"Pertemuan Pertama"

121 85 71
                                    

Hari pertama Zeze bekerja berakhir dengan tenang. Tidak ada permasalahn yang terjadi selama bekerja di rumah sakit, teman-temannya baik, lingkungan kerjanya lumayan nyaman. Hanya satu yang menjadi permasalahannya, Zeze yang harus bertarung dengan ibu-ibu di kreta baik pagi ataupun jam pulang kerja yang membuatnya ambruk dan tak berdaya. Setiap hari Zeze yang berangkat dari pagi dan pulang sampai kos malam hari.

Zeze melangkah masuk kamar dengan wajah lelah dan kusam. Tas diseret di tangan kiri, melepas sepatu tanpa ditempatkan di rak sepatu dan rebahan dikasur tanpa melepas kerudung dan mengganti baju, saat ini yg Zeze butuhkan cuma berbaring.

"Gimana hari pertama bekerja Ze?" Naumi berjalan dan duduk disamping Zeze yang tengah terbaring di atas tempat tidur, bahkan lengkap dengan baju pertama kerja dan tas yang berserakan.

"Lumayan kak, baik-baik semua yang kerja disana." Zeze menjawab tenang dengan mata tertutup. Zeze yang biasanya pecicilan tiba-tiba jadi pendiam karena seharian melawan kerasnya ibu-ibu di kereta.

"Yaudah kamu sekarang ganti baju dulu, mandi, tidur, udah makan belum? Besok kerja pagi lagi kan?" Naumi merapikan tas Zeze yang berantakan. Melihat kondisi adeknya yang kecapean, Naumi tidak berniat mengajak becanda dan mengganggunya dulu.

"Iya." Zeze menjawab singkat, tapi masih dengan posisi dan kondisi yang sama.

Hp Zeze berdering, panggilan masuk "Wahid"
"Hallo, assalamualaikum." Zeze
"Waalaikumsalam." Wahid
"Iya, kenapa bang?"
"Gimana kerja hari pertamanya?" Wahid

Panggilan itu terjadi selama kurang lebih satu jam. Wahid adalah pacar pertama Zeze. Empat tahun pacaran dengan status LDR. Hubungan sudah tidak lancar semenjak dua tahun pacaran. Putus nyambung. Ini adalah pertama kalinya telpon dan pesannya Wahid di respon Zeze semenjak empat bulan terakhir. Bagi Zeze hubungan ini sudah berakhir semenjak empat bulan lalu, berbeda dengan Wahid yang masih tetap mengirim pesan, telpon bahkan bertanya kondisi Zeze pada Naumi dan teman-teman kuliah atau SMA nya. Kebetulan Zeze dan Wahid satu SMA, jadi teman Wahid adalah teman Zeze juga.

"Yaudah, kamu tidur. Bukannya besok pagi kerja?" Kata Wahid dari balik hp genggamnya
"Iya" Zeze hanya menjawab singkat
"Selamat malam yank"
"Iya, malam" dan telponnya terputus

Tidak ada kata balikan antara Wahid dan Zeze saat itu. Beberapa kali Wahid minta maaf atas kesalahan yang ia lakukan sebelumnya, kata putus yang ia ungkapkan sebelumnya namun selalu dialihkan topik oleh Zeze. Sekarang bukan waktu yang tepat bagi Zeze untuk mebahas status atau hubungan mereka, yang diinginkan Zeze saat ini adalah hubungan baik dengan Wahid, yang tentu saja bukan berarti status pacaran.

Tepat setelah telpon dari Wahid terputus, Naumi mendekati Zeze dan melirik dengan serius. Tentu saja Zeze mengerti maksud dari tatapan Naumi. Empat bulan bukan waktu yang sebentar, terlebih selama ini Naumi meminta Zeze mengangkat telpon atau membalas chat Wahid. Bahkan yang di hubungi Wahid selama empat bulan itu bukan cuma Zeze tapi Naumi juga, hanya untuk menanyakan kabar Zeze di Jakarta. Tapi sekarang, bagaimana bisa Zeze dan Wahid berhubungan lagi? Dan kenapa tiba-tiba Zeze mau mengangkat telpon dari Wahid lagi?

"Ciiieeeeeee, ada yang sudah balikan setelah dicuekin selama beberapa bulan." Naumi menatap Zeze dan mendekatkan wajahnya untuk menatap jelas mata Zeze

"Apaan sih kak?" Zeze mundur dan mendorong tubuh Naumi menjauh darinya.

"Liatkan! kan udah di bilang, kamu sama Wahid itu susah dipisahkan. Dia pacar pertama mu dan kamu pacar pertamanya dia." Naumi menjawab dengan nada sombong, dan ngeledek Zeze yang selama ini kekeh bahwa hubungannya dan Wahid sudah jelas-jelas sudah berakhir.

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang