Lara

20 5 0
                                    

Terlepas dari kisah cintaku dengan Fajri dan kisah persahabatanku dengan Olive, kembali lagi ke kehidupanku yang semula, kehidupan yang banyak dipenuhi dengan luka dalam yang begitu membekas, mungkin orang bilang hidupku ini memang nampak begitu menyedihkan, tapi aku akan terus semangat menghadapi hari, menyatukan setiap kepingan puzzle yang berserakan. Karena manusia seperti layaknya kumpulan puzzle, setiap keping terbagi-bagi. Dan keping itu sangat dibutuhkan untuk mendirikan puzzle, walaupun hanya satu bagian,karena itulah manusia dengan hidupnya. Kehidupan yang saat ini dijalani,dengan segala hal yang dilakukan,akan membuat seseorang berterimakasih suatu hari nanti, dan orang itu adalah diri kita sendiri.

Segala hal yang aku lakukan hari ini,aku yakin suatu saat akan membuat aku menjadi seseorang yang jauh lebih baik ,seseorang yang lebih tegar,seseorang yang mampu menghargai sebuah kehidupan.
Allah SWT pernah berfirman:

"Bukankah kami telah melapangkan bagimu (dadamu)? Dan kami telah meringankan kepadamu (bebanmu)? Dan kami telah memasyhurkan sebutanmu? Maka setiap masalah pasti ada jalan keluar,sesungguhnya disetiap masalah ada jalan keluar,kemudian apabila engkau bertekad maka berusahalah,dan kepada tuhanmulah engkau menaruh harapan"
( Q.S.Al-Insyirah).

Bahkan Allah telah menekankan sebanyak dua kali diayat 5 dan 6, bahwa setiap masalah pasti akan ada jalan keluar, itulah yang aku yakini, setiap masalah yang aku hadapi saat ini pasti akan ada jalan keluarnya dan setiap usaha yang telah aku lakukan hari ini pasti tidak akan sia-sia,karna Allah sudah menjamin itu.

Terkadang menangis adalah cara satu-satunya yang aku lakukan untuk menumpahkan semua, disaat sudah tidak ada lagi tumpuan, sudah tidak ada lagi yang bisa aku harapkan, hanya menangis yang bisa aku lakukan, dan hanya kepada Allah lah dalam sujudku menaruh segala harapan.

Aku bukanlah wanita yang tegar yang mampu menyembunyikan kesedihan secara berkala terus-terusan, tidak dapat dipungkiri aku memang selalu mengalami hal-hal berat yang terkadang hampir membuatku begitu putus asa, tapi demi sahabat-sahabatku,demi Fajri,dan demi ibu aku berusaha baik-baik saja, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menampakkan kesedihanku didepan mereka, aku tidak ingin membuat mereka terbebani dengan segala masalahku, biar saja aku menyimpan sendiri semampuku.

Masalahku tak hanya berhenti disitu saja,belum sembuh luka yang lama sudah muncul luka yang baru, bukan hanya kehidupan yang terjadi didalam rumah antara aku dan ibu saja yang berantakan, tapi mulai muncul konflik baru,Kakakku. Ya,kakakku Mey,dia sudah berumah tangga ,dia sudah menikah dengan kak Abi suaminya setelah ia pulang dari Jakarta dulu, dari pernikahannya dengan kak Abi,kak Mey sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Vano,Vano sekarang sudah berusia 6tahun, dia sudah mulai mengerti segalanya meskipun tidak sepenuhnya.

Memasuki tahun ke-10 usia rumah tangga mereka, mulai muncul banyak permasalahan, ada saja hal rumit yang selalu menyambangi kehidupan mereka. Aku takut, aku takut pertengkaran diantara mereka akan berakibat buruk bagi Vano,aku takut Vano akan merasakan apa yang sudah aku rasakan, aku takut jika Vano nantinya tumbuh menjadi pribadi yang kasar. Banyak yang aku cemaskan,banyak hal yang berkecamuk didalam pikiranku waktu itu.

