Jangan mau dikuasai hati
Tunjukan siapa bosnya***
"Eeehhmb... Mbah Njuriyah pasti lagi goreng kripik nih, baunya sampe sini. " ucap Ali sambil mengendus-endus ke arah bau yang ia maksud."Huumb, padahal rumahnya masih beberapa meter lagi dari gang ini, tapi baunya kecium sampe sini." balas Afnan sambil ikut mengendus bau mengikuti Ali ponakannya.
Kripik Mbah Njuriyah memang cukup terkenal di sini. Selain aroma, rasanya juga lezat meski tanpa penguat rasa. Mungkin karena menggunakan resep kuno. Ya, meski hanya aroma saja dan dihirup Ali dan Afnan, cukuplah untuk menyemangati langkah pulang mereka.
Afnan dan Ali memang sering lewat jalan depan gang rumah Mbah Njuriah setiap pulang sekolah. Mereka sering pulang sekolah bersama, sejak Ali masuk sekolah satu yayasan dengan Afnan. Saat ini Afnan kelas dua belas MA (setara SMA) dan Ali kelas delapan MTs (setara SMP). Mereka pulang berjalan kaki, meski jarak sekolah dan rumah mereka sekitar dua kilo meter.
Ali adalah keponakan Afnan, meski usia mereka hanya berbeda Lima tahun. Afnan adalah anak terakhir dari enam bersaudara, dan ayah Ali adalah anak pertama.
🌻🌻🌻
Seperti biasanya, Afnan, Ali dan Latif tetangga Afnan yang masih kerabat dengan Afnan itu, pergi mengaji kitab di pondok Pak yai Hasyim.
Afnan dan Latif sendiri sudah mengaji dengan pak yai Hasyim, sejak MTs atau sederajat dengan SMP, sedang Ali baru dua tahunan ini mengaji bersamanya.Pondok Pak Hasyim tidak besar seperti pesantren, hanya sebuah musholah yang memang aktif dipakai mengaji dari ba'da subuh sampai malam sekitar pukul sepuluh kecuali pada jam-jam sekolah, yaitu dari pukul tujuh pagi hingga ashar.
Di pondok pak Hasyim santri putri dan putra mengaji dalam satu gedung dan hanya dipisahkan dengan kain semacam kordeng atau kami sebut selambu batas. Dan meski santri putra dan putri memiliki pintu yang berbeda untuk keluar dan masuk, tetapi karena masih satu gedung tidak sulit bagi santri putra dan santri putri untuk saling berpapasan. Jadi cukup manusiawi untuk mereka terjebak cinta lokasi. Bahkan beberapa santri sering menyebut pondok pak Hasyim pondok cinta, karena tidak sedikit yang menemukan jodohnya disana.
Termasuk aku dan Latif, kami sejak lama menaruh hati pada putri kembar pak yai, Farikha dan Firokha.Latif lebih dulu menjalin hubungan dengan Farikha sebelum aku. Seolah mengikuti jejak Latif, aku pun memupuk keberanian untuk menyatakan ketertarikanku pada Firokha. Sebenarnya aku hampir tidak pernah berharap menjalin hubungan dengan Firokha sebelumnya, meskipun dalam hati sangat ingin. Karna dipungkiri atau tidak, dia adalah putri dari guruku, dan itu cukup sempat mengurangi rasa percaya diriku.
Sekitar dua tahun yang lalu aku membulatkan tekad untuk mengungkapkan perasaanku, saat itu aku hanya ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan padanya.
lewat sepucuk surat, aku mengungkapkan perasaan. Saat itu aku hanya berusaha meringankan sedikit pikiran agar tidak terlalu sesak karena lama memendam.
Dan ternyata tak ku duga sebelumnya, Firokha menerima ku.Entah disebut apa hubungan kami ini, kami hanya bertemu saat mengaji atau mendapat tugas dari pak yai.
Jangankan berkencan atau mengobrol berdua, kami tidak pernah. jika mengobrol selalu ada orang bersama kami. Dan sulitnya lagi, pak yai bukan orang yang mau membelikan ponsel pada anak-anaknya. Bukan karena pelit, tapi memang pak yai kurang suka anak-anak yang menggunakan ponsel, apalagi pada masa belajar seperti kami. Alhasil aku dan Firokha tidak bisa berhubungan lewat ponsel seperti remaja kebanyakan. Karena Firokha tidak berpenghasilan, tentu dia tidak bisa membeli ponsel.Selama berhubungan kita hanya berbalas puisi lewat sebuah buku yang berisi ungkapan hati kami masing-masing.
Soal bagaimana cara kami bertukar buku bukan perkara yang sulit, karena aku dan Latif termasuk murid yang cukup dekat dengan keluarga pak yai, karna kami sering diberi tugas oleh pak yai, dari menguras kula, membersihkan halaman rumah dan pondok, mengurus sawah dan lain-lain. Jadi aku tidak perlu membuat alasan apa lagi kebohongan jika memberi sesuatu pada keluarga pak yai.*Dan kadang dalam renunganku aku sedikit menyayangkan kemudahan itu.
Semoga aku tidak menghinati kepercayaan pak yai dan bu nyai dengan ini semua.
Karna aku sama sekali tidak bermaksud buruk atau apapun.*****
Terimakasih udah mau nyempetin baca
Tolong terus kasih aku masukan
Baik kritik saran atau koreksiMakasih banyak yang sudah ngasih masukan, tulisanku udah aku revisi. Kasih masukan lagi ya😊
Dan kasih #vote nya
Selamat berbahagia😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin Tuhan
Romance*Siapapun yang ada di masa lalu ku, siapapun yang ada dimasa lalumu, itu semua adalah masa lalu. Tuhan sudah memilihkanku untukmu,dan sudah memilihkanmu pula untuk ku, lalu aku bisa apa??*