Zeze salah satu mahasiswa lulusan terbaik dari salah satu Universitas di Yogyakarta. Setelah lulus kuliah dari Yogyakarta, Zeze memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta dan tinggal dengan kakak kandungnya Naumi. Naumi seorang mahasiswi di Universitas terbaik Indonesia, tentu saja Universitas Indonesia.
Setelah dua bulan lulus dan tercatat sebagai lulusan terbaik Zeze masih saja menganggur. Ya beginilah dunia pekerjaan yang sebenarnya, tidak memandang dan mementingkan lulusan terbaik buktinya Zeze masih saja penganngguran sampai sekarang.
"Ya benar, Gue Zeneza Oktavina, anak kedua dari dua bersaudara, perempuan, islam dan 22tahun, masih kategori cute ko. Gak usah protes! Bayangin aja gue kecil, warna kulit sawo matang, pake kerudung, dan yang pasti kemana-mana tanpa makeup."
Menjadi seorang pengangguran selama dua bulan membuat Zeze sangat suntuk, terlebih melihat Naumi yang selalu punya kesibukan setiap hari. Naumi yang paginya ke kampus, malam menyelesaikan tugas, selalu saja ada aktifitas setiap harinya. Sementara Zeze hanya tidur, makan, nonton, nyuci baju, atau nyuci piring layaknya seorang ibu rumah tangga yang baik atau seorang pembantu.
"Kak, mau jadi penggangguran berapa lama ini?" Zeze mengeluh dan berguling di tempat tidur dan mengganggu Naumi yang tengah membuat tugasnya.
"Apaan sih Ze? makanya belajar! Atau gak pulang kampung saja. Kalau ada cowok yang mau sama kamu, nanti juga di nikahin atau gak minta jodohin aja sama ibu." Naumi yang tengah menyelesaikan tugasnya tertawa dan menutup wajah Zeze dengan bantal yang ada disebelahnya
Tentu saja tidak senyum atau tawa balik yang akan Zeze berikan pada Naumi. "Huuuhh,aku serius kak. Bosen tau! apa kerja di indomaret atau alfamart aja ya?" Zeze melirik Naumi dengan serius dan merapikan posisinya untuk meyakinkan Kakaknya itu
Naumi menatap tajam mata serius Zeze, sedikit menyeramkan sih, tapi Zeze gak berpaling, karena ia bener-bener serius.
Kali ini lima jari Naumi sudah berada di wajah Zeze "Udah pulang aja trus nikah, gak usah di indomaret di Indonesia aja." Naumi tertawa melihat depresi wajah Zeze dan mencibir akan ide aneh itu.
Naumi dan Zeze memang berjarak usia empat belas bulan. Naumi lanjut sarjana dan Zeze kuliah diploma, itulah yang membuat Zeze wisuda duluan dari Naumi. Jika dilihat dari bentuk fisik atau ukuran tubuh Zeze dan Naumi, setiap orang akan mengira bahwa Naumi lebih muda ketimbang Zeze karena tubuh Zeze lebih besar dari pada Naumi.
Zeze masih mengganggu Naumi untuk memikirkan rencana hidupnya kedepan jika masih tidak punya kerjaan. Mulai dari ingin membuka usaha makanan kecil-kecilan, menjual pakaian,atau bekerja di Indomaret. Semuanya sudah ia bicarakan pada Naumi, namun yang Naumi berikan hanya cibiran dan tawaan, hingga dering Handphone Zeze mengalihkan topik pembicaraan saat itu.
Zeze meraih handphone dan menatap Naumi "Tunggu kak, ntar aku bakal bahas lagi, biasa orang sibuk!"
Nomor yang tertera di handphone Zeze nomor yang tidak dikenal.
"Siapa lagi yang telpon jam segini? Penawaran kartu kredit lagi?" Zeze mengomel sebelum mengangkat telpon. Sudah berkali-kali Zeze menerima panggilan yang diharapkan dari tempat terakhir ia Interview untuk menawarkan penandatangan kontrak kerja, namun yang selalu didapatat hanya penawaran kartu kredit.
"Hallo Assalamualaikum, Iya, dengan saya sendiri, iya saya bisa. Terima kasih." Zeze menjawab telpon itu dengan sangat semangat. Naumi yang berada disamping Zeze dengan leptopnya, tiba-tiba menatap Zeze serius memberi kode 'siapa?' Lewat matanya, berharap bahwa itu juga panggilan kerja. Namun reaksi berlebihan Zeze membuat Naumi yakin bahwa itu hanya panawaran kartu kredit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Footstep
Teen FictionHubungan Zeze dan Wahid yang sudah berjalan empat tahun, benar-benar hancur setelah Putra muncul dikehidupan Zeze. Putra yang tiba-tiba datang dalam kehidupan Zeze, memberikan perhatian tanpa minta sebuah balasan perasaan, menjaga dan selalu melind...