2

312 16 2
                                    

Tinggal lima menit lagi, Dafa akan bebas terhempas dari penjajahan, setelah diteror oleh pelajaran biologi.

"Daf, kantin bareng yu..." ajak Aldo, mencekali tangannya.

"Ogah." Sontak Dafa cepat.

"Kenapa si lu? Dari tadi marah marah mulu." Tanya Aldo mengernyitkan kening.

"Saraf nya putus kali." Ucap Rafa ngasal yang tengah mendengarkan obrolan mereka berdua.

"Bacot." Seru Dafa dan langsung ngacir keluar kelas.

"Kenapa tuh anak?" Tanya Rafa penasaran.

Aldo hanya menaikan bahunya, sebagai jawaban dari pertanyaan Rafa.

Dan... Tring....

Ya, bel sudah berbunyi, semua siswa berburu memasuki kantin dengan sedak sedakan. Mereka lari kocar kacir kaya orang gila.

Lima menit sebelumnya, Dafa sudah mematung dan nangkring di depan kelas Arla.

Belum ada tanda tanda jika Arla keluar kelas. Cowok yang kini celingukan, akhirnya mendapati Arla tengah ngobrol dengan teman temannya.

"Arla." Panggilan bernada berat itu memanggil cewek yang kini tengah menekuk wajahnya diatas meja. Arla tau siapa itu, nyaris hafal.

Arla sudah tau, suara itu milik seorang peramal, seorang cowok dengan seribu bahasanya.

"Arla..." Gita menggoyangkan lengan Arla.

Sudah tiga kali Dafa menyaut, namun tetap di acuhkan. Dia malas, harus berurusan dengan ramalan basinya.

"Woy Arla..." Chika yang saat itu ada di depannya langsung menggubrag meja.

Arla menoleh. Dia pasrah dengan keadaan sekarang. Benar, dugaannya benar. Dia adalah cowok yang dianggap aneh oleh Arla.

"Lo budeg apa tuli?" Tanya Chika geram.

"Temen lo gue pinjem dulu..." seru Dafa langsung membawa lengan Arla.

Gita dan Chika hanya cekikikan. Mereka berdua bertos ria.

"Iya, boleh kok, anterin pulang juga boleh." Gita menyaut keras.

Sementara cewek yang kini gundah gulana, melototi Gita dan Chika dari arah jauh.

"Sialan." Batin Arla kesal.

"Lo kenapa si, gue kan mau sama temen gue." Murka Arla.

"Kan temen lo nya udah ngijinin, lagian pula gue gak mau nyulik lo, cuman ngajak kantin doang." Jawab Dafa jujur dan seadanya.

"Iihh..." Arla mendengus kesal dan memutar kedua bola matanya jengah.

Dua mangkok bakso berukuran jumbo, tertengger rapi dan sejajar diatas meja berlapis kayu.

Keduanya tengah menikmati bakso yang rasanya tidak pantas untuk ditolak.

Dafa terus memandangi wajah Arla, tanpa memikirkan kuah bakso yang bercucuran. Sementara Arla, terus membuang muka.

"Ar..." seru Dafa memanggil nama cewek yang tak mau menoleh.

"Arla..." geram Dafa.

Arla hanya berdekhem. "Hm..."

"Lo gemini kan?" Tanyanya mendadak, membuat Arla tersedak dengan kunyahan bulatnya.

Arla menelan kunyahannya cepat.

"Plis, lo jangan coba coba ngomong gitu lagi. Gue udah muak." Jawab Arla menghela napas berat.

"Jawab dulu..." Dafa mencekali lengan Arla kuat.

Gemini VS AquariusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang