7.

300 27 0
                                    

.
.

Sepi, itulah sebuah kata yang pantas diberikan untuk keadaan Seoul hari ini. Tepatnya di distrik rumahku, bahkan hampir tidak ada kendaraan lalu lalang ataupun orang orang yang berjalan kaki sekalipun.

Ini malam hari, cuaca dingin disini sungguh ekstrim, jadi terpaksa aku mengenakan perlengkapan musim dinginku.

Yang kulakukan saat ini hanyalah berjalan santai mengelilingi taman sambil mendengarkan beberapa musik. Tebalnya salju ditanah membuat setiap langkahku terasa sangat berisik, apalagi tidak ada kebisingan disini.

Namun langkahku terhenti saat melihat seorang anak kecil yang dengan gembiranya bermain ayunan sendirian. Tawanya yang lebar memanggilku untuk kesana.


"Hei.. siapa namamu?" Tanyaku ramah.

"Eoh.. Sinhye imnida." Anak kecil itu menunduk dengan sopannya.

Aku beralih duduk disamping Sinhye sambil sedikit menggoyangkan ayunan yang kududuki.


"Kau sendirian?"

Ia mengangguk.

"Dimana keluargamu?"

"Aku sedang main kerumah nenek. Jadi aku bermain disini."

Perempuan berusia sekitar 6 tahun itu terus bermain ria dengan ayunannya dan itu membuatku senang entah mengapa.


"Dimana rumah nenekmu? Dekat sini?"

"Ne."

"Ah~. Panggil aku Yoon- eonni saja." Aku melempar senyum pada anak itu dan ia membalasnya dengan sangat manis.

Aku berdiri dari tempatku dan berlutut didepannya. Aku ingin mengajaknya berkeliling taman, jadi aku menggandeng tangan mungilnya itu.

..

"Dimana rumah Yoon-eonni??" Kepalanya yang harus mendangak karena menatapku itu membuatnya terlihat lebih manis.

"Rumahku? Dekat sini, kok. Mau main denganku?"

"Sirheo. Nanti oppa bisa marah." Sepertinya dia mempunyai kakak.

Kami menikmati perjalanan ini sambil bercanda tawa. Suaranya yang cempreng benar benar ingin membuatku tertawa setiap mendengar kata yang keluar dari mulutnya itu. Aku mulai sadar hidupku mulai kesepian. Sampai sampai aku bisa jadi sangat menyukai anak kecil seperti Sinhye.

"Sinhye-ah!" Suara panggilan itu membuatku dan Sinhye menengok belakang dengan serentak.

Jantungku berdegup sangat kencang mengetahui siapa orang yang memanggil Sinhye itu. Dengan tanggap Sinhye melepas genggamanku dan berlari menuju orang itu. Sinhye terlihat sangat bahagia melihat oppa nya itu membuka lebar tangannya untuk memeluk Sinhye erat erat.

"Dia siapa?" Ucap orang itu yang dengan lengan kekarnya menggendong Sinhye.

"Dia Yoon- eonni! Dia sangat baik! Sinhye suka Yoon-eonni!" Tanpa sadar aku mengukir sebuah senyuman di mulutku ini. Hatiku sangat hangat melihat Sinhye.

"Sinhye-ah.. eomma mencarimu tadi. Bagaimana jika Sinhye pulang? Oppa akan menyusulmu nanti."

"Ne! Bye bye Yoon- eonni!" Tangan mungilnya memberikan dadah kepadaku.

Sekarang mataku tertuju pada namja yang sedang menatapku juga itu.

"Jadi.. kalian sudah akrab rupanya." Jeno berjalan mendekatiku.

"Hm. Begitulah. Ternyata dia adikmu, ya?"

"Yah.. aku sangat mencintai Sinhye. Dia benar benar anak yang baik." Lirihnya sembari melihat kembali adiknya yang sedang berjalan menjauh.

"Rumah nenekmu disini?"

"Ne. Makanya saat aku mengantarmu hari itu, aku jadi teringat rumah nenekku."

Aku hanya mengangguk.

"Bagaimana jika kita jalan jalan sebentar?"

Emtah malaikat apa yang sedang memasuki tubuhku sehingga aku bisa menerima ajakan Jeno itu, bahkan dengan senang hati.

..

"Bagaimana kau bisa bertemu Sinhye?"

"Dia sedang bermain ayunan sendirian. Karena aku juga sendirian, jadi aku memutuskan untuk menghampirinya."

Kini suara gemericik salju yang kupidak terasa lebih lembut, senada dengan bagaimana suasana hatiku saat ini.

"Apa kau masih marah padaku?" Ia bertanya.

"Sesungguhnya saat ini tidak. Terimakasih telah menolongku kemarin."

"Baguslah." Jeno tersenyum cerah ketika mendengar ucapanku barusan.

"Sudah jangan bahas itu."

Jeno menghela nafas lembut lalu menatap langit yang dipenuhi dengan bintang.

"Hei, bagaimana kabarmu dengan Jaemin?" Tanyanya.

"Hah.. Jaemin, ya? Dia baik baik saja denganku. Tidak ada masalah, bahkan kami cukup dekat akhir akhir ini."

Aku sadar, semenjak kami membicarakan Jaemin, senyumnya memudar. Wajahnya sedikit menjadi lebih pucat dari sebelumnya.

"Kau sendiri? Oh ya, kemarin kau terlihat kesal saat Jaemin datang. Ada apa dengan kalian?" Aku bertanya balik.

"Aku dan Jaemin baik baik saja. Jangan khawatir."

"Baiklah."

"Kau masih berharap ya pada Jaemin?"

"Ani. Aku hanya menyukai Jaehyun-ssi. Tidak ada yang lain."

set..

Namja itu menghentikan langkahnya dengan tatapan kosong.

Apakah yang kukatakan barusan adalah alasan mengapa ia berhenti saat ini?

"Jen? Jeno-ya?" Aku memperhatikan Jeno yang berada dibelakangku ini.

"Sepertinya aku harus pulang. Aku takut nanti eomma mencariku."

"Eoh. Baiklah."

Kakinya maju selangkah mendekatiku sampai jarak kami hanya 10 cm kini.

"Gomawo." Lirihnya lembut seraya menepuk pucuk kepalaku hangat. Tak lupa disertai senyum dan eye-smile nya yang membuat jantungku berdetak 2 kali lebih cepat.

"N-ne." Ia berbalik badan dan pergi meninggalkanku sendirian.

Angin dingin merasuk sampai ke rusukku. Diriku dan hatiku membeku. Apa yang barusan kurasakan?? Hatiku penuh dengan emosi tidak jelas.

Apakah baru saja aku merasa senang?






-tbc

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang