Hal yang selalu dinantikan seluruh siswa kini telah tiba. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, membuat semua siswa mulai membereskan peralatan belajar mereka dan bergegas untuk keluar kelas termasuk Luna, hari ini Luna merasa bahagia karena Gisel akan mampir ke rumahnya setelah pulang sekolah. Paling tidak selama ada Gisel dirumahnya, dirinya tidak akan kesepian.
"Yuk Lun" ucap Gisel setelah selesai membereskan buku buku miliknya. Luna mengangguk kemudian berjalan bersama sahabatnya.
Baru beberapa langkah meninggalkan kelas, ada sebuah pesan masuk di handphone Luna. Dilihatnya nama sang pengirim yang ternyata dari Kevin. Dibukanya pesan tersebut, yang isinya membuat Luna sedikit merasa sedih.
Kak Ev❤
Lun, kakak ngga bisa jemput. Tapi udah suruh supir buat jemput kamu kok.Luna kecil🐣
Iya kak, jemputannya udah dateng kok.Setelah membalas pesan kakaknya Luna kembali memasukkan ponselnya ke dalan saku kecil di dalam tasnya.
Gisel yang melihat perubahan wajah Luna merasa heran, apa yang membuat sahabatnya itu bersedih?
"Lun? Lo kenapa?"
"Nggak apa apa kok." jawabnya smbil tersenyum.
----------
"Assalamualaikum, ma"
"Waalaikumsallam sayang. Eh Luna dateng bawa Gisel? Udah lama nggak main ya, tante kangen tauk"
"Ahaha, tante bisa aja. Eh tapi katanya, Gisel itu emang ngangenin sih," ucapnya sambil cengengesan.
Luna yang mendengar percakapan dua orang yang ia sayangi itu ikut terseyum. Mamanya sangat menyayangi sahabat sahabatnya.
"Luna sama Gisel ke kamar dulu ya ma,"
"Iya. Nanti kalau laper makan dulu aja. Kalau mau apa apa ambil sendiri ya Lun, mama mau ke rumah tetangga bentar." Luna tersenyum dan mengangguk.
"Ayo Gis,"
Mereka berdua lalu berjalan melewati tangga dan masuk ke kamar Luna. Gisel merebahkan dirinya dikasur empuk milik Luna yang terasa nyaman, sedangkan Luna berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil baju ganti.
"Aku ganti baju dulu ya Gis" Gisel mengacungkan jempolnya ke arah Luna.
"Jadi, gimana?" tanya Gisel setelah Luna selesai berganti pakaian.
"Gimana apa?"
Gisel berdecak pelan."Gimana cerita tentang permintaan maaf lo sama Denand yang berujung pingsan Luna?"
"Oh.. jadi.."
Flasback
"Lo Luna kan? Ngapain kesini?" tanya laki laki di kelas Denand.
"De..Denand ada?"
"Ngapain lo nyariin gue?"
"Ak..aku mau ngomong se..sesuatu sama kamu." ucap Luna lirih dengan kepala menunduk.
"Yaudah ngomong."
"Ta..tapi enggak disini," Denand mengernyitkan dahinya mendengar permintaan gadis di depannya.
"Trus dimana?"
"Di taman aja"
"Oke"
Mereka berjalan menuju taman sekolah dengan Denand di depan sedangkan Luna mengikuti dari belakang.
"Jadi?"
"Hah?"
"Jadi lo mau ngomong apa? Buruan deh!"
"Iy.. ya. Luna mau bilang makasih sama kamu karena udah tolongin Luna"
"Lo kesini cuma mau bilang itu?"
"Iya" jawabnya kemudian kembali menundukan kepalanya.
"Kenapa nggak disana sih? Jauh jauh ketaman cuma mau bilang makasih? Apasih yang lo pikir?!" kesalnya.
"Maaf"
"Mulai sekarang nggak usah sok sokan pingsan lagi deh! Biasanya juga nggak pernah! Caper tau nggak lo!" ucapnya ketus kemudian pergi meninggalkan Luna yang masih menunduk menahan air matanya.
Perlahan Luna mulai beranjak dari taman menuju kelasnya, ia berjalan dengan takut sampai sampai sudah ada beberapa orang yang berhasil ditabraknya. Namun saat tabrakan terakhir berhasil membuatnya jatuh dan berakhir dengan pertengkaran, dia bertabrakan dengan Erlin.
Gisel yang sedari tadi mendengar cerita Luna tak tahu mau bicara apa, dia masih terdiam beberapa saat, sampai sebuah tepukan di pahanya membuat dirinya kembali tersadar.
"Gila, Denand kok gitu banget sih. Gue kira dia baik udah nolongin."
"Yah, semua orang punya hak mau bersikap seperti apa Gis,"
"Tapi Lun, itu kan berlebihan! Apalagi dia cowok" ucapnya menggebu nggebu. "Jadi pengen nabok gue!" lanjutnya.
Luna hanya menggelengkan kepala, kemudian berjalan menjauhi sahabatnya. Tangannya terulur untuk menyalakan televisi yang ada di ruangan tersebut dan duduk beralaskan karpet, sedangkan Gisel masih tengkurap di atas kasur Luna.
"Gis, Apa Erlin benci banget sama aku?" tanya Luna tiba tiba.
"Kenapa? Kok lo nanya itu?"
"Ya nggak papa, aku heran aja"
"Udah ah gausah dibahas mending nonton katakan putus aja," ia lalu mengambil remot tv.
--------
"Denand kamu baru pulang?"
"Iya bund,"
"Dari mana aja? Bunda tadi tanya abang kamu tapi dia nggak tahu"
"Habis latihan sama temen temen bund, lupa nggak ngasih tahu bang Zo." jelasnya.
"Yaudah, cepet mandi gih. Trus makan, sama ajakin kakak kamu juga."
"Iya bund.."
Tidak banyak yang tahu bahwa Denand memiliki kakak, karena memang mereka tidak pernah memberi tahu tapi bukan berarti menyembunyikan. Mereka hanya terpaut 1 jam saat lahir, kembar namun tak identik jadi wajah mereka tidak mirip bila hanya diperhatikan sekilas saja.
Kenzo Putra Angkara. Laki laki yang tak kalah tampan dari Denand, yang berperan sebagai kakak dari Denand. Jika Denand IPA maka Kenzo IPS, meskipun saudara tapi sifat mereka juga tak mungkin sama. Kenzo bahkan lebih pendiam daripada Denand, dia terkesan tak mau tahu urusan luar yang tidak menyangkut dirinya atau keluarganya.
❤❤❤❤
🐣🐣🐣🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAND
Ficção AdolescenteAwalnya ada keraguan pada hati ini untuk kembali mencintai. Aku sadar bahwa ini dunia nyata yang tidak mungkin selalu berakhir bahagia. Tidak juga melulu tentang hidup kita. Namun kehadirannya membuat aku percaya jika akhir bahagia itu juga ada di k...