"Nona Kiran. Ini memang syaratnya. Papa anda sudah memberikan hak kepada saya untuk menjelaskan kepada anda."
Kirana menatap pengacara keluarganya dengan skeptis. Ini malapetaka baru untuknya. Setelah berita duka dua hari yang lalu membuatnya harus segera pulang ke Indonesia.
Selama 3 tahun ini dia berada di London. Negara ibu kandungnya. Dan sebenarnya dia juga sedang meneruskan program S2 nya di sana. Saat berita itu membuat hatinya kelam.
Kirana mengusap wajahnya dengan lelah. Matanya masih sembab karena selama dua hari ini dia terus menerus menangis. Bukan salah siapapun kalau dia seperti ini. Tapi dia merasa bersalah. Papanya adalah orang yang sangat di sayanginya. Dia anak tunggal dan sejak kecil dirawat oleh sang papa. Sejak kedua orang tuanya bercerai. Ibunya memilih pulang ke negara aslinya dan meninggalkan Kirana di bawah asuhan sang papa saat dia berusia 15 tahun.
Kepergiannya ke London sebenarnya bukan disengaja. Dia mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikannya di sana. Selama 3 tahun ini Kiran sering bolak balik Inggris-jakarta hanya karena dia tidak bisa berpisah lama dengan sang papa. Di London ibunya juga sudah menikah lagi dan memiliki 3 anak. Yang semuanya tidak akrab dengannya. Di usianya yang sudah menginjak dewasa Kiran lebih senang hidup mandiri dan tidak mau merecoki kehidupan ibu yang sudah menelantarkannya.
"Om, bisakah ini di coret saja?"
Kirana menunjuk isi di dalam wasiat sang papa. Saat kemarin mendapatkan berita kalau sang papa terkena serangan jantung hati Kiran sudah tidak karuan. Dan sampai di rumahnya dia sudah terlalu kebas untuk bersedih. Papanya meninggal di rumah sakit saat itu juga. Kirana tidak bisa menemui sang papa untuk terakhir kalinya.
"Non. Itu sudah masuk dalam wasiat. Saya tidak berani untuk menghapusnya. Itu wasiat papa anda. Dan harus di laksanakan."
Kirana memijat pelipisnya lagi. Urusan ini memusingkan. Dia memang mendapatkan warisan yang begitu berlimpah. Dari perusahaan dan juga semua aset sang papa. Karena dia memang putri tunggalnya. Tapi yang membuat Kirana kesal. Kenapa ada nama Orlando Ryuga di dalam wasiat itu.
Kirana ingat dengan jelas siapa Orlando Ryuga. Musuh abadinya. Sejak dari kecil dia tidak pernah akur dengan pria itu. Sosok pria yang liar dan selalu mengganggunya. Terkesan bad boy sejak masa sekolah. Bahkan predikatnya sebagai seorang bad boy tidak bisa di pungkiri lagi. Kirana merinding membayangkan tato yang ada di tangan dan punggung pria itu. Atau anting yang selalu ada di telinga kirinya. Bahkan lidahnya pun di pasangin anting. Sejak masa SMA dulu Kirana sudah selalu menangis karena kelakuan Orlando yang di luar batas. Dia pikir pria itu pasti sudah membusuk di penjara. Tapi ternyata..
"Kenapa harus dia Om?"
Kirana menatap Om Rega. Pengacara keluarganya yang usianya bisa dibilang seperti sang papa. Kali ini Om Rega tersenyum."Papa anda sangat menyayangi Lando. Selama satu tahun terakhir ini yang membantu di perusahaan ya Orlando ini. Dia menjadi asisten papa anda."
Kirana menatap sang pengacara dengan tidak percaya. Orlando? Menjadi asisten sang Papa? Dia tidak bisa membayangkan kalau sosok Lando yang liar bisa berubah dalam balutan jas yang mahal.
"Tapi om aku tidak mau menikah dengannya. Kiran udah punya kekasih om. Dan sebentar lagi juga akan menikah."
Kirana teringat sang kekasih. JONATHAN. pria yang sudah hampir 2 tahun ini menjadi kekasihnya di London sana. Sama-sama mahasiswa dari Indonesia yang merasa senasib dan akhirnya mereka saling tertarik.
"Sore Om Rega."
Suara itu langsung membuat Kirana menegang. Dari arah belakangnya dia bisa mendengar langkah kaki. Om Rega langsung tersenyum.
"Lando. Kami sudah menunggu mu."
Kirana menghela nafasnya. Lalu menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan pria itu.Saat akhirnya dia menoleh ke arah sampingnya. Dia tidak terkejut melihat pria yang penampilannya masih tetap sama.
Orlando duduk begitu saja di sampingnya. Di sofa panjang di dalam ruang tamu rumahnya.
Sosoknya yang kini mengenakan celana jins hitam, jaket kulit senada dan rokok yang terselip di bibirnya membuat Kirana bergeser menjauh.
Orlando sepertinya mengetahui pergerakannya. Dia langsung menoleh ke arahnya. Dan tatapan itu sama seperti beberapa tahun yang lalu. Saat Lando selalu mengintimidasi dan mengganggunya.
"Siapa yang tidak mau menikah denganku?"
Ucapannya sinis dan menyindirnya. Kirana langsung menatap Lando dengan angkuh."Apa yang kamu lakukan kepada papa sehingga dia bisa menulis wasiat ini."
Dengan menahan emosi dia akhirnya bisa mengatakan itu kepada Lando. Dan tentu saja pria itu tersenyum sinis. Menyesap rokoknya lalu mengepulkan asapnya di depan wajah Kirana. Membuat Kirana terbatuk-batuk.
"Menyingkirlah. "
Kirana berteriak dan menunjuk Lando dengan lantang.
"Non Kiran." Om Rega sudah memanggilnya.
"Kalau kamu tidak terbiasa pergilah."
Tentu saja ucapan Lando membuat amarah Kiran naik. Dia langsung berdiri dan kini menatap Orlando yang masih dengan tenang menghisap rokoknya sambil bersedekap.
"Siapa kamu? Kamu yang pergi dari rumahku."
"Non Kiran tenanglah."
Lagi ucapan sang pengacara tidak dipedulikan oleh Kirana. Matanya menatap Orlando yang masih saja bergeming di tempatnya.
"Sekeras apapun kamu mengusirku. Aku tetap akan menjadi suamimu. Karena itu sudah tertulis di sana."
Orlando menunjuk surat wasiat yang ada di atas meja.
"Dan kamu tidak bisa menghindari takdirmu sendiri."
Bersambung
Ini tuh lama aku unpublish. Cuma miniseri dan sudah ada pdfnya ya
Bisa ke wa atau ke karyakarsa ceptybrownhttps://karyakarsa.com/Ceptybrown/bad-boy-on-my-pocket
15ribu saja pdfnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY IN MY POCKET
ChickLitKIRANA MAHARDIAN. Tidak menyangka akan mendapatkan warisan yang sama sekali di luar nalar dan akal sehatnya. Dia mendapatkan warisan dari almarhum papanya yang meninggalkan kekayaan berlimpah. dengan syarat dia mau menikah dengan Orlando Ryuga. pr...