|| Meski Mencintaimu Hanya Mematahkan Hatiku Sendiri ||
Aku tak peduli.Sudah sejak minggu yang lalu, beranda ini menjadi saksi bisu kepergianmu. Keputusan untuk memilih dia bersanding denganmu, yang jelas-jelas bukanlah aku, telah menghadirkan pilu dalam hatiku.
Dalam. Secepat kilat, ingin ku hentikan deguban rasaku padamu. Namun, gagal. Degupan itu masih ada dan masih sama. Deguban yang pernah berharap kau dan aku menjadi kita.
Hari ini, di beranda ini, aku mengulang-ulang detik bersama mu. Detik-detik yang menggetarkan rindu. Detik-detik saat senyummu masih miliku. Detik-detik yang menghadirkan pilu. Detik-detik yang tak pernah kau rasa perlu.
Detik-detik saat degupan ini masih tentang kamu.Masih di beranda ini. Kata orang, aku ini bodoh, menyiksa hati dengan tetap mencintai. Tapi aku tak peduli.
Dari beranda ini, aku mengamati langit di luar masih menjatuhkan rintik. Rintik yang masih sama seperti saat kau belum jatuh dalam pelukannya.
Lirih.
Degup jantungku terasa perih.
Aku kalah dan kita harus berpisah. Namun, mencintaimu aku belum lelah.
YOU ARE READING
Gramatika Rasa
PoetryAku hanya berusaha menata kata demi kata untuk ungkapkan rasa.