Lemparan batu mengembalikanmu?

92 6 0
                                    

Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku selanjutnya,setelah kejadian lemparan batu yang mengenai kepalaku. Sakit,ketika aku bangun,aku berada di rumah sakit. Bau-bauan obat mengganggu penciumanku. Aku tidak suka rumah sakit.

"Aw."

"Hei,kau sudah bangun?"

Aku merasakan kepalaku berat,seperti sedang terkena flu. Oh atau tidak,ini lebih berat dari sekedar terserang flu,dan perih. Aku menekan nekan sisi luka yang telah di balut perban,berusaha menghilangkan perihnya.

"Pendinginnya sudah hilang,perihnya akan mulai terasa. Tapi kamu akan baik-baik saja."

Aku mengerutkan kening,baru sadar siapa yang berbicara denganku. Tentunya bukan dokter,karena dokter tidak akan berbicara dengan nada khawatir yang kental. Dia-

"Kamu mau minum?"

Aku menggeleng pelan.

"Kenapa kamu disini?" Tanyaku,

"Oh? Aku?"

Aku mengangguk,

"Aku sedang berusaha menyelesaikan sekolahku."

Aku diam sejenak,

"Kamu serius soal menjadi dokter?" Aku kira dia hanya bercanda.

"Memangnya aku terdengar tidak serius ya? Hihi,maklum saja,teman-temanku lebih menyarankan aku menjadi pembawa acara atau model."

Aku tersenyum tipis,dia selalu melucu.

"Ketawa jangan?"

"Ketawa saja. Itu akan sedikit menenangkan hati."

Tiba-tiba saja senyumku hilang. Apa maksud Ezra berbicara seperti itu? Apa aku terlihat seperti-

"Ya. Kamu sedang patah hati."

Aku diam.

"Tidak apa,itu manusiawi."

Aku diam.

"Kamu hanya perlu sedikit waktu untuk menghilangkan sakitnya,sabar saja. Kemudian,kamu harus menunggu lagi untuk membuat lukanya kering. Sehabis itu,sembuh. Oh,atau kau bisa mengoleskan salep untuk menghilangkan bekasnya."

Aku meringis, "Seperti menyembuhkan luka di kepalaku?"

Ezra tertawa,manis.

"Ya,bayangkan saja seperti itu."

"Aku harus mengoleskan salep apa untuk luka hatiku?"

Ezra diam sejenak,kemudian :

"Um,kamu harus menghadirkan seseorang yang baru. Anggap saja dia salepnya, aku yakin, lukanya akan sembuh total. Kamu tidak akan ingat pernah terluka."

"Hihi, dan dimana aku akan mendapatkan seseorang yang bersedia kujadikan salep itu?"

Ezra diam.

"Ezra?"

"Disini."

"Hum?"

"Iya. Kamu bisa menemukan seseorang itu disini."

"Di rumah sakit?"

"Atau bahkan kamu sudah menemukannya?"

Aku menggeleng, "Tidak."

"Sudah. Disisimu,sedang bercakap denganmu."

Aku diam,

"Ka-mu?"

"Anggap saja begitu."

Aku merasakan panas diwajahku,apa maksudnya? Aku menggaruk pipiku,padahal tidak gatal,kemudian cengengesan,

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang