1. Tian

16.4K 286 6
                                    

Hartian Tegar Raga

Itulah nama lengkapku sebagai pemberian orang tuaku, namun aku lebih sering dipanggil Tian. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara, semua kakakku perempuan. Saat usiaku masih balita, ayahku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan, sehingga aku pun tumbuh menjadi anak yatim tanpa ada sosok figur Sang Ayah. Bersama Ibu dan kedua kakakku, kami hidup sederhana pada sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari ibuku bekerja serabutan, kadang menjadi buruh di perkebunan, kadang menjadi buruh cuci para tetangga dan lain sebagainya. Dan untuk membantu perekonomian keluarga, aku dan kedua kakakku juga turut bahu membahu menopang dengan berdagang kue yang kami jajakan keliling kampung.

 Dan untuk membantu perekonomian keluarga, aku dan kedua kakakku juga turut bahu membahu menopang dengan berdagang kue yang kami jajakan keliling kampung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tian

Lingkungan tempat tinggal kami, terdapat sebuah tempat lokalisasi di mana banyak para pria hidung belang yang bertransaksi seksual dengan para wanita tuna susila yang kerap berlangsung di malam hari. Pemandangan ini sering aku jumpai dan menjadi hal yang tak asing lagi di mataku. Bahkan aku juga akrab dengan kehidupan para lonte yang sering memberiku uang jajan. Mereka memperlakukan aku seperti anaknya sendiri, dan aku juga menganggap mereka adalah kupu-kupu malam yang memiliki hati bidadari. Aku tanpa segan memanggil mereka mami... karena merekalah yang sering membantuku dalam segala hal terutama keuangan.

Di tengah kehidupan yang keras dan tak lazim itu, aku tumbuh dan berkembang menjadi sosok bocah gemulai dan lebih menonjolkan sisi feminimitas-nya. Aku tak tahu mengapa demikian... hari-hariku memang dipenuhi dengan figur-figur wanita tanpa ada sosok maskulin yang dapat mempengaruhi perkembangan raga dan jiwaku sebagai anak laki-laki. Namun demikian, aku tidak pernah menjadikan ini sebuah dilema yang perlu aku takutkan, meskipun banyak orang dan teman-teman sebayaku yang mencibir dan mencemooh terhadap perilaku ini. Aku tetap tersenyum dan akan selalu berpikir positif untuk menjadi diriku sendiri, walaupun terkadang aku juga sangat sedih dan menangis, karena keadaanku ini. Akan tetapi aku tidak bisa berbuat banyak, aku hanya mencoba untuk tetap tegar dan menjalani kehidupanku dengan kesabaran dan keikhlasan.

 Akan tetapi aku tidak bisa berbuat banyak, aku hanya mencoba untuk tetap tegar dan menjalani kehidupanku dengan kesabaran dan keikhlasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tian

Memasuki bangku Sekolah Dasar aku mengenal seorang anak laki-laki bernama Alim, dia berusia dua tahun lebih tua dariku, darinya aku bisa mengenal dan merasakan arti persahabatan. Karena Alim adalah sahabatku yang paling baik, dia tidak pernah mencemooh dan meledekku, karena perilaku-ku yang kemayu, bahkan dia sering menghibur dan membela saat teman-teman yang lain menggangguku. Selain memiliki wajah yang teduh dan rupawan, Alim adalah satu-satunya sosok yang memberikan aku spirit untuk rajin bersekolah dan mengaji. Karena dialah yang membuat semangatku berkobar untuk berubah dan menyerap semua pelajaran dengan lebih baik.

Kebaikan Alim benar-benar menggetarkan hatiku, diam-diam aku mengaguminya, aku tidak tahu perasaan apa ini, tapi yang jelas aku suka dengan semua yang ada pada diri Alim, mungkin ini perasaan cinta, tapi aku tidak memahaminya. Aku hanya merasa senang bila bertemu dan berada dekat dengan dia. Wajah tampannya juga kerap membuatku terbayang-bayang dan selalu merindukan kehadirannya di sisiku. Tapi aku kadang menepis perasaan yang tak wajar ini, aku ingin menghilangkan semua perasaan yang aneh ini... Aku ingin tetap menjalin persahabatan tanpa dkotori dengan rasa ganjil ini.

Dan akhirnya aku pun lulus SD.

Dengan nilai akademik yang memuaskan aku pun melanjutakan pendidikan ke jenjang SLTP favorit di tempatku. Sejak masuk ke bangku SLTP, aku jarang sekali bertemu dengan Alim, kami sama-sama disibukan dengan kegiatan dan sekolah kami masing-masing, sehingga kami nyaris tak pernah bertatap muka lagi. Di tengah rasa kehilangan sosok si Alim, aku berkenalan dengan banyak teman-teman baruku. Dan salah satunya adalah Iman, dia adalah cowok berwajah tampan berkulit putih dengan rambut agak kecoklatan, matanya lebar, hidung mancung dan bibir kemerahan. Dialah yang mampu mengalihkan pemikiranku terhadap Alim. Penampilannya yang mendekati sempurna itu cukup membuatku tertarik untuk mengenalnya lebih dekat, meskipun kita berbeda kelas. Pokoknya Iman merupakan sosok baru yang menjadi primadona dalam kehidupanku. Aku suka dia.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang