"Sebelum meninggal, Odasaku mengatakan sesuatu padaku."
(Name) yang kini duduk di sebelah Dazai menoleh ke arah laki-laki itu, yang baru saja selesai meminum air yang (Name) bawakan untuknya.
(Name) memiringkan kepalanya.
"Dulu kau pernah bertanya, kenapa aku memilih dunia gelap ini, kan?" tanya Dazai menoleh ke arah (Name), "tapi aku tidak menjawabnya, dan kau pun tidak memaksakannya."
Dazai kemudian mengenggam tangan (Name) yang berada di atas paha (Name), kemudian membawanya ke depan dadanya.
"Aku akan menjawabnya sekarang," ucap Dazai, "kenapa aku memilih dunia yang penuh pertumpahan darah ini? Karena aku ingin mencari alasanku hidup, alasan kenapa jantungku berdetak sampai detik ini."
(Name) hanya memperhatikan Dazai.
"Odasaku tahu tentang alasanku ini," sambung Dazai, "lalu—sebelum dia meninggal, dia bilang kalau aku tidak akan menemukannya, aku tidak akan pernah menemukannya."
Iris (Name) melebar saat dia melihat tangan Dazai yang mengenggam tangannya mulai gemetaran.
"Dia bilang, tidak akan ada yang bisa mengisi kekosongan hatiku."
Dazai menarik napas panjang, kemudian mengeluarkannya perlahan.
"Satu-satunya teman yang mengerti diriku mengatakan hal seperti itu padaku—membuatku tidak bisa berpikir dengan benar, jadi aku bertanya pada Odasaku: Apa yang harus kulakukan?"
Tangan (Name) yang bebas kemudian mengenggam tangan Dazai yang gemetaran, membuat tubuhnya membatu sejenak. Dazai menoleh ke arah (Name), dan melihat perempuan itu tersenyum pada Dazai—memberinya semangat untuk melanjutkan ceritanya.
"Odasaku menjawab," ucap Dazai sedikit merasa lebih baik, "jika dua sisi tidak ada pengaruh besar bagiku—setidaknya jadilah sisi yang baik."
Kali ini (Name) berkedip beberapa kali.
"Selamatkan orang, lindungi yatim piatu," ucap Dazai mengingat pasti tiap kata yang Odasaku katakan padanya, "setidaknya itu lebih baik, itulah jawaban Odasaku."
(Name) sedikit terkejut saat Dazai tiba-tiba menghadap ke arahnya, dengan ekspresi serius terlukis di wajahnya.
"Aku akan keluar dari Port Mafia," ucap Dazai—membuat iris (Name) kembali melebar.
Saat (Name) hendak membuka mulutnya, Dazai langsung memegang kedua tangan (Name) dengan kedua tangannya, dan mencium kedua punggung tangan (Name).
"Ada satu hal yang lupa kukatakan pada Odasaku," ucap Dazai.
Laki-laki itu tersenyum, memberikan senyum yang tulus pada (Name).
"Mengenai kekosongan hatiku—sejak awal sudah ada yang mengisinya," iris coklat Dazai menatap (Name), "dan itu adalah kau, (Name)."
Mata (Name) mulai berkaca dan air mata mengalir di pipinya, perasaan lega yang membuncah langsung direalisasikan dengan air mata (Name). Dazai yang melihat air mata (Name) langsung mengusapnya dengan lembut.
"Jadi (Name), maukah kau pergi bersamaku? Di sisi manapun, jika kau ada disisiku—kurasa semua akan lebih baik."
Air mata (Name) sudah berhenti keluar, dan (Name) memberikan senyum lebar sambil menutup kedua matanya.
"Ya, ayo pergi bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Special] My Silent Fiancée (Dazai Osamu)
Fanfiction• Mafia!Dazai × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Dazai Osamu version) (My Silen...