Hijrah

16 5 1
                                    

Setelah sekian banyak permasalahan yang aku hadapi, aku mulai tersadar dan berpikir arti dari semua yang terjadi, dulu jika aku mencoba segala hal untuk melupakan masalah  dengan cara-cara yang mungkin bisa dibilang ngawur, aku belum paham betul apa sebenarnya yang dimaksud dengan masalah dan aku belum mengerti bagaimana cara menghadapinya, sehingga itu membuat aku cenderung melakukan hal-hal yang begitu bodoh sampai-sampai aku ingin mengakhiri hidupku sendiri.

Pada kenyataannya hal-hal bodoh yang aku lakukan itu tidak mampu menghilangkan seluruh luka yang aku alami,justru hal itu semakin membuat semuanya bertambah parah, aku semakin merasa frustasi dan tak mampu menghadapi diriku sendiri, setiap hari hanya menangis menangis dan menangis saja yang aku bisa dan bahkan hampir seperti orang gila.

Hingga suatu ketika saat aku kembali mengalami masalah yang begitu besar, Olive mendampingiku dia selalu menekankan kepadaku mengenai ilmu-ilmu agama, tak jarang ia melantunkan ayat-ayat suci Al-quran didekatku. Mendengar suara yang dilantunkan oleh Olive membuat hatiku terenyuh,aku merasa begitu nyaman dan tentram, entah keajaiban apa yang datang, seakan akan semua masalahku hilang tak ada beban lagi yang aku rasakan, aku merasa Allah begitu dekat kala itu.

Akhirnya hal itu menyadarkanku,bahwa aku masih memiliki Allah, Allah selalu bersamaku, ia selalu memelukku didalam tangisan,selalu melindungiku dari segala hal yang tidak bermanfaat,aku mulai mengerti akan semua yang terjadi, Allah memberiku masalah untuk menjadikan aku gadis yang dewasa dan tidak mudah menyerah,segala kebesaran Allah itu membuat aku berniat untuk berhijrah,aku ingin merubah segala kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan,aku memutuskan untuk berhijab dan menutup diriku dengan penuh keistiqomahan. Aku merubah penampilanku secara total, aku sekarang lebih gemar memakai gamis syar'i dibalut dengan hijab panjang yang kurasa begitu menawan dan terkadang tak segan-segan aku bercadar, ya aku lebih menyukai penampilanku yang sekarang, aku lebih merasa nyaman,dengan hijab,tidak akan ada satu laki-laki manapun yang akan meremehkanku,dengan hijab kehormatanku akan lebih terjaga dan dengan hijab aku akan menghindarkan ayahku selangkah dari panasnya api neraka.

Namun keputusanku untuk berhijrah tak senantiasa berjalan mulus,cobaan tak berhenti begitu saja, bahkan setelah aku berhijrah semakin banyak rintangan yang aku hadapi, banyak orang yang memandang aku aneh karena aku bercadar,mereka memandang aku seakan akan ada yang salah dengan penampilanku, tak segan-segan banyak yang mencibir dan menjauhiku. Aku berpikir, kenapa? Apa aku salah?
Orang-orang mengira bahwa setiap wanita yang bercadar itu adalah bagian dari komplotan teroris, bagi mereka wanita bercadar haruslah dihindari dan dikucilkan,kenapa mereka bisa berasumsi begitu? Apa yang salah dari wanita bercadar? Bukankah didalam islam memang dianjurkan untuk kaum wanita memakai cadar,karena cadar dapat menutupi bagian aurat wanita yang tidak boleh diumbar disembarang tempat.

Jika mereka menganggap seorang wanita yang bercadar dan berpakaian begitu tertutup sebagai seorang teroris,bolehkah aku menganggap wanita-wanita yang berpakaian seksi sebagai seorang pelacur? Kenapa wanita-wanita seksi banyak didekati namun wanita bercadar justru dijauhi? Bukankah Allah telah memerintahkan wanita untuk menutup diri melalui firman-firmannya? Seperti yang telah tercantum disurah Al-Ahzab ayat 59  :

"Hay Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita (keluarga) orang-orang mukmin,agar mereka mengulurkan atas diri mereka (keseluruh tubuh mereka) jilbab mereka,hal itu menjadikan mereka lebih mudah dikenal (sebagai wanita muslimah yang terhormat dan merdeka) sehingga mereka tidak diganggu".

