prolog

22 3 2
                                    

"Berhenti memain kan itu, kau tak tau konsekuesinya!"
Erlan meneriaki putri bungsunya untuk menghentikan permainan yg baru saja ia beli.

"Kenapa? Lagi pula ini hanya permainan biasa yg bahkan tak ada sangkut pautnya dengan kalian" Glori menatap sengit papanya.

"Mungkin ini tak ada sangkut pautnya degan keluarga kita, tpi bisa membahayakan keturunan mu nanti" Erlan masih bersi keras melarang putri bungsunya untuk menghentikan permainan.

"Untuk apa anda perduli? Bukan kah saya hanya anak pembawa sial yg tak dianggap di keluarga ini. Jadi kau tak perlu repot-repot menasihati ku, dari kecil aku selalu dikucilkan oleh teman teman ku dan sekarang waktunya untuk menunjukkan pemain handal itu siapa"
Glori menyeringai membayangkan pujian yg akan ia dapat lusa.

"Hanya demi teman kau bermain ini? Memang gadis bodoh!" Erlan tertawa remeh.

"Terserah kalian mau panggil aku apa, asal jangan pernah menghalangi permainan ku"
Glori berlari menuju kamarnya.

"Lihat mas, andai kau tak melarangku memberi kasih sayang sebagai seorang ibu untuknya. Mungkin sekarang dia tumbuh menjadi gadis imut yg lugu bukan seorang pembakang, seperti mu!" Elisa mendorong pundak kanan Erlan lalu pergi kekamar putri ke duanya.

"Aku melakukan itu agar dia tak manja, dan tak seperti ku"
Guman Erlan menyesal.

-------------------------------------------------
"Glori, apa yg kau lakukan ?"
Peter datang dengan wajah dinginnya.

"Apa? Aku hanya bermain,"
Glori menaiki alisnya.

"Kau tak seharusnya menjadi gadis pembakang, berani sekali kau melanggar larangan papa"
Peter menatap tajam adik bungsunya.

"Apa kalian masih mengagap ku?
Bahkan saat aku koma tak ada satu pun dari kalian yg mengetahuinya!" Glori menatap Peter sangat dingin dan tajam setajam pisau.

"Koma? Jangan bermain main Glori, sudah tak pantas untuk mu melakukan hal seperti ini! Gadis bodoh!"
Peter mengelak iya tak mau menatap mata penuh luka dari adik bungsunya itu.

"Memang tugas ku bermain dan belajar, aku hanya gadis kecil yg baru beranjak 15 thn. Apa yg kau harapkan dengan gadis seusia ku Tuan Peter Wiliam Brand?" Glori menggunakan nada dingin dan ketusnya.

"Berani sekali kamu, dengan kaka mu!" Edmen berbisik ditelinga Glori dengan nada yg membuat sang pendengar merinding.

"Stop, it! Keluar kalian dari kamar ku!" Glori menarik dan mendorong kedua kakak laki-lakinya keluar kamar.

"Don't touch! Kita bakal keluar tanpa lo suruh , gadis bodoh!"
Edmen menutup kencang pintu kamar adik perempuan bungsu nya.

"Huh.... apa salah ku bisa hidup bersama mereka"
Keluh Glori dengan nasibnya.

************************
Makan malam tiba, satu keluarga yg terdiri dri sepasang kekasih dgn 7 anak, 3 laki laki dan 4 perempuan. Itu menikmati makan malam mereka dengan tenteram, hingga sang Tuan rumah selesai suasana dingin menyelimuti keluarga itu.

"Masih berharap melakukan permainan itu, Putri Glori?" Erlan menatap putri bungsunya dengan tajam.

"Kenapa masih bertanya, jika anda tau jawabannya?" Ucap Glori datar dengan gerak tubuh tenang dan mata coklat teduh.

" jaga bicara mu Glori!" Grewn memperingati adik nya.

"Ada yg salah dengan nada bicara ku? Sepertinya tidak"
Glori masih meneruskan makanan yg sempat tertunda tadi dengan sangat tenang.

Prang...

Grina melempar sendok dan garpunya ke piring secara kasar.

"Jangan pernah menentang papa Glori, berterima kasih lah karna lo masih bisa hidup di antara kita" ucapan Grina membuat Glori muak, ia berdiri dan menaruh serbet ke meja.

"Jika kalian tak menginginkan kehadiran ku, kenapa kalian besarkan aku. Oh salah kenapa mama melahirkan aku? Hanya karna nilai ku yg tak pernah setara dengan kalian membuat aku dikucil kan, atau karna aku hanya ank yg tak diinginkan kelahirannya jadi dengan seenaknya kalian mencampakkan aku? Aku yakin ini bukan hanya tentang permainan ini pasti karna kalian tak menginginkan aku dianggap oleh para teman ku, ya pasti karna itu! Klo begitu hapus lah aku dari keluarga ini! Aku bisa hidup tanpa kalian! Tanpa semua materi kalian, I am out"
Setelah mengatakan itu, Glori naik ke kamarnya dan beberapa menit kemudian dia kembali dengan 2 koper ditangannya.

"Kamu mau kemana?"
Elisa menatap putrinya dengan lembut, yg dibalas tatapan membunuh oleh Glori.

BRAKK

Glori melempar satu koper berwarna hitam ke depan anggota keluarganya.

"Itu semua barang yg kalian kasih pada ku, tak pernah ku sentuh sedikitpun! Kalian terlalu bodoh tak mengenaliku sebagai model terkenal yg bahkan kalian idola kan" Glori melangkahkan kakinya nenuju keluar rumah.

"Kembali kesini
GLORI RAIN WILIAM BRAND!"
Erlan meneriaki Glori dengan nada perintah, yg sama sekali tak di gubris oleh Glori.

Elisa meneteskan air matanya,
Gladys memeluk Elisa dari belakang menyalurkan kehangatan.

"Ini semua karna kalian! Jika kalian tak bersikap keras pada Glori mungkin dia akan tumbuh menjadi gadis manis yg lugu"
Edward menatap para adik dan kedua orang tuanya, dengan mata bernetra memerah yg menandakan sifat gelapnya kembali.

"Cari dia! Pantau sedekat mungkin, jangan sampai satu makhluk pun yg mendekatinya!"
Erlan mengarahkan 20 pengawalnya dengan tegas.

"Ini semua salah mu mas, aku akan selalu menyalahkanmu jika terjadi sesuatu pada putri kecil ku!" Elisa berteriak histeris.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Glori POV's

Tega sekali mereka, aku sudah berusaha tinggal di rumah laknat itu selama belasan tahun. Apa masih tak ada penghargaan yg ku dapat, yg aku dapat malah pengusiran secara halus.

Aku harap setelah kepergian ku, kalian bahagia....

Salam manis dari putri yang tak kalian harapkan ini

Glori Rain Wiliam Brand.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

let's playTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang