Libur panjang tahun barupun telah berakhir, para murid di setiap sekolah kembali menjalani aktifias mereka seperti biasa, terutama di sekolah menengah atas Union Selatan. Pagi-pagi, di ruangan kelas 2C, para murid sedang asik membagikan cerita pengalaman mereka saat liburan sebelumnya. Namun, di setiap kelas, pasti selalu ada satu orang yang dicap sebagai anak paling badung dan pemalas, salah satunya Sera Queen.
"Aduh duh duh..." ujar Sera sambil berlari sepanjang lorong sekolah menuju kelasnya. Lalu, dia berlari menghampiri teman-temannya yang sedang asik mengobrol. "Hoi!" teriak Sera sambil memukul meja tempat teman-temannya sedang mengobrol.
"Apaan sih?!" tanya Nicky Bay kesal. Dia merupakan salah satu teman Sera dengan penampilan seperti anak kutu buku, memakai kaca mata bulat tebal, dan rambut yang diikat ke belakang dengan poni pendek menutupi jidatnya.
"Kalian sudah kerjain PR mengarang belum?"
"Sudah kok," ucap ketiga teman-temannya.
"Uaaahh!" teriak Sera syok. Dengan cepat, dia mengeluarkan buku tulisnya.
"Kau tidak mengerjakan PR lagi ya? Kebiasaan," ujar Jack Lockeye. Dia merupakan satu-satunya teman cowok di kelompok pertemanan Sera. Dia juga merupakan anak yang paling pintar di kelas.
"Hoi! Aku mengerjakan PR yang lainnya ya? PR matematika, Fisika, Seni, dan Sejarah sudah kukerjakan. Aku hanya melupakan PR mengarang saja."
"Memangnya kau ngapain aja selama liburan?" tanya Lousie Scopper, teman ketiga dan yang terakhir Sera. Dia dicap oleh anak-anak kelas sebagai anak yang tidak memiliki ekspresi. Banyak anak yang berusaha menghindar jika berbicara dengannya dikarenakan reaksi mukanya yang selalu datar.
"Main game!" jawab Sera percaya diri. Sejenak, suasana menjadi diam. "Ngomong-ngomong, pinjam lihat PR kalian dong."
"Ogah! Punyaku itu sangat rahasia dan sensitif. Aset negara!" balas Jack.
"Maaf Sera, aku juga tidak bisa, karena... ada hal yang aku tidak bisa perlihatkan ke orang lain," tambah Nicky.
Lalu, Sera melirik Lousie dengan tatapan berharap. Bola matanya membesar dan mimik mukanya memelas seperti kucing yang sedang kelaparan. "Louise... Moho -."
"Tidak."
"Uaaa! Kenapa kalian bisa sepelit ini?! Padahalkan kita teman!" teriak Sera kecewa. "Lagipula, aku hanya mau melihat susunan katanya saja. Kalian tahukan kalau mengarang adalah kelemahanku. Mana bisa aku merangkai kata-kata."
"Kalau kami memberikan catatan kami ke kamu, itu artinya kamu menyontek. Dan menyontek itu tidak bagus. Sebagai seorang teman yang baik, sudah sewajarnya kami menolak," jelas Nicky sambil tersenyum lembut.
"Hei... tidak ada gunanya kau memberikan nasihat seperti itu di saat aku sedang kritis seperti ini," jawab Sera dengan muka datarnya.
"Yah, itu adalah tanggung jawab yang perlu kau jalani. Salah sendiri kenapa kau bisa lupa," kata Jack beranjak dari kursi dan berjalan ke tempat duduknya.
"Hummm..." Sera hanya terdiam cemberut.
"Mengarang itu tidak susah kok, judulnya saja 'ceritakan mengenai idolamu'. Kau hanya perlu mendeskripsikan mengenai idolamu saja," ujar Nicky menenangkan Sera.
"Kau sih enak bisa ngomong seperti itu, kau kan pintar. Apalagi, aku tidak pernah mengidolakan siapapun."
"Eh? Kamu tidak ada idola?! Penyanyi? Artis? Atau apapun?"
"Tidak."
"Lalu, bagaimana dengan ketika kamu mendengarkan lagu di HP-mu? Apakah tidak ada penyanyi yang kamu idolakan?"
"Tidak. Aku mendengarkan lagu karena aku suka nadanya saja. Lagipula, aku bahkan tidak tahu siapa penyanyinya."
"Ehhhh..."
"Kalau tidak, kau ceritakan saja tentang salah satu anggota keluargamu," sahut Louise.
"Eh?! Aku tidak mengidoalakan mereka sama sekali!" ucap Sera terkejut.
"Yah, inikan hanya bohongan saja. Ibaratkan saja kalau kau mengidolakan ibumu atau ayahmu, atau adik laki-lakimu."
"Eh... kok, aku jadi sedikit aneh ya kalau memikirkan itu."
"Yasudah, jangan terlalu dipikirkan. Yang penting kamu kerjakan saja," ucap Nicky.
"Iya, daripada kau dihukum dengan disuruh berdiri satu kaki di lorong lagi," tambah Louise sambil tersenyum.
"Ho? Kau tersenyum?! Sebegitu-lucukah sampai kau tersenyum?!" tanya Sera terkejut melihat senyuman Louise yang jarang diperlihatkannya.
"Habisnya, mengingatmu dihukum seperti itu..." Louise dan Nicky tertawa.
"Teganya kalian tertawa di atas penderitaanku."
Bel masukpun terdengar, para siswa masuk ke kelas mereka masing-masing. Sera dan teman-temannya kembali ke tempat duduk mereka. Sera duduk di belakang pojok kanan kelas, bersama dengan Louise.
Lalu, seorang guru masuk bersama dengan seorang murid perempuan. Saat itu, satu kelas terdiam melihat sosoknya. Perempuan cantik berambut cokelat panjang, lembut dan bersinar. Mukanya yang putih mulus, dan bibir merahnya yang mempesona. Para muridpun heboh.
"Wah dia cantik sekali ya?"
"Kita beruntung sekali!"
"Sudah punya pacar tidak ya?"
"Yak, kita kedatangan seorang murid baru. Dia pindahan dari sekolah Seinel," kata pak guru. "Silahkan perkenalkan dirimu."
"Salam kenal, namaku adalah Anna Hamburton. Semoga kita bisa menjadi teman yang baik," ucap Anna sambil menundukan kepalanya memberi salam.
"Wah dia sopan sekali!"
"Cantik dan sopan. Sempurna sekali."
Para murid laki-lakipun heboh dan terkesima terhadap sosok Anna. Sedangkan, beberapa murid perempuan menatapnya dengan tatapan sirik.
"Cih! Menang mulus aja belagu," bisik seorang murid perempuan bernama Elisia Max. Seorang murid perempuan yang dikenal cantik, seksi, dan kaya. Dia memimipin kelompok murid-murid perempuan cantik dan kaya di sekolah itu.
"Hoi, tenang dulu. Dia katanya dari sekolah Seinel kan?" sahut teman di sampingnya.
"Memangnya kenapa?"
"Temanku ada yang diterima di sana karena pintar, dan katanya, di sekolah itu semuanya murid-murid yang kaya sekali."
"Be-begitu?" balas Elisia terkejut.
"Ini kesempatan kita untuk menaikan drajat kelompok kita dengan mengajaknya bergabung ke kelompok kita."
"Yah... kau benar." Lalu, Elisia tersenyum kecil sambil menatapnya sinis, 'Jika dia bersedia menjadi kelompokku, aku akan menjadi sorotan di sekolah ini.'
"Wah, kita kedapetan anak perempuan. Cantik lagi," ujar Jack terkesima.
"Iya ya. Baru kali ini aku melihat murid perempuan secantik dia," balas Nicky.
Sera sempat terhenti dari mengerjakan PR-nya. Ia melihat sosok Anna yang berdiri di depan kelas itu. Sera juga terkesima melihat sosok Anna. Dalam hatinya, ia merasakan sedikit iri terhadap Anna, "Cantik... tapi biasa aja," ucap Sera menyeringai.
"Apa kau iri?" tanya Louise.
"Haaa!?" teriak Sera kesal dengan mukanya yang panik karena ketahuan perasaannya yang sebenarnya.
"Nah, Anna. Kau bisa duduk di bangku yang kosong," ucap pak guru.
Kemudian, Anna menghampiri bangku di bagian tengah di barisan ke tiga dari depan. Bersebelahan dengan seorang murid perempuan yang satu kelompok dengan Elisia.
"Yah, dia duduk di samping 'dia' lagi," kata Jack sedih.
"Kenapa memangnya?" tanya Sera heran.
"Kan yang duduk di sampingnya itu temannya Elisia. Kalau sampai dia ikut ke kelompok mereka, maka habislah sudah. Ditambah lagi, kelompok Elisia itu tidak suka dengan kita," jawab Jack.
"Kau terlalu Pede untuk seorang cowok yang katanya pintar," sahut Louise.
"Hah?!"
"Sudahlah, toh, jika dia mau berteman dengan Elisia dan yang lain, itu pilihannya. Kita bisa apa," ujar Nicky.
"Aduh... repot ya jadi cewek cantik," ucap Sera menyindir.
Lalu, pelajaranpun dimulai. Pelajaran pertama adalah matematika. Di saat pelajaran, Sera terlihat sedang sibuk memikirkan kata-kata untuk PR mengarangnya. Ia sama sekali tidak memperhatikan pelajaran saat itu.
'Hummm... Terpaksa aku membuat ayahku sebagai idolaku saja. Tapi... kata-katanya gimana?' pikir Sera panik.
"Sera!" sahut bapak guru memanggilnya. "Coba kau jawab soal nomor tujuh di buku."
"Hah?! Ehhh anu..." Serapun panik sambil mengambil buku matematika di dalam tasnya.
"Oi! Kenapa kau baru keluarkan bukunya sekarang? Sedang apa kau?" ucap guru itu sambil menghampiri Sera. Takut dan panik, Sera menyembunyikan buku PR-nya. Namun, sang guru dengan cepat mengambil buku itu. "Kau mengerjakan PR mengarang di saat pelajaran bapak?!"
"Ma-maaf, Pak."
"Berdiri kamu! Buka telapak tanganmu!" bentak gurunya.
Dengan takut, Sera perlahan-lahan membuka kedua tangannya. Lalu, sang guru memukul kedua telapak Sera dengan bambu.
"Ouww!" teriak Sera kesakitan.
"Sekarang, bapak sita buku ini. Bapak akan laporkan sama gurumu!"
"Lah, Pak? Jangan dong, nanti saya dimarahi lagi," ujar Sera ketakutan.
"Ya, siapa suruh kau mengerjakan PR di sekolah?! Dasar badung!" Lalu, sang guru kembali ke depan kelas dan mengajar materi kembali. Para murid menertawakan Sera. Sedangkan teman-temannya mencoba menghindar darinya agar tidak terkena dampaknya.
"Dia siapa?" tanya Anna kepada teman semejanya sambil menatap Sera.
"Oh, maksudmu si badung? Namanya Sera, anak paling bodoh dan pemalas di kelas. Salah satu anak yang paling sering dapat hukuman," jawab murid itu sambil tertawa kecil.
Anna hanya menatap Sera, namun tidak tertawa seperti yang lainnya.
"Sudah, jangan kau lihat-lihat si badung itu, nanti kau ketularan badungnya," tambah murid itu.
Pelajaran matematikapun berakhir. Kemudian, dilanjutkan oleh pelajaran bahasa yang mana PR mengarang para murid segera dikumpulkan. Lalu, sang guru yang telah diberitahukan oleh guru sebelumnya, memanggil Sera dan memarahinya. Sera dibentak dan dipukul dengan buku di kepalanya berkali-kali.
"Sebagai hukumannya, kau berdiri di lorong dangan satu kaki," bentak guru itu mengusir Sera. Serapun keluar kelas dan diiringi oleh tertawaan murid kelas itu.
Selama dia berdiri di lorong, banyak guru dan murid-murid melewatinya. Beberapa murid ada yang mengejeknya, ada juga yang menjahilinya. Sedangkan para guru lebih sering memukul kepalanya sambil memberikan kalimat-kalimat kekecewaan mereka melihat salah satu murid badung.
'Sedihnya... kalau saja aku rajin. Tapi... ini semua salahku sih. Karena kebanyakan main game, aku tidak mengerjakan tugas,' pikir Sera. Lalu, dia teringat mengenai ketiga temannya yang berusaha menghindar darinya ketika dia ditertawakan.
"Cih! Dasar tidak setia kawan, aku akan omongin hal ini!" ucap Sera kesal.
Tak lama kemudian, Sera melihat Anna keluar dari kelas. Mereka saling bertatapan mata.
"Kau mau kemana?" tanya Sera.
"Toilet," jawab Anna sambil berjalan menuju kamar mandi yang berada di ujung lorong.
'Haaahh... tak kusangka aku dipermalukan ketika ada murid baru. Sama saja aku menambah daftar-daftar orang yang merendahkanku,' pikir Sera kesal.
Beberapa menit kemudian, Anna kembali dari kamar mandi. Saat melewati Sera, Anna berhenti sejenak manatapnya.
"Ada apa?" tanya Sera cuek.
"Kepalamu... apa tidak sakit?" tanya Anna balik.
"Eh? Maksudmu?"
"Kau tadi dipukul oleh Pak guru kan? Apa kau tidak kesakitan?"
Sera terdiam sejenak dan bingung saat mendengar pertanyaan Anna itu.
"Oh... Emm, sebenarnya sakit sih, tapi, aku sudah biasa kok, hehehe," jawab Sera terbata-bata.
"Baiklah." Lalu, Anna kembali ke ruang kelas.
'Hah?! Apa-apaan tadi? Kenapa dia bertanya mengenai kepalaku?' pikir Sera bingung. 'Apa jangan-jangan berdarah?' Sera memegang kepalanya dan melihat apakah ada darah yang mengalir. Namun, tidak ada apa-apa.
'Humm, mungkin itu hanya bentuk perhatian saja. Tapi, tak kusangka dia ternyata perhatian juga,' pikir Sera sambil tersenyum kagum.
Pelajaranpun berakhir, dan bel istirahat berbunyi. Pak guru datang menghampiri Sera di depan kelas.
"Untuk pertemuan berikutnya, kau harus mengumpulkan tugas mengarangnya," kata pak guru.
"Ba-baik, Pak."
"Buat karangan saja susah, padahal judulnya ceritakan idolamu saja. Dasar badung," ujar pak guru itu sambil meninggalkan Sera.
"Cih! Badung, badung, badung. Itu saja yang mereka bisa katakan kepadaku," ucap Sera menggerutu. Kemudian, dia menghampiri teman-teman kelompoknya. "Kalian... ada yang ingin kutanyakan."
"Ada apa, Sera?"
"Kenapa reaksi kalian seperti menghindariku ketika aku ditertawakan?"
"Eh... itu..." Nicky dan Louise berkata terbata-bata.
"Habisnya, kau selalu saja melakukan kesalahan. Kau selalu saja dimarahi dan dihukum. Kau yang selalu ditertawakn oleh anak-anak. Sejujurnya, kami sudah cukup ditertawakan dan dihindari dengan anak-anak karena kami tidak segaul mereka. Tapi, ketika ada kau... kami hanya takut, keberadaan kami akan diasingkan lebih lagi," jawab Jack sambil menyantap bekalnya.
"Eh, Jack... bukankah itu terlalu kasar?" ucap Nicky panik.
"Oh gitu, baiklah," balas Sera.
'Hah?! Dia menerimanya begitu saja?!' pikir Nicky terkejut.
"Ya ampun, aku lapar sekali. Bekalku mana ya?" Lalu, Sera terkejut melihat bahwa dirinya lupa membawa kotak bekal. "Hah?! Aku lupa bawa bekal?!"
"Tuh kan, ada aja lagi masalahnya," sahut Jack.
"Padahal aku pikir aku sudah menaruhnya di tas. Apa itu hanya mimpi?"
'Dia mimpi menaruh bekalnya di tas?!' pikir mereka terkejut mendengar ucapan Sera.
"Yahhh... gimana nih?" Sera melihat bekal ketiga temannya.
"Sera? Apakah kau mau berbagi denganku?" tanya Nicky.
"Be-benarkah?!"
"Oi? Kau kan katanya tidak sarapan pagi, masa kau mau membagikan bekalmu dengannya?" ucap Jack.
"Oh? Dia tidak sarapan?" tanya Sera.
"Iya, dia mengatakan padaku ingin diet," jawab Jack.
"Begitu... Ya sudah, aku pergi beli makanan di kantin saja."
"Ka-kau tidak apa-apa?" tanya Nicky merasa bersalah.
"Tidak apa-apa kok. Lagipula ini salahku."
Lalu, Sera beranjak keluar dari kelas dan pergi menuju kantin. Saat di kantin, ia terkejut melihat para murid ramai berkumpul di kantin.
"Hah?! Kok tumben ramai sekali?"
Kemudian, Sera melihat Elisia dan teman-teman kelompoknya sedang makan di kantin bersama Anna. Para murid laki-laki berkerumunan mencoba melihat sosok murid baru itu.
"Cih! Laki-laki memang seperti itu sikapnya. Terlalu lemah terhadap keindahan fisik," ujar Sera menyindir.
Setelah membeli makanan, Sera duduk di meja kosong, menjauh dari para kerumunan itu. Ketika makan, Sera melirik Anna dari balik kerumunan itu. Anna hanya duduk dan makan tanpa berbicara dengan Elisia ataupun teman-temannya, walaupun duduk dan makan bersama.
'Kenapa dia terlihat diam saja? Apa memang dia orangnya pendiam? Atau dia tidak suka keramaian? Pemalu?' pikir Sera berusaha menebak karakter Anna. 'Kalau dilihat lama-lama, dia memang cantik ya? Coba saja wajahku sepertinya. Pasti hidupku akan berubah seratus delapanpuluh derajat. Aku bisa jadi artis!'
Tiba-tiba, Anna menatap Sera balik, membuat mereka menatap satu sama lain.
'Eh?!' Sera terkejut dan panik. Dengan cepat ia memalingkan pandangannya dan melanjutkan makan. 'Gila! Kenapa tiba-tiba dia menatap ke sini?! Pas banget saat aku sedang melihatnya.'
Perlahan-lahan, Sera kembali melihat ke arah Anna. Dia melihat Anna yang masih menatapnya. Lalu, ia melihat Anna tersenyum lembut ke arahnya.
'Eh?! A-apa itu?! Di-dia tersenyum? Kepadaku?!' pikir Sera bingung. Ia mencoba melirik ke sekelilingnya, melihat apakah Anna sedang melihat orang lain selain dirinya. Namun, tidak ada orang di sekitarnya selain dirinya. Ia kembali melihat Anna, dan Anna masih tersenyum menatapnya.
Bel pelajaranpun berbunyi, para murid kembali ke kelas mereka masing-masing. Ketika pelajaran sedang mulai, Sera masih kepikiran mengenai senyuman Anna di kantin tadi. Ia memikirkan kenapa Anna tersenyum kepadanya, dan tersisipkan perasaan aneh ketika ia mengingat senyumnya yang lembut.
'Buset! Kenapa aku kepikiran hal itu?!' pikir Sera panik. 'Padahal dia kan hanya tersenyum! Biasa aja kok. Tapi... kenapa aku meraskan kesenangan tersendiri ya? Apa, aku ke-Ge-er-an karena tahu ada anak cantik dan kaya yang tersenyum melihatku? Huehuehue... Seperti melihat senyum tulus kak Noval, hehehe.'
"Sera? Kau kenapa tertawa sendiri?" tanya Louise.
"Eh? Memangnya aku ketawa ya?" tanya balik Sera terkejut.
"Kau melamun? Mikirin siapa? Noval?"
"Ha-Hah?! Eng-enggak tuh. A-aku tadi... tadi mikirin ada vidio lucu, hehehe," jawab Sera panik.
"Kau sudahlah tidak bisa belajar, bohongpun susah."
"Hah?! Kenapa setiap kali mendengarmu berbicara mengenaiku, aku selalu sakit hati ya?!" ujar Sera kesal.
"Sera! Jangan berisik!" teriak sang guru.
"Maaf, Pak!"
Pelajaran sekolahpun berakhir, para murid keluar ruang kelas mereka dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Saat masih di lapangan sekolah, para murid heboh melihat Anna yang dijemput dengan mobil mewah oleh pengawalnya.
"Eh itu lihat, murid baru yang cantik itu. Memang benar dia kaya loh," ucap salah satu murid.
Sera dan teman-temannya penasaran dan melihat dari balik kaca di lorong sekolah.
"Waduh, sudahlah cantik, sopan, kaya lagi. Apa jangan-jangan dia juga pintar?" ujar Jack terkesima.
"Aku pernah lihat mobil itu di Dealer mobil, ketika ayahku ingin membeli mobil. Setahuku mobil itu mencapai harga satu miliar," ujar Louise.
"Hah?! Sa-satu miliar?!" teriak Sera dan kedua temannya yang lain.
'Gi-gila... cewek ini benar-benar bukan orang sembarangan,' pikir Sera terkagum. Sesaat kemudian, perasaannya dipenuhi dengan rasa iri. 'Kehidupannya pasti penuh dengan kebahagiaan. Orang yang telah mendapatkan segalanya saat dia masih muda seperti ini. Tak punya kekurangan.'*Behind the Walls*
"Aku pulang," sahut Sera masuk ke dalam rumah sambil melepaskan sepatunya.
"Oh sudah pulang? Gimana sekolahnya? Dimarahi lagi?" tanya ibunya yang sedang menggosok baju.
"Mama nih..."
"Bercanda, bercanda..."
Sera melepaskan jaketnya dan merebahkan tubuhnya di sofa. Ia raih remot dan menyalahkan TV.
"Sera, ganti dulu pakaiannya. Kalau perlu mandi dulu," sahut ibunya.
"Iya Ma, bentar..." balas Sera.
Tak lama kemudian, ibunya kembali menegurnya, "Sera... mandi dulu biar segar. Nanti sofanya kotor karena keringatmu."
"Iya Ma... bentaaaar..."
Beberapa menit kemudian, ibunya kembali menegurnya, "Sera..."
"Issh! Apa sih, Ma?! Berisik loh!" bentak Sera sambil beranjak dari sofa menuju kamar mandi.
"Aku pulang," sahut adik laki-laki Sera, Gon Queen.
"Tumben kamu pulang sorean?" tanya ibunya.
"Iya, tadi aku ada rapat OSIS. Sebentar lagi, kami mau mengadakan festival sekolah."
"Oh ya? Repot dong?"
"Iya. Tapi tidak apa-apa, masih bisa kepegang kok."
"Nanti gimana pelajaranmu? Terus ada latihan tenis juga, apa masih bisa dipegang?"
"Masih kok, Ma. Ini aku mau mengerjakan PR dulu, biar setelah makan malam, aku bisa istirahat. Tapi, aku mau mandi dulu." Lalu, Gon berjalan ke kamar mandi. "Loh, Ma? Di dalam kamar mandi, ada siapa?"
"Kakakmu."
"Hah?! Tumben mandi dia, hahaha."
"Aku dengar ya! Awas aja kau!" sahut Sera geram.
Malampun tiba, Sera dan Gon membantu ibu mereka merapikan meja makan dan mempersiapkan makan malam.
"Papa pulang! Papa bawa eskrim nih," sahut ayah Sera.
"Wah! Hore!" Sera bergegas mengambil eskrim yang dibawa ayahnya dan menaruhnya di kulkas.
"Papa gimana kerjanya?" tanya ibu Sera.
"Yah, biasa saja sih. Hanya lelah saja dalam perjalanan."
"Begitu... kalau gitu, Papa mandi dulu gih, sambil nunggu sayur yang masih dimasak."
"Iya, Ma," ucap ayah Sera melepaskan jaketnya dan berjalan ke kamar mandi.
"Mama tumben hari ini pulang cepat?" tanya Gon kepada ibunya sambil merapikan meja.
"Iya, tadi kantor lagi ada acara. Terus Mama ngendap-ngendap pulang saja," jawab ibunya.
"Hah?! Itu artinya Mama cabut dong," sahut Sera.
"Bukan dong. Kan, itu hanya acara perayaan saja. Masalahnya, Mama tidak suka ngumpul-ngumpul begitu," balas ibunya.
"Memang ada perayaan apa, Ma?" tanya Gon.
"Ulang tahun sang direktur utama."
"Wah! Mama gak kena marah kalau gak hadir?"
"Yah... Mama bilangnya Mama sakit, lalu dibolehin pulang deh."
"Wah... Mama parah. Pantesan kebadungan aku ada. Ternyata tertular dari Mama," ucap Sera.
"Itu tidak ada hubungannya!" bentak ibunya.
Setelah selesai merapikan meja, dan sang ayah selesai mandi. Mereka sekeluarga menikmati makan malam bersama dan saling berbagi cerita tentang hari-hari merka. Kehangatan keluargapun terasa di setiap obrolan dan tawa mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomanceMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...