Namaku Louise Scopper, tujuhbelas tahun. Aku adalah murid di sekolah menengah atas Union Selatan, dan juga merupakan teman dari Sera Queen. Aku bukanlah tipe orang yang banyak bicara, dan juga aku tidak terlalu ekspretif. Maka dari itu, sulit bagiku untuk dekat dengan orang lain selain mereka bertiga. Tapi, tidak masalah. Aku bukanlah orang yang suka memikirkan masalah dalam hidup.
Namun, akhir-akhir ini, aku kepikiran mengenai hubungan aneh antara Sera dan murid pindahan yang cantik dan kaya itu - Anna Hamburton. Terakhir kali, aku mendapati mereka bergandengan tangan saat berjalan di lorong sekolah setelah keluar dari kamar mandi, yang menurutku aneh. Walaupun aku jarang berbicara, namun aku bisa mengerti sifat-sifat temanku, termasuk Sera. Menurutku, dia bukanlah orang yang biasa bergandengan tangan dengan seseorang. Kalaupun dia melakukannya, itu berarti orang itu spesial baginya. Tapi... apakah Anna adalah orang spesial baginya?
Lalu, aku juga teringat saat hari Valentine. Anna memberikan cokelat kepada Sera. Setahuku, hari Valentine adalah hari kasih sayang, di mana para cewek memberikan cokelat kepada orang yang dia sukai. Kalaupun itu cokelat tanda teman, kenapa dia hanya memberikan itu kepada Sera?
Aku juga merasakan sedikit keganjalan pada Anna. Dia adalah anak yang cantik, kaya, dan pintar. Sosoknya begitu sempurna, membuat banyak anak cowok yang tergila-gila padanya. Saat White Day saja, Anna mendapatkan banyak cokelat dari anak cowok, namun dia sepertinya tidak tertarik dengan semua itu. Dia juga mendapatkan banyak surat cinta dan pengakuan dari anak-anak cowok, tapi tidak satupun diterimanya,' pikir Louise saat berada di kelas, memperhatikan Sera dan Anna yang sedang bercanda bersama pada saat waktu istirahat.
Suatu hari saat jam istirahat, Louise melihat Anna dan Sera makan bekal bersama di tempat duduk Anna. "Louise? Kau kenapa?" tanya Nicky yang penasaran melihat Louise menatap ke arah Anna dan Sera.
"Oh? Tidak apa-apa kok," jawab Louise.
"Uuuhh, jangan-jangan kau cemburu melihat Sera yang sudah jarang makan bareng dengan kita ya?" ujar Jack meledek sambil menyuapi Nicky.
"Huh? Mungkin."
"Hah?! Kau tidak malu-malu mengatakan hal itu?!" balas Jack terkejut mendengar jawaban Louise dengan muka datarnya.
'Sejujurnya, aku tidak merasakan cemburu atau apapun. Sera tetap baik terhadapku dan yang lain. Hanya saja, Aku ingin mengklarifikasikan semua hal ini. Saat setiap waktu istirahat, aku selalu melihat Anna dan Sera saling makan bekal mereka, dan bersuap-suapan, yang menurutku, Sera tidak pernah melakukan itu kepada orang yang dia anggap teman biasa,' pikir Louise memperhatikan Anna yang menyuapi Sera.
'Saat di kantin, aku melihat Anna dan Sera membeli kotak susu, dan mereka saling bertukar kotak susu itu. Bukankah itu ciuman secara tidak langsung? Apa mereka tidak maslah dengan itu? Apa aku yang terlalu berlebihan menanggapi hal ini?' pikir Louise saat melihat mereka di kantin bersama-sama.
'Saat berjalan di lorong kelas menuju kelasku, dari jendela di lantai dua, aku melihat mereka yang duduk di bangku penonton di lapangan olahraga sekolah dengan mesra. Sera yang merebahkan kepalanya di pangkuan Anna, dan Anna yang membelai rambut Sera. Apakah seorang teman memang seperti itu? Apa mungkin aku yang tidak mengerti karena aku tidak pernah meraskan punya teman dekat?' pikir Louise curiga.
Suatu hari saat di kelas, selama pelajaran berlangsung, Louise tidak bisa memfokuskan dirinya terhadap pelajaran. Pikirannya sedang dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali ia klarifikasikan. Kemudian, ia menatap Sera dengan penuh pertanyaan. Sera menatap balik Louise dan terkejut.
"Eh?! A-ada apa dengan ekspresimu?!" tany Sera kebingungan.
"Kau..." Lalu, Louise terdiam sejenak. "Tidak apa-apa."
"Hah?! Apa-apaan itu?!"
"Lupakan saja," ujar Louise sambil melanjutkan memperhatikan pelajaran. Sera begitu kebingungan melihat tingkah Louise yang aneh itu, tapi dia hanya membiarkan itu begitu saja.
'Jangan... Jangan sekarang. Mungkin memang akunya saja yang terlalu berlebihan menanggapi hal itu,' pikir Louise. 'Tapi... saat melihat ekpresi Sera yang sedang bersama Anna, entah kenapa aku merasakan bahwa saat itu... Sera tidak seperti biasanya. Dia terlihat seperti... melihat orang yang dia cintai. Ekspresinya sungguh berbeda di saat dia bercanda dengan kami, dan di saat dia bersama Anna. Tapi... ya sudahlah.' Louisepun semakin penasaran, namun dia mencoba untuk mengacuhkan semuanya itu.
Saat pelajaran olahraga, para murid kelas 2C sedang menjalani latihan bola tangkap di aula sekolah. Sang guru menyuruh para murid berpasangan. Seperti dugaan Louise, Sera berpasangan dengan Anna. Karena jumlah murid kelas 2C ganjil, jadi Louise berpasangan dengan sang guru, karena tidak ada yang mau berpasangan dengannya.
"Wah... Kau jadinya tidak punya pasangan ya?" ucap sang guru kasihan melihat Louise sendirian. Namun, Louise terlihat tidak maslah dengan itu.
"Tidak masalah, Pak," balas Louise dengan muka datarnya.
"Ya sudah, kau latihan sama Bapak saja." Pada akhirnya, Louise berlatih bersama sang guru. Sesekali, Louise melirik ke arah Anna dan Sera yang sedang latihan bola tangkap dengan bahagianya. Kecurigaan Louise muncul kembali.
Setelah beberapa latihan selesai, sang guru membubarkan kelasnya dan memberikan para murid waktu untuk beristirahat sebelum melanjutkan pelajaran berikutnya. "Jangan lupa ya, dikembalikan bola-bola itu ke gudang. Jangan ada yang sampai tertinggal," ujar sang guru meninggalkan aula.
Para muridpun mengembalikan bola-bola itu ke gudang, dan merekapun berpencar. Louise mengikuti Nicky dan Jack keluar aula. Namun, dia tidak melihat Sera dan Anna saat itu. 'Mereka di mana? Apa sudah keluar duluan ya?' pikir Louise sambil mencari keberadaan Sera dan Anna.
"Ada apa, Louise?" tanya Nicky.
"Enggak... Kalian lihat Sera?"
"Nyari Sera mulu... Kenapa sih?! Mungkin dia bersama Anna ke kantin," ujar Jack meledek sambil merangkul Nicky.
"Oh..." Lalu, dia melihat bola yang tertinggal di pojok aula. "Eh, itu masih ada bola," ucap Louise sambil menunjuk bolanya.
"Hah?! Ah males lah! Biarin aja, aku sudah capek," balas Jack. Louise berjalan untuk mengambil bola itu. "Hei? Kau mau ngapain?" ucap Jack bingung melihat Louise yang berjalan menghampiri bola yang tertinggal.
"Cih! Ngapain lagi dia repot-repot ngambil bola itu?" ujar Jack menggerutu.
"Biarkan saja sih..." balas Nicky menenangkan Jack.
"Oi, Louise! Kami ke kantin duluan ya?" teriak Jack meninggalkan Louise sambil menuntun Nicky keluar aula.
Setelah mengambil bola itu, Louise berjalan menuju gudang. Tiba-tiba, ia terkejut mendengar suara bisik-bisik di dalam gudang itu. Dari suara itu, ia menyadari bahwa itu adalah suara Sera dan Anna. Dari balik kaca pintu gudang, Louise mengintip ke dalam gudang itu.
Ia begitu terkejut melihat adegan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dua orang perempuan sedang ciuman satu sama lain dan saling meraba tubuh mereka. Louise memalingkan penglihatannya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu.
Kemudian, ia mendengar suara desahan kecil mereka. Louise memutuskan untuk kembali mengintip mereka. Louise melihat adegan panas Sera dan Anna saat mereka saling meraba tubuh mereka. Tangan Anna yang menyusup masuk ke baju Sera dan meremas dadanya. Mulut Anna menggerogoti seluruh leher Sera, lidahnya juga menjulur keluar dan menjilati leher itu.
Louise begitu jijik melihat adegan itu. Tapi, karena penasaran, ia masih ingin tetap melihatnya. Ia melihat ekspresi Sera yang seperti menikmati apapun yang dilakukan Anna kepadanya. Permainan Anna tidak berhenti sampai di situ. Dia mengangkat baju Sera hingga memperlihatkan perut dan dadanya yang ditutupi BH.
"A-Anna... Ja-jangan..." ujar Sera malu sambil berusaha menahan Anna. Namun, Anna terlihat semakin ganas mendengar suara Sera yang lemah itu. Kemudian, ia jilat sekitar perut Sera, merambat ke pusarnya. Sera menahan desahannya dengan menutup mulutnya sekuat tenaga. Badannya bergetar, merasakan geli dan nikmat dari jilatan Anna.
Lalu, Anna mengangkat BH Sera, memperlihatkan kedua dada Sera. "Ah... Ja-jangan!" ucap Sera sambil berusaha menghentikan Anna. Tapi, dia hanya tersenyum kecil. Sera menatap mata Anna yang penuh dengan napsu. Anna menahan kedua tangan Sera dengan tangan kanannya. Kemudian, ia mencium dada Sera, menjilat, dan bahkan menggigit putingnya.
"Aaahh... Oohh..." desah Sera menikmati siksaan Anna itu.
Louise begitu terkejut, bahkan dia seperti tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat dengan kedua bola matanya sendiri. Ia hanya bisa melihat Sera yang pasrah saat diraba oleh Anna. Tiba-tiba, belpun berbunyi. Mereka bertiga terkejut sesaat.
"Ah... Padahal lagi enak-enaknya," ujar Anna menggerutu.
"Ka-kau ini... Padahal ini kita sedang berada di sekolah," ucap Sera kesal sambil memperbaiki bajunya.
"Habisnya, kau selalu imut, aku jadi tidak tahan," balas Anna. Serapun tersipu malu.
"Su-sudahlah! Ayo kita kembali, nanti dimarahi Pak guru," ujar Sera meninggalkan ruangan itu. Ketika keluar, dia melihat ada bola yang tertinggal di dekat pintu gudang. "Eh? Masih ada satu nih di sini."
"Oh ya? U-untung saja tidak ada orang yang menaruhnya ke gudang ya? Kalau ada, kita bisa saja ketahuan," ucap Anna ketakutan.
"Siapa suruh kau begitu di gudang, pakai acara buka bajuku segala lagi," balas Sera kesal sambil menaruh bola yang tertinggal itu di rak bola.
"Tapi... kau suka kan?" tanya Anna menggoda.
"He-hei! Su-sudahlah, ayo kita kembali! Kita saja belum ganti baju," jawab Sera sambil berjalan keluar gudang. Merekapun keluar meninggalkan Aula.
Di samping aula, Louise terlihat bersembunyi. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Dugaannya mengenai hubungan Sera dan Anna memang benar. Pikirannya sekarang dipenuhi rasa bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dan ia tidak tahu harus bersikap apa di depan mereka berdua. Walaupun ia bisa, pasti pada akhirnya tidak bisa merasa nyaman seperti yang dulu. Iapun kembali ke kelas dengan perasaannya yang masih menggantung.
Saat di kelas, Louise secara tidak menyadari kalau dirinya menghindar dari Sera. Ia juga tidak berkomunikasi dengannya sama sekali ataupun menatapnya. Dia takut kalau dirinya juga tertular jika berhubungan dengan Sera. Saat itupun, pikirannya juga ditutupi oleh kejadian di gudang itu, membuatnya tidak bisa fokus.
"Louise? Kau ada penghapus?" tanya Sera. Namun, Louise tidak menjawab. Ia hanya memberikan penghapusnya dan tidak menatap Sera sama sekali. Sera tidak begitu memperhatikan kejanggalan saat itu, sampai ketika dia mengembalikan penghapus itu.
"Terimakasih," ucap Sera sambil mengembalikan penghapus itu. Louise mengambilnya tanpa membalas apapun. Sera melihat Louise dengan perasaan bingung. "Louise? Kau kenapa? Kok diam saja?" tanya Sera bingung.
Louise tetap tidak menjawab Sera ataupun menatapnya. Sera semakin bingung dan penasaran melihat reaksi Louise. "Kau sakit?" tanya Sera. Tapi, Louise juga tidak menjawabnya.
'Ada apa dengannya? Apa dia sedang ada masalah?' pikir Sera penasaran.
"Sera?" sahut Louise.
"Ya?"
"Ketika istirahat terakhir, temani aku ke perpustakaan sebentar ya?"
"Eh?! Um... I-iya..." jawab Sera bingung. Setelah itu, mereka melanjutkan pelajaran seperti biasa, walau Sera sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Louise.
Saat bel istirahat berbunyi, Louise mengajak Sera untuk menemaninya ke perpustakaan. Sebelum itu, Jack bertanya kepada Sera, "Oi! Tadi, ketika selesai pelajaran olahraga, kau kemana? Ngilang aja kerjanya."
"Eh? I-itu... A-aku tadi sedang menemani Anna mengurusi sesuatu," jawab Sera panik.
"Oh gitu... Sekarang sudah dekat dengan Anna lagi ya? Ada apa nih? Jangan-jangan... Hahaha," balas Jack meledek.
"Hahaha..." Serapun membalas tawaan itu dengan canggungnya. Lalu, Sera dan Louise pergi meninggalkan kelas.
"Eh, kalian mau kemana?" tanya Nicky.
"Kami mau ke perpustakaan dulu," jawab Sera. Kemudian, ia melihat Anna yang menatap Sera bingung.
'Mau kemana?' tanya Anna menggunakan isyarat.
'Ke perpustakaan dulu, bentar ya?' jawab Sera.
'Oh ok.'
Saat sampai di perpustakaan, Louise mengajaknya berkeliling ke lorong perpustakaan itu, berpura-pura mencari buku. "Ummm, Louise... Kenapa kau mengajakku ke perpustakaan? Tumben?" tanya Sera.
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?" tanya Louise balik.
"Eh...? Ka-kau kenapa? Kok sepertinya kau lebih cuek. Apa ada masalah?"
"Entahlah..."
"Hummm..." Sera bingung dengan reaksi Louise yang sangat cuek itu. Tapi, Sera tidak berani untuk menanyakan lebih. Dia takut membuat Louise semakin marah.
"Sera... Apa hubunganmu dengan Anna?" tanya Louise mendadak sambil mencari-cari buku.
"Heh?!"
"Apa kau pacaran dengannya?"
"Ehhh?! Eng-enggak kok... Ka-kau kenapa bi-bisa kepikiran seperti i-itu?" jawab Sera panik.
"Kau menjawabnya terbata-bata, apa memang benar kalau kau menyukai Anna?"
"Ha-hah?! Bu-bukan begitu... Me-memang salah ya, kalau a-aku de-dekat dengan Anna seperti itu?"
"Kau tidak pernah seperti itu sebelumnya."
"Ha-habisnya, aku me-merasa Anna pu-punya selera humor yang sama denganku," jawab Sera semakin panik.
"Begitu..." Louise terdiam sejenak sambil tetap mencari-cari buku. Lalu, dia menatap Sera dan berkata, "Aku melihat apa yang kau lakukan bersama Anna di gudang aula tadi."
Sera spontan terkejut dan tak bisa berkata apa-apa. Keringat dingin keluar dari pori-porinya. Ketakutan terbesarnyapun muncul menghantamnya dengan keras. "E-em... I-itu..."
"Kau... Lesbian?" tanya Louise.
"Eh?? I-itu..." Serapun jatuh kedalam lubang yang tidak bisa ia hindari lagi. Mukanya perlahan memerah. Ia hanya bisa menundukan kepalanya, menerima semua apa yang dikatakan Louise kepadanya tadi.
"Sejujurnya, aku tidak berada di sisimu untuk kasus ini. Aku berpikir bahwa itu tidak layak dilakukan. Aku menentang," ujar Louise menghakiminya. Sera tidak bisa membalas apapun, dia hanya merasakan malu dan takut karena sudah ketahuan dengan salah satu teman dekatnya.
"Tapi... ketika aku melihat ekspresimu saat bersama Anna. Aku berpikir... bahwa terkadang, apa yang menurutmu buruk, bagi orang lain bisa sebaliknya. Dan juga, aku sebagai orang lain tidak bisa memaksamu mengikuti apa yang menurutku benar. Yang bisa memilih jalan hidupmu adalah dirimu sendiri. Orang lain hanya boleh memberikan saran, tapi... mereka tidak berhak menghakimimu ataupun memaksamu."
Sera terkejut mendengar penjelasan Louise, dan perlahan menatap matanya.
"Di satu sisi, aku benci mengetahui bahwa dirimu bisa seperti itu. Tapi, di satu sisi, aku merasa bahagia jika melihatmu bahagia."
"Lou-Louise..." ucap Sera dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Tapi... ada hal yang ingin kutanyakan lagi. Apakah kau sudah memikirkan kedepannya? Sudahkah kau memikirkan konsekuensinya? Siapkah kau menerima itu? Saat ini, Lesbian merupakan hal tabu. Siapkah kau menerima beban saat melihat pandangan-pandangan orang lain kepadamu? Siapkah kau dijauhi oleh orang-orang di sekitarmu? Bagimana dengan orangtuamu? Keluargamu? Apakah mereka dengan senang hati mau menerimamu seperti ini?" tanya Louise.
Lalu, Sera terdiam syok mendengar semua pertanyaan-pertanyaan itu. Bibirnya gemetar tidak bisa berkata-kata. Selama ini, Sera hanya menjalani seperti apa yang dikatakan Anna. Dia tidak peduli dengan apapun, dan tidak pernah terlintas di kepalanya untuk bertanya kepada dirinya sendiri semua pertanyaan-pertanyaan itu. Saat ini, dirinya seperti menemukan dinding permasalahan besar yang selama ini dia abaikan.
"Kalau kau memang serius dengan hubunganmu itu, cobalah kau cari jalan keluar untuk semua masalah itu," ujar Louise meninggalkannya.
Ketika kembali ke kelas, Anna melihat muka Sera yang murung lesu. Kemudian, dia menghampiri Sera. "Sera? Kau kenapa?" tanya Anna khawatir.
Saat Anna menghampirinya, Louise yang sedang duduk di samping Sera, beranjak keluar kelas dan berkata, "Aku mau ke kamar mandi dulu."
Lalu, Anna duduk di kursi Louise. "Sera? Kau kenapa? Sakit?" tanya Anna.
"Hummm, iya nih... kepalaku agak sedikit nyeri," jawab Sera sambil mengelus kepalanya.
"Oh gitu... Nanti, kau tidak usah kerja saja dulu. Istirahat di rumah saja."
"Iya... aku lihat nanti saja."
"Jaga kesehatanmu ya? Kalau ada apa-apa, kasih tahu aku saja," ucap Anna sambil kembali ke tempat duduknya.
Selama pelajaran, Sera selalu terpikirkan semua pertanyaan yang dikatakan Louise kepadanya. Dan sepulang sekolah, ia berjalan menuju kafe tempat ia bekerja dengan pikiran yang masih buyar. Saat bekerjapun, Sera berkali-kali melupakan pesanan, ataupun salah memberikan pesanan. Saat meminta pesanan, dia juga sering dimarahi oleh pelanggan karena selalu melamun.
"Sera!" sahut pemilik kafe itu, Pesa Queen. Selain pemilik kafe, dia juga merupakan bibinya dari keluarga sang ayah. "Bisakah kau ke ruang kantorku sebentar?"
Lalu, Sera masuk ke ruang kantor dengan perasaan lesu dan takut.
"Kau kenapa? Hari ini kau tidak begitu fokus. Sakit? Ada masalah?" tanya bibi Pesa.
"Hummm... Tidak ada apa-apa kok, Bi," jawab Sera murung.
"Kau pikir aku anak SD yang percaya begitu saja?! Lihat muka murungmu yang jelek itu, apakah kau mau mengusir semua pelangganku dengan muka itu?!" balas bibi Pesa meledek.
"Ah... Hahahaha..." Sera tertawa canggung, dan mukanya kembali murung.
"Sebentar ya?" ucap bibi Pesa sambil keluar ruang kantornya. "Kalian yang lain, coba gantiin Sera sebentar, aku ada perlu dengannya. Lalu, kalau ada perlu denganku, tunggu sampai aku keluar ruangan. Selama itu, kau bertanggung jawab." Bibi Pesa masuk ke ruangannya kembali dan duduk di kursinya.
"Sera? Ada apa? Cerita saja... Kita sudah lama dekat. Kau sudah kuanggap anak sendiri. Biasanya juga, kau selalu cerita apapun ke Bibi. Jika ada masalah, cerita saja."
"Hummm... Karena itulah aku takut mau cerita ke Bibi," ujar Sera murung.
"Hah?! Maksudnya? Ja-jangan-jangan, kau hamil?"
"Bukan itu!"
"Terus? Hah?! Ja-jangan-jangan? HIV?!"
"Juga bukan itu!!"
"Ya... lalu apa dong?" tanya bibi Pesa penasaran. "Kalau bukan kedua hal itu, aku pasti masih bisa menerima ceritamu. Katakan saja."
"Hummm..." Sera terdiam ragu. Dia ingin mengatakannya, tapi terus dihalangi oleh rasa takutnya. "Tapi, Bibi jangan bilang ke Papa atau Mama ya?"
"Iya iya... pasti masalah cinta SMA yang payah," ujar bibi Pesa meledek.
"Ba-bagimana menurut pandangan Bibi terhadap orang... Lesbian?" tanya Sera canggung.
Bibi Pesa terkejut dan terdiam beberapa saat sambil memandang Sera. "Apa... kau Lesbian?" tanya bibi Pesa serius.
"Eh?!" Sera sedikit takut melihat wajah serius bibinya. "Umm... Bu-bukan. A-ada temanku seperti itu di kelas. A-aku memergoki mereka sedang ciuman." Sera mengatakan menggunakan versi pandangan Louise sebelumnya.
"Ho... Kalau begitu jauhi saja dia. Jangan dekat-dekat, kau nanti tertular."
Sera syok dan terdiam mendengar perkataan bibi Pesa, mukanya kembali murung.
"Kenapa? Apakah dia teman dekatmu?" tanya bibi Pesa.
"I-iya..."
"Hummm, gimana ya? Kalau begitu, biasa aja. Jangan terlalu didekati, dan jangan terlalu dijauhi juga. Anggap kau tidak tahu apa-apa."
"Be-begitu..." Kemudian, mereka terdiam sejenak. "Kalau menurut bibi, Lesbian itu bagimana?"
"Yah... Aneh saja. Kok perempuan bisa suka sama perempuan. Banyak sekali laki-laki ganteng, tapi malah nyantolnya sama perempuan. Kan aneh," ujar bibi Pesa sambil melipat lengannya.
"Oh... I-iya sih, hahaha..." balas Sera canggung.
"Bibi sih tidak membenci orang Lesbian. Hanya memang bibi tidak mengerti jalan pikiran mereka saja. Lagipula, semua orang tahu kalau itu tidak baik. Jadi, bibi juga menganggap kalau itu tidak baik."
"I-iya sih..."
"Gitu saja?"
"Eh? I-iya... I-itu saja kok, hehehe," ucap Sera tersenyum canggung.
"Kirain ada apa. Kalau boleh tahu, akhir-akhir ini, kau jarang curhat ya ke Bibi."
"I-iya... habisnya aku tidak ada masalah sih."
"Iya sih... Takutnya, kamu tidak curhat ke bibi karena kamu sudah tidak percaya sama bibi lagi."
Saat itu, Sera terdiam sejenak. Ia teringat saat terakhir kali dia curhat dengan bibinya saat SMP kelas satu. Ketika itu, bibi Pesa dengan tidak sengaja merespon curhatan Sera dengan kata-kata yang menyakiti hatinya. Kata-kata itu membuatnya syok, dan kepercayaannya kepada bibi Pesa hancur saat itu juga. Setelah kejadian itu, Sera memutuskan untuk tidak curhat kepada bibi Pesa, selagi masalah itu bisa ia pendam sendiri.
"Sera? Kau melamun lagi?" tanya bibi Pesa menatapnya.
"Eh? Eng-enggak kok..." jawab Sera panik.
"Ya sudah, jangan dipikirkan lagi. Ayo kembali kerja," ucap bibi Pesa sambil berjalan keluar ruangan.
Sera duduk dan memikirkan kata-kata bibi Pesa tadi. Ia sadar bahwa memang benar banyak orang yang menentang Lesbian. Sedikit demi sedikit, Sera mulai menyerah dengan hubungannya itu. 'Jika bibi Pesa saja tidak bisa menerima, bagaimana dengan orangtuaku?' pikir Sera murung sambil beranjak keluar dari ruang kantor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomanceMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...