#Boy?

20 4 0
                                    

ps:bila ada kesamaan nama tokoh, sifat, latar dan sebagainya. Itu semua tidak disengaja, terimakasih

Chapter three

Setelah suara pedang itu, darah menetes dijalan dalam gang itu.
____________________________________________________

Riani meringis sambil memegang lengan kirinya yang luka. Tapi sesaat kemudian ayunan pedang mengarah keleher Riani, Riani segera menundukan kepala dan tangannya mengambil pedang yang tersampir dipinggang kirinya. Ia mengayunkan pedangnya kebawah hendak memotong kaki orang yang menyerangnya tapi gagal, karna orang itu melompat keudara. Riani mengangkat kaki kanannya keatas lalu menendang 'orang' yang menyerangnya dari belakang, alhasil 'orang itu' jatuh tengkurap. Riani segera bangun dan memginjak punggung 'orang itu' dengan pedangnya yang sudah disamping leher 'orang itu'.

'Orang itu' mengangkat kedua tangannya memberi isyarat kalau dia menyerah. Riani belum merubah posisinya.

"Aku mengaku kalah" ujar 'orang itu'. Riani melepaskan nya, lalu mengarahkan ujung pedangnya kewajah 'orang itu'.

"Wow wow.. Santai. Maaf sudah menyerangmu" ujar 'orang itu' seraya menjauhkan ujung pedang Riani dari wajahnya "aku Rifai, pangeran dari kerajaan Swneth" ujar Rifai sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat Riani.

"Riani" Balas Riani datar dengan menjabat tangan Rifai. Rifai tersenyum manis. Riani menaruh pedang ketempatnya semula. Kemudian ia menyobek bagian bawah jubah yang dipakainya lalu mengikat lukanya berharap dengan cara ini darahnya berhenti keluar. Rifai menatapnya dengan tatapan bersalah karna sudah melukai lengan Riani.

"Maaf sudah melukai lengan mu" sesal Rifai sambil mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Ia mendekat kearah Riani  berniat mengobati lukanya tapi Riani malah menghindar.

"Tak perlu, sebentar lagi juga sembuh. " ujar Riani datar yang menyadari Rifai akan mengobati lukanya.

"Permisi" pamit Riani sambil berjalan meninggalkan Rifai.

Riani berjalan cepat meninggalkan Rifai menuju kearah perkampungan yang terletak disisi timur kerajaan-Riani menggunakan jalan keluar bawah tanah dibagian timur-.

Ia berjalan melewati pasar yang ramai. Kemudian ia berbelok ke kanan disebuah perempatan. Ia berjalan keujung jalan itu. Kemudian berhenti disebuah bangunan kayu yang sudah lapuk, diatasnya bertuliskan 'Kedai Penjajah Hiu'. Ia membuka pintu utama dan menimbulkan bunyi decitan. Riani langsung mengarah kebagian belakang kedai, disana ia melihat dua laki-laki sedang mengobrol membelakanginya. Ia membuka jubahnya lalu membuangnya kesembarang arah.kemudian menghampiri kedua laki-laki itu. Ia terkejut karna salah satu dari laki-laki itu adalah orang yang menyerangnya tadi, Rifai.

"Raschal" panggil Riani yang membuat dua orang itu menoleh.

"Hm? Riani? Kenapa? " tanya Raschal pada Riani. Riani mengambil mengambil kursi yang ada disebelahnya lalu membawanya dan menaruhnya didepan Raschal serta Rifai.

"Capek. Bikinin kopi" suruh Riani kepada Raschal yang membuat Raschal mendengus kesal.

"Bikin sendiri sono" ujar Raschal yang malah balik menyuruh Riani. Riani menatap Raschal tajam yang membuat Raschal bungkam dan mau tak mau menuruti perintah Riani. Raschal pergi meninggalkan Riani dan Rifai sambil menggerutu, hal itu membuat Riani terkekeh pelan. Rifai yang melihat Riani terkekeh hanya tersenyum. Riani melirik kearah Rifai yang sedang memperhatikan nya, ia kembali memasang wajah datarnya.

Hening.

Burung hinggap dimeja depan tempat duduk Riani dan Rifai. Riani mengambil burung itu meletakannya diatas tangannya.

"Halo tuan burung" sapa Riani pada burung itu. Riani tidak bisa bicara pada binatang, dia bicara pada burung itu agar suasananya tidak awkward. Burung itu memgepakkan sayapnya, Riani mengelus tubuh burung itu. Rifai terkekeh melihatnya.

"Kau menyukai burung?" Gumam Rifai tersenyum sendiri melihat sikap Riani yang berbicara dengan burung.

"Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Riani samar-samar mendengar gumaman Rifai,  Rifai mengalihkan pandangannya.  Riani tidak menunggu jawaban ia sibuk mengelus burung itu.

"Oh, ya,  nona-" Ujar rifai terputus karna kedatangan Raschal mendadak.  Raschal membawa secangkir kopi dan menaruhnya didepan meja riani dengan ketus,  ia mendengus kesal. "Nona-" Belum kalimat selesai diucapkan,  Raschal kembali memotongnya,  ia berbalik badan dan bertanya.

"Teman barumu,  tidak memesan minuman?" Tanya Raschal mengangkat salah satu alisnya. Riani tidak menjawabnya dan sibuk dengan kopinya.  Raschal mendekat.  "Ngomong-ngomong sejak kapan kau akrab dengan orang baru?  Aku tidak salah bukan?  Dia baru saja kau temui?" Tanya Raschal bertubi-tubi melirik tajam kearah rifai.

"Kau terlalu penasaran,  jangan banyak bertanya,  urusi urusanmu,  Raschal" Ujar riani menatap tajam kearah Raschal,  Raschal hanya bisa diam melihat tatapan riani dan pergi meninggalkan riani dan rifai.

"Ngomong-ngomong,  Nona-"Ujar rifai yang terputus oleh ucapan riani. "Riani" Ujar riani datar tanpa ekspreksi sama sekali. "Ya,  riani,  dimana kau tinggal?" Sambung rifai bertanya penuh penasaran.

"Pangeran, Anda jauh-jauh kesini ada urusan dengan saya?"Tanya Riani dengan tatapan membeku yang membungkam mulut Rifai untuk bertanya, Rifai tidak menjawab dan hanya terdiam.

"Aku tersesat,  terpisah dari rombongan.  Kerajaan Foresta,  kami ada urusan kesana,  militer" Sambung Rifai mengubah topik pembicaraan,  agar tidak  dijawab ketus kembali.

"Lalu apa hubungannya denganku?  Kau tidak takut,  kalau aku ini orang berbahaya?" Tanya Riani menjawab dengan ketus dan sedikit memancing. Rifai hanya menelan ludahnya mendengar ucapan riani.  "Huft,  dasar ceroboh" Ujar Riani meninggalkan Rifai sendirian.

"Riani,  bayar!  Kau berhutang terus kepadaku! " Teriak Raschal kesal dengan nada yang tinggi.  "Tenang,  Rama akan kesini dan membayarnya" Ujar Riani melambaikan tangannya dan menutup pintu, Rifai mengikutinya.

"Hei!  Bisakah kau mengantarku ketenda kerajaan Swneth?" Tanya Rifai mengejar Riani dan mengikutinya bagaikan ekor.

"maaf,  tapi aku sibuk.  Kau bisa meminta kepada yang lain" Jawab Riani ketus,  tanpa menatap orang yang diajak bicaranya dan pergi begitu saja.  Rifai terus mengikutinya seperti ekor karna ia takut tersesat.  "Berhenti mengikuti!  Kau mengikutiku seperti ekorku saja!" Teriak riani menaikkan nada bicaranya sambil memelototi Rifai,  Rifai terdiam ditempatnya,  riani berjalan terus.

"Aku tidak tahu wilayah ini,  jika aku tersesat dan menghilang,  bagaimana dengan pertemanan antara kerajaan Swneth dan Foresta?" Ujar Rifai seolah mengancam akan kerjasama kedua kerajaan.  Riani berhenti mendengarnya.

Riani menengok dengan tatapan mematikkannya. "Kau mengancam antara kerjasama kedua kerajaan?" Tanya Riani tajam,  Rifai menelan ludah dan berkeringat dingin.

"Jika anda tidak ingin itu terjadi,  bantulah saya menemui tenda kerajaan Swneth" Ujar Rifai seolah tak gentar dan tegas.

Riani mengangkat salah satu alisnya,  heran.  Ia terdiam beberapa saat,  berfikir apa yang harus ia lakukan,  menolong si pangeran?  Atau kembali keistana untuk latihan sihirnya bersama keempat saudaranya? Kemudian riani menghela nafasnya. "Baiklah,kau menang. Aku akan membantumu ke tenda kerajaan Swneth,  setelah itu jangan lagi meminta bantuanku! " Ujar riani dengan sebuah syarat.  Rifai mengangguk dengan yakin.

__________________________________________________________________________________________

Halooo..

Gimana dengan part ini?

Thanks ya udah nyempetin baca cerita ini.

Jangan lupa Vote and Coment ya~~

Magic In DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang