Fearest

6 1 0
                                    

Kau tak pernah tahu bagaimana rasanya.
Kau tak pernah tahu bagaimana pedihnya.
Kau tak pernah tahu bagaimana membelitnya semua ini.

Mencintai dan takut di saat yang sama itu sangat mencekik.
Aku sulit untuk bernapas.
Tolong.

Kau begitu mencintai, kau suka melihatnya tersenyum.
Binarmu hadir dari setiap kekonyolannya.
Senyumnya mampu membuat harimu indah.
Kau merindu. Kau nelangsa oleh rasamu.

Setiap katanya sangat mempengaruhimu.
Setiap buah pikirannya seolah menentukan masa depanmu.
Masa depan kalian.
Setiap sentuhannya bahkan mampu membangkitkan gelora dalam dirimu, membuat darahmu seolah mengalir lebih deras, membuat jantungmu berdebar tak karuan.

Kau sangat mencinta. Dan cinta itu berbalas.
Berbalas dengan mimpi kalian akan masa depan.
Berbalas dengan asa kalian yang saling melengkapi.
Berbalas dengan rindu yang saling menyahut.
Berbalas ketika kalian bertemu dalam ruang dan waktu.
Seolah kau tercipta untuknya, dia untukmu.

Namun aku tak pernah menyangka bila mencintaimu akan serumit ini.
Bila mencintaimu akan membuatku ketakutan.

Ada satu masa dalam hidupmu, kau membiarkanku melihat air matamu.
Kau membiarkanku melihat kerapuhanmu.
Kau membiarkanku melihat titik nadirmu.
Kau membangkitkan sebuah kesadaran bahwa melindungimu adalah sebuah keharusan.
Kerapuhanmu adalah kelemahanku.
Air matamu adalah pelemahku.
Hingga akhirnya tanpa kusadari, akupun melemah, merapuh, dan kehilangan jiwaku sendiri.

Aku berusaha kembali. Berusaha meraih kembali jiwaku.
Katakanlah aku egois. Katakanlah aku ingkar janji.
Katakanlah aku tak peduli diriku sendiri.
Katakanlah aku tak mau tahu rindumu.
Tapi jangan pernah katakan aku tak mencintaimu.

Dan ternyata ini menyakitimu.
Ini membuatmu tidak nyaman.
Ini membuatmu tidak percaya diri.
Ini membuatmu takut aku hilang.
Ini membuatmu sedih.
Ini membuatmu sakit membayangkan.

Tahukah kamu? Aku ketakutan.

Kau baru saja meninggalkan pedih yang membuatku sesak.
Pedih ketika menyadari akulah yang membuatmu seperti itu.
Perih ketika pikiran itu menghantamku.
Pikiran tentang betapa aku telah melukaimu.
Sakit ketika menyadari aku membuat air matamu jatuh.

Aku tak bermaksud. Sungguh.
Aku hanya berusaha meraih jiwaku.
Aku hanya berusaha meraih apa yang telah hilang.
Tapi aku malah menyakitimu.

Kau membuatku ketakutan.
Dulu aku takut ketika air matamu mengalir entah karena alasan apapun.
Tapi sekarang aku lebih ketakutan.
Aku ketakutan karena ternyata akulah alasan air mata itu turun kali ini.

Aku tak pernah membayangkan air matamu akan menyakitiku sebegitu dalamnya.
Aku tak pernah menyangka ketika kau tersakiti, begitupun aku.
Aku tak pernah menyangka ketika aku menggapai tanganku di udara, berusaha meraih jiwaku, kau kesakitan dengan tingkahku.

Sungguh aku sangat ketakutan.
Ketakutan ini melebihi takutku akan jiwaku yang sedang berkelana dan mungkin akan tersesat.
Ketakutan ini mampu membunuh semua impianku. Dan aku tidak suka itu.
Tapi aku tak bisa apa-apa.
Aku juga tersakiti.
Aku sangat tersakiti. Aku sangat ketakutan.
Aku tak mampu melepaskan diri.
Sungguh aku ketakutan.

Aku harus bagaimana? Tolong.

*******

I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do.
And I've hurt myself by hurting you.

*******

Lying on my bed, naked, blank, and hugging my precious little one.

2018

My Thoughts, My Feelings, My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang