimulai, Agatha membulatkan matanya, lalu menatap Alga meminta penjelasan cowok itu. Alga balik menatap. Lalu menaikkan alisnya sebelah dengan tampang polos.
"Ga, jelasin." Alga menatap wajah kesal Agatha, lalu mengubah posisi duduknya agak menyerong menatap Agatha penuh.
"Tiketnya kemarin malem habis,jadi belinya film yang baru." Setelah itu Agatha cemberut, masalahnya yang harus mereka tonton film terbaru bulan Mei , Alas Pati film yang dimainkan oleh Nikita dan yang lain.
Padahal Alga tahu Agatha tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau horor, terutama film horor karena musiknya yang mengagetkan. Padahal sudah berkali-kali Agatha mencoba suka film horor tapi ia baru sampai di titik sedang.
Agatha menghembuskan nafas kesal. Lagi-lagi Alga berhasil mengembalikan Agatha kepada sifat yang sebenarnya. Dan ia akan merasakan bagaimana dirinya akan berteriak ketika adegan mengerikan, dan menutupi wajahnya dengan menyerongkan kepalanya menghadap lengan Alga.
Dan hal itu, Agatha mengumpat sejadinya. Alga sukses membuat pertahanannya roboh, lagi.
Move on itu susah Ga. Batin Agatha.
Begitu film selesai, Agatha dengan cepat keluar studio dan menatap Alga kesal. Karena sedari film dimulai, Agatha hanya menonton adegan film itu sedikit, dan Alga menonton film itu bak film komedi, pasalnya ia tertawa ketika Agatha teriak dan berpaling menghadap Alga.
Sialan. Alga sialan. Kampret.
Kira-kira umpatan itu yang selalu Agatha ucapkan pada Alga.
Agatha melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alga memperhatikan.
Alga memainkan handphonenya sebentar karena ia mendengar bunyi perut yang meraung-raung. Alga memegangi perutnya, memastikan jika perutnya yang lapar tapi setelah ia melihat Agatha mulai menggigit bibir bawahnya ia sadar, bukan ia yang lapar tapi Agatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
Teen Fiction"AWAS NABRAK MANTAN!!" Setidaknya peringatan itu yang harus Agatha waspadai ketika ia berlari atau berjalan di belokan lorong kelas. Pasalnya ia selalu menabrak Alga Afandi yang profesinya adalah mantan Agatha. "Lo ngode banget buat balikan ya Tha?"...