Didalam surah itu sudah jelas dikatakan bahwa wanita wajib menutup auratnya, jadi menurutku mereka hanya bisa berasumsi tanpa tau pedoman yang jelas, mereka hanya berpendapat pada kebiasaan dan teori bahwa yang bercadar pastilah dia teroris, padahal itu belum tentu benar.

Bukannya aku munafik, tapi aku hanya tidak sependapat dengan mereka, bagiku asumsi mereka itu salah,karena hanya asal-asalan saja dalam menilai orang,memang benar berhati-hati dan waspada itu penting tapi hal itu lantas bukan menjadi alasan untuk mengucilkan orang-orang yang bercadar,mereka juga butuh hidup bermasyarakat dan mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang kebanyakan.

Cibiran yang sering aku rasakan,tak serta merta menggoyahkan keyakinanku untuk terus berhijrah, segala sesuatu tidak mungkin akan selalu berjalan mulus, pastilah akan ada rintangan untuk menguji seberapa tangguhkah keyakinan kita untuk terus melangkah,bagiku keputusanku ini sudah tepat, berhijrah dijalan Allah adalah cara terbaikku untuk menjadi seorang wanita muslimah dan istiqomah.

Awalnya ibuku  juga tak setuju dengan keputusanku untuk bercadar,ya ibu berasumsi seperti mereka,yang ibu tau wanita bercadar adalah seorang teroris, ibu takut jika orang-orang akan menjauhiku jika aku memakai cadar,ibu takut jika hal itu malah akan menjauhkanku dari kehidupan bermasyarakat.
Pengetahuan ibuku tentang agama memang belum begitu dalam,jadi wajar saja jika dia juga memiliki asumsi seperti warga desa kebanyakan,aku berusaha meyakinkan ibu bahwa cadar bukanlah suatu penghalang,justru cadar ini yang akan senantiasa menjaga kehormatanku.

"Ibu tidak setuju jika kamu memakai cadar,apa kamu tidak tau? Orang yang bercadar itu berarti dia teroris,apa kamu mau dikucilkan? Apa kamu mau banyak orang yang menganggapmu berbahaya?" kata ibu tak terima.

"Bu,cadar itu bukan suatu aib jadi kenapa aku harus takut? Didalam islam wanita sangat dianjurkan untuk menutup aurat, tak semua wanita bercadar itu seorang teroris bu,mereka hanya salah berasumsi, cadar tidak akan menghalangi langkahku justru akan melindungiku,percayalah" kataku meyakinkan keraguan ibu.

"Ibu hanya takut kamu dijauhi nak,ibu hanya tidak ingin sampai hal itu terjadi" ibu meneteskan airmata dan lalu memelukku. "Percayalah bu,cadar tidak akan menyulitkanku" aku memandang ibu lekat-lekat,mataku memancarkan sebuah keyakinan yang besar untuk ibu, lalu ibu pun mengangguk dan mengerti.

Hijrah memang suatu hal yang mudah,namun untuk selalu menjaga agar tetap istiqomah itulah hal yang susah, setiap hari aku berusaha menampik omongan-omongan warga desa yang masih mengganggapku aneh,aku tidak begitu memperdulikan itu, yang terpenting aku tidak mengganggu mereka dan aku tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Aku bahagia seperti ini, setelah berhijrah aku merasa hidupku lebih tentram,memang masalah tidak begitu saja reda,namun setelah berhijrah aku bisa menjadi kebih bijak dalam menghadapi masalah, sekarang setiap ada masalah aku lebih memilih untuk melupakannya melalui hal-hal yang positif, seperti waktuku kugunakan untuk membaca qur'an,membaca buku,atau bahkan menulis,siapa tau saja kisahku ini bisa menginspirasi wanita muslimah yang lainnya.

Ya memang pikiranku sudah jauh lebih baik dari yang dulu,pikiran bodoh yang sempat kuanggap sebagai jalan terbaik sebelum aku berhijrah.


Hmmm,keliatannya peminat cerita ini sepi ya? Ceritanya kurang menarik? Banyak typonya? Dan banyak bagian yang cuma gitu2 aja? Makanya jangan lupa buat tinggalin jejak vote dan coment kalian, ya harap maklum ya ini baru pertama kalinya aku nulis di wattpad dan baru tahap belajar, tapi gakpapa aku bakalan terus lanjutin ceritanya dan insyaallah akan aku buat lebih menarik lagi, see you next part readers🙌😘

Rembulan Dimata FajriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang