Lost

130 11 0
                                    

Aku bahkan terus merasa wangi khas dirinya masih tercium menempel di baju ku yang mulai basah oleh air mata. Pelukan ternyaman yang aku rasakan selama hidup ku hanyalah ketika berada dalam pelukan almarhum ibu dan dirinya. Tapi sekarang ? Aku bahkan ragu jika aku bisa kembali berada dalam dekapan hangatnya. Aku benci ini.
Aku tidak tau lagi apa yang sekarang aku rasa, kupingku terasa berdengung dan tiba tiba semua terasa senyap. Ku rasa aku seperti melayang dengan lutut yang selemas jelly, terbang dengan kehampaan yang sulit aku jabarkan seperti apa rasa ku sekarang ini. Aku berteriak sekeras yang aku bisa, menjerit dengan sisa sisa tenaga yang aku punya. Tapi ada apa ini ? Kenapa aku seolah tuli dan tidak bisa mendengar jeritan ku sendiri ? Aku tau aku menangis. Aku sungguh sadar tapi kenapa aku bahkan tidak bisa mendengar suara tangis ku sendiri ?
Aku memukul mukul dada ku sendiri entah untuk apa. Menormalkan rasa sakit ? Atau mencoba merasakan rasa sakit dari pukulan ku ? Karna demi Tuhan aku tidak merasakan apapun selain ingin cepat cepat mengakhiri semua situasi yang menyiksa ku ini.

***

Aku mengerejapkan mata ku berulang kali. Mata ku terasa perih dan oh mungkin sekarang sudah membengkak sebesar bola kasti. Tapi kemudian aku terbangun dan terduduk bersandar pada ranjang ku. Siapa yang membawa ku kesini ? Dan ada apa sebenarnya ? Kenapa dada ku begitu merasa sesak ? Ada sakit yang membuat ulu hati ku seperti di tusuk tusuk ribuan jarum, klise memang. Tapi ini yang aku rasa.
Aku meremas rambut ku frustasi ketika aku sadar, aku kembali pada kenyataan yang menyedihkan. Tangis ku kembali pecah. Air mata tiba tiba mengalir dengan tidak terkontrol, sialan! Bagaimana ini bisa berhenti! Aku sakit ku mohon!

"HARRY! AKU MAU HARRY! TOLONG SIAPAPUN AKU MAU HARRY!"

Pintu kamar ku terbuka lebar seketika. Itu Louis, kenapa Louis ada disini ?! Aku mau Harry ku mohon! Aku mau harry!

"Nath! Nath kumohon kuatlah!" Louis memeluk ku erat. Menyalurkan ketenangan yang sama sekali tidak membantu. Aku tidak ingin siapapun memeluk ku selain Harry!
Aku berontak dengan rasa panas emosi yang bergejolak di dalam tubuh ku! Brengsek! Lepaskan aku! Harry tidak akan suka melihat ku di peluk oleh siapapun! Lepaskan berengsek!
Ingin sekali rasanya aku berteriak seperti itu, tapi demi Tuhan lidah ku terasa kelu. Aku merasa aku hanya bisa menjerit, apa aku histeris ? Aku tidak tau, yang aku tau aku begitu menginginkan Harry. Kekasih ku.

"Nathelie! Dengerkan aku! Kau tidak bisa seperti ini, Harry tidak akan tenang jika kau seperti ini! Kuatlah." Louis mengguncang bahu ku, menatap ku dengan mata yang sama sama sudah berair. Tidak, aku tidak bisa.

"Kumohon, kuatlah." Suara Louis melemah dengan melemasnya tubuh ku Louis kembali mendekap ku dengan erat, tapi sayang suara tangis ku tidak bisa mengecil sedikitpun, malah membesar meraung raung pedih.

"Aku baru saja mencium bibirnya, aku tertawa bersamanya di tempat favorite kami. Rumah pohonnya di tengah hutan kota yang teduh, aku mau Harry ..." Ucapan ku tersendat sendat karna tangis ku yang tidak kunjung reda. Sakit, aku tidak bisa menahannya. Ku mohon Tuhan harus berapa kali aku mengatakan bahwa aku ingin Harry ?

"Nathelie, kau harus bisa menerimanya." Louis terus mengusap puncak kepala ku dan aku terus saja membasahi kaosnya.

"Ku mohon Louis aku ingin Harry, ku mohon. Biarkan aku terlelap dalam dekapannya, Harry tidak mungkin pergi! Dia berjanji!"

Aku tidak tau bagaimana harus mengontrol semuanya tapi aku tau aku kembali histeris. Meluapkan rasa sakit ku dengan memukul mukul Louis yang malah semakin mengeratkan pelukannya. Aku tidak mau di peluk siapapun selain Harry!!!!

"Nath ssssttt, aku berjanji akan membawa mu pada Harry, kau boleh menangis. Menangislah sesuka mu tapi ku mohon kendalikan diri mu, Harry tidak bisa melihat mu seperti ini."

LOST // ONESHOOT [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang