AWAL MULA

2 0 0
                                    


AWAL MULA

Cerita saat aku berumur 4 tahun.

Hari silih berganti dengan hari, pikiranku yang kian hari juga kian tak menentu. Masalah kuliah? Bukan. Keluarga? Bukan juga. Cowok? Apalagi itu, jelas bukan. Oiya, sebelum lanjut sebelumnya kenalan dulu mungkin ya, karena tak kenal maka kenalan, hihihi. Namaku Hari, seorang perempuan yang sedang menimba ilmu di ibukota. Aku berasal dari salah kota di Jawa Tengah.

Mungkin banyak yang mengenalku dengan perempuan aneh yang sangaaaaaaat pendiam dan bahkan hanya mau bicara kalau diajak ngobrol. Ya, itulah aku seorang introvert yang kurang suka dengan keramaian. Tapiiiii, ada alasan yang membuatku jadi seperti itu.

Sejak lahir hingga remaja aku tumbuh di kota kecil ini. Lahir pada 8 Januari 1999 membuatku menjadi anak pertama bagi Ayah dan Ibuku, juga cucu pertama bagi Kakek dan Nenekku. Menjadi anak pertama tidaklah mudah. Ya, aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Aku, adik perempuanku, dan adik laki-laki kecil yang terlihat seperti kakakku , hehehe.

Jarak antara aku dan kedua adikku tidaklah jauh. Hanya 1,5 tahun dengan adik perempuanku dan 3 tahun dengan adikku yang paling kecil. Mungkin dari sinilah awal mula pikiranku sekarang yang makin tidak menentu. Tapi, besar kemungkinan ini juga diturunkan dari keluargaku.

Okay, jadi sejak kecil aku punya banyak teman imajinasi. Setiap hari, jam, menit, bahkan detik aku selalu bermain dengan mereka saat kedua orang tuaku merawat kedua adik kecilku. Mungkin memang wajar ketika anak kecil memiliki teman imajinasi, dan kedua orang tuaku mungkin juga menganggap itu adalah suatu hal yang wajar juga.

Hingga suatu ketika, saat aku, ibuku, dan kedua adikku hendak pulang ke rumah setelah berbelanja. Ditengah perjalananan menuju ke rumah dengan kondisi matahari yang sudah tenggelam di ujung barat sana, mobil kami mogok di tengah persawahan, tidak jauh tapi juga tidak dekat dari rumah kami. Ibuku yang membawa ketiga anaknya tidaklah mungkin meninggalkan kami bertiga di dalam mobil begitu saja. Akhirnya beliau menelepon ayah kami untuk segera menjemputnya di lokasi mobil kami mogok.

Akan tetapi entah kenapa, perjalanan ayah kami menuju ke lokasi terasa sangaaaaat lama. Aku yang bosan melihat ke sekeliling area persawahan yang gelap gulita. Hanya ada 1 lampu jalan di ujung jalan sana. Saat itulah aku melihat seekor macan sedang berdiri menatap ke mobil kami, dengan kaki depan yang terangkat persis seperti hendak akan berlari dengan rasa takutnya. Kupikir itu adalah patung, karena macan itu benar-benar mengangkat kedua kakinya cukup lama, dan tidak mungkin jika dia hanya diam saja dengan posisi seperti itu jika dia bukanlah patung.

Aku berbicara dengan ibuku, dan memberitahunya bahwa disana ada patung macan. Raut ibuku berubah drastis. Tadinya beliau terlihat tenang karena tidak ingin membuat ketiga anaknya ketakutan menjadi raut wajah yang merasa sangat takut dan shock berat. Ibuku berkata padaku bahwa tidak ada patung macan disana. Akan tetapi, aku bersikukuh bahwa terlihat sangat jelas bahwa ada patung disana. Jeng jeng jeng.......

Tiba-tiba terdengar suara aungan macan, ya patung macan tadi bergerak mendekati kami. Ibuku juga mendengar aungan itu. Raut wajahnya kembali terlihat ketakutan, bahkan lebih parah dari yang sebelumnya. Ibuku yang kala itu hanya bisa mendengar suara aungannya saja, dengan sigap langsung mengambil teleponnya dan segera mencari kontak ayahku. Akupun berkata bahwa patung macan tadi semakin dekat ke mobil kami. Sontak, ibuku langsung kembali memencet nomer ayahku dan menyuruhnya untuk segera ke lokasi dan menjemput kami.

Akhirnya ayahku tiba di tempat mobil kami mogok dan langsung membawa kami pulang melihat bahwa raut wajahnya istrinya tergambar jelas bahwa ia sangat ketakutan. Dan seketika itu pula, patung macan yang sudah hampir dekat ke mobil kami pun hilang. ~~~

Keesokan harinya, badanku panas. Demam tinggi dan keringat dingin. Aku hanya tertidur di dalam kamar dan sayup-sayup aku mendengar suara ibuku sedang mengobrol dengan tetangga di luar sana. Suara ibuku semakin kecil tak terdengar, dan tiba-tiba............... datang seorang perempuan entah darimana asalnya mendekati aku di samping tempat tidurku. Hanya memandangiku dan akupun hanya memandanginya. Demam yang tinggi membuatku tidak memiliki tenaga untuk bercakap dengan wanita cantik berambut merah dan mengenakan gaun warna kuning dengan sedikit gradasi hijau dan biru. Wanita itu hanya diam disampingku, memandangiku, dan tiba-tiba dia terbang keatas langit-langit. Ku ikuti kemana arah wanita itu pergi, dan ternyata dia terbang ke kapalnya yang juga berwarna kuning di pojokkan atas kamarku, sangat cocok dengan gaun yang ia pakai. Dia mengeluarkan suaranya saat sampai ke kapalnya itu.

"Ayo, naik kesini kita pergi sama-sama! Ketemu sama temanku yang lainnya." Begitu ucapnya.

Belum sempat kubalas, suara ibuku kembali terdengar jelas hendak masuk ke kamarku. Wanita itupun hilang dengan kapalnya entah kemana dan tak pernah kulihat lagi. Sejak itulah semakin hari, semakin banyak juga teman imajinasiku yang ternyata bukan hanya sekedar imajinasi. Tetapi aku tak pernah lagi menceritakannya ke ibuku, mengingat beliau yang sangat ketakutan dengan ceritaku yang sebelumnya.

Jadi, inilah "awal mula" dari pikiranku yang semakin tidak menentu ini. Cerita ini akan terus berlanjut hingga alasan mengapa aku merasa tidak nyaman dengan (banyak yang bilang kalo ini itu..) kelebihanku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

IMAGINARYWhere stories live. Discover now