A

34 6 7
                                    

Pagi yang cerah untuk sekedar bernegosiasi dengan lelah. Hampir putus asa ia mencari apa yang ia cari. Entahlah, artikan sendiri kalimat tadi.

Ekhem. Ready? Lets get it!


Ya. Luna Hazelia biasa dipanggil 'Nana'

Sederhana, namun mengandung banyak makna. Hm, sepertinya

"HUAAAAAAAA" suara Nana menggelegar di pagi hari, tanpa menutup mulutnya ia menguap begitu nikmat.


"Nana bangunnn, mau sampai kapan kamu bertingkah seperti di hutan." tanpa disadari, yel yel miliknya terdengar hingga ke penjuru alam.
Dengan mama yang terus menggedor pintu kamar anak gadisnya itu. Gawat

"Iyaaaa mama ku sayang, Nana kelepasan. Maaf. Udah bangun kok." teriaknya tanpa membuka pintu


"Cepat turun, mama udah nyiapin sarapan. Hari ini jadwalnya kamu berkunjung ke rumah papa kan."

Nana tertegun, ia hampir lupa bahwa dirinya masih dan harus bertemu ayahnya meski orang tuanya telah berpisah.

Ya, orang tua Nana sudah berpisah sejak Nana duduk di sekolah dasar. Dan kini ia sudah beranjak dewasa, lebih tepatnya ia baru saja menuntaskan sekolah menengah atasnya. Ngga kerasa ya


Nih anak malah diem. Batin sang mama. "Kamu tidur lagi Nana?"


"Engga ma, astaga. Ini Nana lagi ngumpulin nyawa. Sabar" alibinya

"Yasudah. Kalau udah banyak kasih tau mama, siapa tau bisa mama jual. Kan lumayan"

Astaga, receh ma. Batin Nana.

5 menit kemudian Nana turun, ia masih mengenakan jubah kebesarannya. Ya, piyama. Imut

"Morning mom" sapa Nana disela langkahnya menuruni tangga.

Mergangkan otot, menarik tangan keatas. Membawa ujung atasan piyamanya tersingkap keatas. Menguap, menggaruk kepala. Duh gadisnya siapa sih?


"Morning honey. Udah dapat berapa nyawa sayang?"


"Masih inget aja ni emak-emak satu."
Gerutu Nana yang didengar jelas oleh sang Mama.


"Udah bosen naik mobil, Luna Hazelia?" Ancam sang mama.


"A-apaansi mama, negatif mulu. Maksud Nana, meskipun mama udah emak emak tapi ingatannya masih kuat. Gitu." Elak Luna yang sudah mulai khawatir jika mobilnya disita lagi.


Jadi gini..

Dulu waktu mama nya pulang dari salon dan menanyakan pendapat sang anak mengenai rambut barunya, dengan enteng Nana menjawab


"Ngapain sih ma pake ke salon segala, kaya ada yang nglirik aja."

Detik itu juga mama nya merasa tidak terima lalu menyita mobilnya, dan selama seminggu Nana harus naik angkot untuk pergi ke sekolah untung saja pulangnya ia bisa nebeng Caca sahabatnya. Hhh not bad


"Cepat sarapan habis itu mandi, mama mau beresin dapur dulu"

"Dari tadi kek." Umpat Nana.


"Mama denger ya sayang."


"Hehe, i love you mom." Mulut manis seorang gadis, cih


Setengah jam kemudian..

"Ma, Nana ke Papa dulu yah." Pamit Nana, mencium tangan sang Mama.

"Iya sayang, hati hati yah. Salam buat papa kamu"


dan di jawabi dengan kedua jempol Nana yang diangkat didepan wajah sang Mama.
Telak. Membuat mama mendelik tajam, yang berhasil membawa sang anak lari ngibrit.

Sepeninggal Nana, mama nya hanya geleng geleng kepala. Dasar Nana, untung sayang.

Luna mengeluarkan mobilnya dari garasi, menancap gas ke jalan raya menuju rumah papa tercintanya. Yay

.

.

.

Mau ketemu papa Nana ngga? Ayolah. Siapa tau dapet restu.

Gimana-gimana?

Ehe, engga.

-Tbc-

Nothing, Nana My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang