GASHINA

133 23 18
                                    

'Andai tidak pernah ada kata egois, mungkin pikiran kita yang saling menyesal bisa terobati'
-Gashina-


Malam hujan ini sepertinya sedang menggambarkan perasaan seorang gadis cantik yang sedang melamun sambil menggenggam segelas teh hangat.

Sesekali ia menyeruput minumannya sambil menghela nafas berkali-kali.

Krettt.

Pintu kamar gadis itu terbuka sontak membuatnya refleks menengok ke arah sana.

"Ngapain sih? Udah jam sebelas, tidur!" Ucap seorang lelaki berusia dua tahun diatasnya.

Tanpa mengucapkan kata lagi, lelaki itu langsung menutup pintu kamar adiknya dengan sedikit keras.

Gadis itu menghela nafasnya lagi. "Judes banget sih tuh orang, kapan baiknya coba?"

"Eh, sebentar, barusan dia nyuruh gue tidur? Bukannya itu bentuk perhatian ya? Iya ngga sih? Iya dong," ucapnya sambil bermonolog ria.

Setelah menghabiskan tehnya, gadis itu langsung bersiap-siap untuk tidur.

Setiap malam ia selalu memikirkan satu hal yang membuatnya sering melamun.

Gadis itu menarik selimutnya sampai menutupi lehernya. "Ngga, gue ngga salah, gue ngga pernah bunuh orang, andai abang mau dengerin penjelasan gue," ucap gadis itu lalu segera memasuki alam mimpinya.

Oh iya, gadis itu bernama Shina, panggil saja Nana. Kakaknya bernama Gaza.

Mereka berasal dari keluarga kaya karena orangtuanya memegang saham yang sangat besar. Tapi, apalah arti kekayaan jika tidak ada kebahagiaan didalamnya.

Kesalahpahaman dimulai ketika Shina berumur 8 tahun.

"Na, nanti kamu sama Fia pulangnya bareng abang ya," pinta Gaza yang saat itu berumur 10 tahun.

Shina yang sedang memakai sepatunya hanya mengangguk.

Mereka bertiga berangkat dengan dijemput mobil dari sekolahnya.

Gaza, Shina, dan Fia bersekolah di tempat yang sama. Gaza sudah kelas 5 SD, Shina kelas 3 SD, dan Fia adik kecilnya itu baru menginjak kelas 2 SD.

"Inget! Nanti tunggu abang di lapangan oke?" Ucap Gaza ketika mereka akan berpisah ke kelasnya masing-masing.

"Iya abang bawel," jawab Shina sambil menjulurkan lidahnya.

"Iya abang bawel," ucap Fia meniru kakaknya itu tidak lupa menjulurkan lidahnya.

"Heh! Kalian ya-"

"Dadah abang!" Ucap Shina dan Fia bersamaan memotong pembicaraan kakaknya itu.

Mereka langsung berpisah ke kelasnya masing-masing. Bel masuk pun berbunyi, kelas pun siap dimulai.

Ketika pulang sekolah, Shina dan Fia langsung pergi ke lapangan untuk menunggu Gaza.

"Kak, abang kok lama banget sih? Panas nih," ucap Fia sambil mengibaskan tangannya.

"Sabar, palingan abang masih di kelasnya," jawab Shina.

Karena tidak tahan dengan cuaca, Fia pun berfikir untuk membeli es krim di depan sekolahnya. Ia langsung berlari tanpa memperdulikan kakaknya.

"Fia! Mau kemana? Jangan lari-lari dong!" Teriak Shina berusaha mengejar adiknya.

"Beli es krim kak! Ayo kejar Fia hahaha!" Ucap Fia masih sambil berlari keluar sekolahnya padahal terdapat jalan raya yang cukup ramai.

GASHINA (One Shoot Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang