Bab 5, Don't You Remember Me Dobe?

3.9K 279 5
                                    

Flash back on
Sasuke's pov
Seperti biasa aku selalu berdiam diri di taman yang lumanyan dekat dengan rumah, menikmati hawa yang cukup tenang di musim dingin ini dan berbaring di kursi taman sambil menikmati angin sepoi yang membelai lembut wajahku. Dingin namun terasa nyaman.

Grasak! Grusuk!

Aku menyerngitkan alis hitamku ketika mendengar suara berisik disekitarku, tidak tahukah wahai suara berisik disana jika aku baru saja menikmati momen ini?

"Huuh... dimana ciih?" ucap sesosok suara yang terdengar khas anak kecil. Aku berusaha untuk tidak mempedulikan suara itu, pura-pura tak mendengar tepatnya. "Nii-chan! Hei nii-chan!" suara sosok itu kembali terdengar sepertinya ia memanggil kerabatnya, baguslah aku jadi tak perlu repot membuka mataku untuk memarahinya karena telah mengganggu ketenanganku.

'Semoga saja ia langsung pergi dari sini' ucapku berharap dalam hati, tapi entah kenapa aku merasa ada yang datang mendekat.

"Nii-chan! nii-chan!" sosok itu berucap yang ternyata telah berada disamping tubuhku sambil menarik-narik ujung bajuku, cukup terkejut karena ia muncul dengan tiba-tiba. Merasa terganggu aku berdecih cukup keras.

"Jangan ganggu aku"

"Nii-chan bisakah kau menolongku mencarli kalung Narlu yang hilang?" ucap sosok anak kecil dengan suaranya yang cadel.

"Tidak, carilah sendiri"

Tidak menyerah sosok itu bersuara sedikit memelas. "Tapi nii-chan..."

"Berhenti memanggilku nii, aku bukan kakakmu. Dan jangan ganggu aku" dengan tubuhku yang masih berbaring dan mata yang masih terpejam aku berucap ketus memotong perkataan anak itu.

"Huuh... kenapa kau tidak mau membantu Narlu?"

Aku mendengus kesal mendengar pertanyaan yang menurutku sangat ambigu itu. "Hn, karena aku tidak ingin. Berhentilah berbicara denganku, suaramu menggangguku. Dasar bocah" ucapku kesekian kalinya sambil membalikkan tubuhku membelakangi tubuh anak itu. Dapat kurasakan jika anak yang berdiri dibelakangku merenggut, tapi aku tidak akan mempedulikannya lagi.

"Huh! kau juga bocah sama seperti Narlu.." balas sosok itu yang sepertinya kesal.

"...." aku diam tak menanggapi, tidak ingin memperpanjang masalah.

"Kau menyebalkan!"

"Hn" gumamku sedikit menikmati suaranya yang merenggut kesal, cukup menyenangkan membuat sosok anak kecil itu kesal.

"Dasar teme!"

Twich! Seketika dahiku berkedut ketika mendengar suara cadel yang sepertinya berusaha mengejekku itu.
Aku pun membuka mataku dan membalikkan tubuhku menjadi terlentang, seketika cahaya matahari yang silau menerpa wajahku membuat mataku menyipit ketika menatap seorang anak kecil yang sudah berjongkok dan mengorek-ngorek tanah bersalju dengan ranting yang jauh dari tubuhku.

Dapat ku lihat badannya yang mungil tertutup sepenuhnya dengan mantel dan syal yang tebal, kulit tangannya yang terlihat sedikit berwarna tan pucat. Sesekali aku melihatnya meniupkan tangannya yang tidak memakai sarung tangan, sepertinya ia kedinginan.

Aku pun beralih menatap rambut pirang sebahu yang diikat setengah di bagian belakang pada sosok itu. 'Perempuankah?' pikirku ketika melihat anak yang terlihat imut dan cantik yang mengusikku tadi, karena hanya ada aku dan dia saja di taman ini. Kutatap wajahnya yang sepertinya sudah mulai menangis.

"Haah..." aku mendesah lelah menyebabkan kabut tipis keluar dari mulutku menandakan cuaca saat ini sangat dingin. Aku pun beranjak dari kursi taman tempatku berbaring tadi dan menghampirinya, bagaimana pun kasar sikapnya aku tidak bisa membiarkan anak perempuan menangis di tengah cuaca dingin ini.. yah walaupun aku juga masih anak-anak dan aku tidak ingin mengakui hal itu.

Cafe Prince (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang