"Mana uangmu? Kau harus tahu jika uang warisan Ibumu itu sudah habis. Kau harus lebih banyak mencari uang sekarang"
Miyeon menatap seorang perempuan berumur sekitar 45 tahun didepannya ini dengan tatapan tajam. Rahangnya terkatup rapat dengan giginya yang bergertak. Tangannya mengepal kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih.
Tak ada yang Ia benci di dunia ini selain makhluk didepannya yang Ia panggil wanita tua dan kampungan yang tak lain adalah ibu tirinya sendiri. Ingin sekali merobek mulut yang dihiasi polesan lipstick merah menyala diibibirnya itu dengan kedua tangannya sendiri. Masa bodoh dengan aksi brutal dan barbar, lagipula lipstick yang Ia pakai itu Ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.
"Kau sudah mengambil semua gajiku kemarin. Kenapa kau memintanya lagi?" Desis Miyeon tajam, "Lagipula uang warisan Ibuku yang kau habiskan itu seharusnya untukku dan adikku. Bukan untuk membeli celana dalam murahamu itu"
"Hey, ini Calvin Klein!"
"Harganya menjadi turun drastis jika kau yang memakainya, wanita tua" Miyeon mengambil sebuah celana dalam dengan merek yang sudah ibu tirinya sebutkan dari sebuah keranjang yang berisi baju yang baru saja dicuci lalu merobeknya tanpa peduli berapa harganya dan melemparkannya pada wajah ibu tirinya.
"Nyonya Jang... kupikir kau-Oh, tunggu. Haruskah aku memanggilmu dengan marga ayahku juga?" Miyeon menatap ibu tirinya sinis. "Ah, aku sepertinya tak sudi. Lebih baik kupanggil Nyonya Kang saja. Nama aslimu kan Kang Lisoo, wanita tua"
"Kurang ajar!"
"Aku tahu. Tapi kau juga harus tahu, Kau lebih kurang ajar dariku" Miyeon berjalan menuju tangga rumahnya sebelum ibu tirinya melayangkan sebuah pukulan yang sayangnya tak kena. Ia berjalan menaikki tangga tanpa memperdulikan ibu tirinya yang berteriak memanggilnya dengan sebutan 'Gadis kurang ajar'. Masa bodoh, Itu hanya gonggongan anjing baginya.
Ia masuk kekamarnya lalu menguncinya. Ia menatap kesekeliling kamarnya. Semua baju miliknya berserakkan dilantai, Buku-buku berada dibawah rak buku dan tas sekolahnya pun berhamburan dengan isinya. Miyeon yakin jika wanita tua itu baru saja mengobrak-abrik kamarnya demi mencari uang yang ia yakini Miyeon sembunyikan. Syukurlah, Miyeon selalu menyimpannya ditempat yang memang sulit diraih. Ia menghela nafas panjang. Kali ini, Ia harus membereskan kamarnya lagi.
Setelah selesai membereskan kamarnya sekitar 2 jam Ia pun menyiapkan barang-barang yang akan Ia bawa. Hari ini, Ia sudah memiliki rencana dengan para sahabatnya Nikola, Nami, Yoojin dan Yoorae untuk berpergian ke suatu tempat.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, Ia mengambil sandal rumahnya dan membuka sebuah lipatan dibalik alasnya. Ia mengambil beberapa lembar uang yang jika dihitung jumlahnya menjadi ₩8500. Uang miliknya itu tidak hanya sebesar itu. Sebuah kartu kredit Ia sembunyikan disebuah kantung kecil dalam tasnya yang sulit diketahui. Tak semua gaji yang Ia dapatkan dari bekerja part-time itu Ia berikan pada Ibu tirinya. Ia hanya memberikannya sekitar 30% dari gajinya. 20% nya Ia gunakan sebagai uang jajan, 20% Ia berikan pada adiknya dan 30%nya lagi Ia tabungkan di bank.
Bukannya Ia tak mampu untuk memiliki Uang. Ayahnya itu seorang direktur di salah satu perusahaan di Korea. Namun, Ayahnya tak pernah memberikan uang jajan yang cukup baginya dan adiknya. Gaji yang Ayahnya miliki itu selalu dipakai habis oleh Ibu tirinya dan Adik tirinya yang baru saja berumur 3 tahun.
Setelah selesai, Ia berjalan keluar kamar dan mengunci pintu kamarnya. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti ketika Ayahnya yang sedang menonton TV tiba-tiba memanggilnya.
"Mau kemana kau malam-malam begini, Jang Miyeon?" Tanya Ayahnya yang masih memakai Jas kerjanya. Sepertinya Ayahnya baru saja pulang.
"Oh, kau sudah pulang" ujar Miyeon sinis.