Hingga akhirnya kakakku memutuskan untuk meninggalkan semuanya,dia ingin melupakan segala permasalahan yang ada saat ini dengan pergi bekerja keluar negeri, aku kaget mendengar keputusan kak Mey,bagaimana bisa dia berpikiran seperti itu, luar negeri bukanlah tempat yang dekat dan bekerja disana bukan hanya menghabiskan waktu satu atau dua bulan saja,tapi bertahun-tahun, lalu bagaimana dengan Vano?

Awalnya ibu sempat tak menyetujui keputusan kak Mey itu, apa yang difikirkan ibu sama dengan yang aku fikirkan, yaitu Vano.

"Apa kakak yakin dengan keputusan kakak ini? Luar negeri bukan seperti Jakarta-Bogor yang setiap saat bisa kita kunjungi,bahkan disana memerlukan waktu bertahun tahun kak, apa kakak tidak akan salah mengambil keputusan ini?" tanyaku.

"Kakak yakin dek,kakak sudah memikirkan baik-baik hal ini" jawab kakakku mantap.

"Lalu bagaimana dengan Vano kak? Dia baru berusia 6th dia masih membutuhkan kehadiran kakak" aku berusaha membujuk kak Mey.

"Tenanglah dek,insyaallah Vano akan baik-baik saja, kakak juga sudah memikirkan itu, asal kalian mendidik Vano dengan baik pasti suatu saat Vano akan mengerti, lagian kan hanya memerlukan waktu 3th, waktu 3th akan terasa cepat nantinya, kakak juga akan sering-sering menelepon kalian nanti, percayalah".

Kakak terus berusaha meyakinkanku, apa boleh buat keputusan kakak sudah begitu bulat, aku tidak bisa lagi mengubahnya,ibu pun juga demikian,hingga akhirnya kami merelakan kepergian kakak.

Kak Mey menitipkan Vano kepada ibu, ya sekarang kami tinggal bertiga, ayah tiriku sekarang sedang bekerja di Bali jadi hanya ada ibu,aku dan ditambah Vano sekarang, kehadiran Vano membuat suasana rumah agak berbeda,ada suasana sedikit ramai,karena dia selalu berulah dengan tingkah nakalnya yang begitu khas dengan kenakalan anak-anak usia 6th pada umumnya. Aku sangat menyayangi Vano, begitu juga dengan ibu. Kak Abi juga sering kerumah seminggu sekali jika ia libur bekerja untuk menengok Vano. Kak Abi sekarang hanya tinggal sendiri dirumahnya yang dulu ditinggali dengan Kakakku.

Kejadian antara kak Mey dengan Kak Abi itu seketika terbayang didalam pikiranku. Bagaimana jika kelak aku akan mengalami hal yang seperti itu juga? Bagaimana jika kelak seandainya aku sudah berumah tangga aku juga akan dihadapkan dengan kehidupan rumah tangga seperti ibu? Rumah tangga yang dipenuhi dengan pertengkaran, hati kecilku sedikit merasa takut dengan hal itu,ada trauma tersendiri dari setiap masalah yang aku hadapi. Ahhh,tapi tak baik berpikiran seperti itu, meski kakak dan ibu mengalami hal seperti itu belum tentu kelak aku juga akan mengalaminya, pasrahkan saja semuanya kepada Allah,pikirku kembali.

Waktu begitu cepat, sudah setahun berlalu setelah kepergian kak Mey, semua nampak berbeda, kebetulan tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tahun ini adalah tahun pertama Ramadhan tanpa kak Mey, dan nanti ketika Idul Fitri tiba, suasana rumah pasti juga akan sangat berbeda, hanya ada aku anak ibu satu-satunya. Kuharap waktu ini lekas berlalu, menghapus semua lara yang aku dan Kak Mey rasakan, semoga keadaan akan lekas membaik dan semua kisah pilu ini tidak lagi hadir dalam kehidupanku.

Rembulan Dimata FajriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang