"Terima kasih sudah membantuku, (Name)~" ucap Dazai setelah mereka naik meninggalkan basement—tentunya membiarkan Kouyou dan anak buahnya mengurus mayat tahanan mereka yang sudah tewas ditembak di kepala, dengan senyum mengerikan di wajah tahanan itu.
(Name) hanya mengangguk, setelah tahanan itu ditembak mati—(Name) melepaskan headset-nya dan mengikuti Dazai layaknya anak buah Dazai pada umumnya.
"Informasi yang didapat juga sangat berguna," ucap Dazai, "aku yakin dalam waktu dekat Boss akan menyuruh Black Lizard untuk membunuh orang-orang yang kita cari selama ini."
Lalu mereka berdua sampai di ruang kerja Dazai—dimana tiap anggota eksekutif memiliki satu ruang kerja sendiri. (Name) berdiri di belakang Dazai lalu melepas jaketnya, dan berjalan ke jendela kantor Dazai dan duduk disana, sementara Dazai langsung duduk di kursi kerjanya dan menepuk pahanya beberapa kali.
"Nah~ sekarang kemari, (Name)," panggil Dazai dengan senyum lebar.
(Name) hanya mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan mendekati meja kerja Dazai, dengan jaket Dazai di tangannya—membuat laki-laki itu menyeringai lebar.
"Ya, seperti itu—"
Ucapan Dazai terpotong saat (Name) meletakkan beberapa lembar laporan di atas meja Dazai, lalu kembali ke posisinya semula, di jendela. Seringai Dazai langsung hilang—diganti kerutan di dahi.
"(Name), tunangan tampanmu ini memerlukan dirimu untuk duduk di pangkuannya," protes Dazai.
(Name) hanya melirik ke adah Dazai, sebelum kembali menatap langit yang ada di luar jendela. Dazai memasang wajah ngambek—tapi (Name) sama sekali tidak menoleh ke arahnya.
"(Nameee), aku akan mengerjakan laporanku jika kau duduk di pangkuanku~" ucap Dazai.
Kali ini (Name) menoleh ke arah Dazai, membuat senyum kembali muncul di wajah Dazai. Tapi (Name) kembali menoleh ke arah langit.
"(Nameee), kau jahat sekali," gumam Dazai kemudian menarik lembaran yang (Name) letakkan di atas meja dan mulai mengerjakan laporannya.
Dazai memegang dagunya, dan mulai membaca laporan yang ada.
"Padahal aku hanya ingin memelukmu."
Saat Dazai mengangkat kepalanya, dia kembali menyeringai saat melihat rona merah di pipi (Name), dan perempuan itu berusaha menutupinya dengan menyembunyikan wajahnya di jaket Dazai—walaupun Dazai masih bisa melihat telinga merah (Name).
'Kau benar-benar menarik, terkadang kau mudah dibaca seperti membaca buku, tapi kau lebih sering sulit dibaca seperti badai,' pikir Dazai kembali mengerjakan laporannya.
___
"Oke, aku sudah selesai!" ucap Dazai dengan bangga—setelah seharian mengerjakan laporan berisi introgasinya dengan tahanan mereka hari ini.
(Name) menoleh ke arah Dazai, kemudian berjalan mendekati meja Dazai dan membaca laporan Dazai. Setelah selesai membaca semuanya, (Name) mengangkat kepalanya lalu mengangguk dan tersenyum kecil.
"Oke, sekarang duduk di pangkuanku~" ucap Dazai.
(Name) kembali mengabaikan Dazai, dengan berjalan menuju lemari kerja Dazai dengan laporan yang sudah Dazai tulis di tangan kirinya, dan jaket Dazai di tangan kanannya. (Name) lalu meletakkan laporan Dazai di lemari.
"(Name), aku tahu kau sedari tadi diam, tapi aku bisa mendengar suaramu yang cengengesan," ucap Dazai mengerutkan alisnya.
Tak ada respons, dan Dazai hanya bisa menghela napas panjang lalu bersandar pada kursinya—meregangkan otot-ototnya yang kaku.
"Padahal aku ingin memberimu hadiah karena sudah membantuku—"
Ucapan Dazai terpotong saat dia merasakan seseorang duduk di pangkuannya, dan saat Dazai menunduk, dia melihat (Name) yang sudah memakai jaket Dazai di bahunya, dan wajah (Name) yang bersembunyi di dada Dazai.
"Kalau begitu, date setelah ini."
Dazai langsung memeluk (Name) dan mengelus pipinya ke rambut (h/c) (Name).
"Mhm, tentu saja~"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Special] My Silent Fiancée (Dazai Osamu)
Fanfiction• Mafia!Dazai × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Dazai Osamu version) (My Silen...