Salam Dari Negeri Kebab

13 1 0
                                    

Husna masih saja sibuk dengan laptopnya, dia sedang membuat karya sastra seperti biasanya kalau ada waktu luang dia gunakan untuk menyusun huruf. Dia terinspirasi Habiburrahman El Shirazy penulis novel Ketika Cinta Bertasbih. Ditengah kesibukkannya, ibu Husna memanggilnya "Husna mari makan, sudah waktunya makan siang." Dengan setengah berlari ia pun keluar kamar. Jilbab merah muda yang dia kenakan membuat ia terlihat lebih cantik, "Iya bu, tunggu sebentar." Dia segera duduk dan menyantap makanan yang sudah dihidangkan oleh ibunya.
"Bapak mana bu? Kok nggak makan bareng kita?"
"Bapak sedang keluar sebentar, nggak lama lagi juga pulang"
"Oh iya bu, alhamdulillah nanti kalo udah udah lulus dari Sekolah Menengah Atas aku dan teman-temanku Fitri dan Nissa mendapatkan beasiswa kuliah di Istanbul, Turki" belum selesai bicara, ibunya langsung memotong ucapannya "Sudah berapa kali ibu bilang. Ibu tidak akan mengizinkan kamu pergi ke Istanbul, buat apa kuliah jauh-jauh kalo di Jakarta aja banyak universitas Islam yang bagus"
"Tapi bu, kesempatan untuk kuliah disana hanya sekali" tanpa disadari air matanya menetes.
Memang berat kalau harus berpisah dengan ibunya, Husna memang manja pa ibunya. Terlebih lagi ia akan berada di Istanbul selama kurang lebih empat tahun dan itu pun belum tentu ia dapat pulang setiap tahun untuk menemui keluarganya. Ia melanjutkan pendidikan di Istanbul karena mendapatkan beasiswa  di Marmara University Istanbul, walaupun dia baru duduk di kelas dua menengah atas Husna tergolong siswa yang aktif dan cerdas, dia ditawarkan beasiswa kuliah di Istanbul. Sejak kecil ia selalu bermimpi untuk pergi ke Turki dan melihat indahnya istana Topkapi yang merupakan peninggalan kekaisaran Ottoman.
Dan sekarang impiannya sudah didepan mata, "Tolong izinkan aku bu, aku hanya beberapa tahun saja disana dan aku akan selalu memberi kabar pada ibu"
"Apapun alasannya, Ibu tidak akan mengizinkanmu." Bapaknya pun langsung masuk ketika ia mendengar tangisan putrinya, "Husna, kenapa kamu menangis?" Tanya bapak dengan wajah bingung.
"Ibu tetap bersikukuh tidak mengizinkanku untuk berkuliah di Istanbul" sambil menundukkan kepala air matanya semakin deras mengalir.
"Sudahlah bu biarkan saja Husna memilih pilihannya, dia sudah besar baoak yakin dia bisa menjaga dirinya." ujar bapak dengan nada meyakinkan. "Iya bu, aku mohon tooong izinkan aku. Aku yakin bisa menjaga diri disana, di Istanbul aku juga tidak sendirian ada Fitri dan Nissa mereka juga kuliah disana.
"Sudahlah terserah kalian, tapi kalu terjadi apa-apa pada Husna, bapak yang akan Ibu salahkan."
Akhirnya Ibu Husna mengizinkannya untuk melanjutkan pendidikan di Istanbul. Memang berat melepaskan putri kesayangannya untuk hidup mandiri, ia sangat menyayangi Husna. Wajah mereka sangat mirip, bahkan terkadang ada yang mengira mereka adalah kakak beradik. Perbedaan umur mereka tidak terlalu jauh

**
Part 2
Salam Dari Negeri Kebab

Kelas 3 menengah atas, beberapa hari menjelang ujian nasional, Husna bertemu dengan Fatih, ia sejak lama mengaguminya. Fatulih merupakan senior Husna. Keduanya sering bertemu ketika pulang sekolah. Namun sejak awal mereka bertemu, tidak pernH bertukar kata atau hanya sekedar saling menyapa. Sikap pendiam Fatih yang membuat Husna tertarik terlebih lagi dia seorang hafidz Qur'an, menambah kekaguman Husna. Tapi suatu hari diluar dugaan Husna, Fatih mengiriminya email, sejak saat itu mereka saling berkomunikasi walaupun melalui email. Satu kejadian yang membuat Husna kaget, ketika dia mengetahui bahwa sahabatnya Nurul juga mengagumi Fatih. Tapi bukan karena itu, ternyata Fatih dan Nurul mempunyai hubungan entah hubungan apa diantara mereka yang pasti kedekatan mereka membuat perasaan Husna gundah.
Awalnya Nurul hanya menganggap perasaan Husna hanya sekedar perasaan kagum, tapi ternyata dia memiliki perasaan yang lebih. Fatih mencoba menjelaskan tentang hubungannya dengan Nurul, "Husna, tolong jangan salah paham dulu, aku dan Nurul tidak ada hubungan apa-apa" dengan nada meyakinkan, "Iya tenang saja, aku tahu Nurul yang menjelaskannya padaku." Menghela nafas, setelah kejadian itu Husna memilih menjauh darinFatih.
*
Raut kegembiraan tidak dapat disembunyikan, Husna dan temannya sangat bahagia hasil ujian nasional sudah diumumkan dan semuanya lulus. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, selang beberapa bulan akhirnya Husna berangkat ke Istanbul. Ia memasukkan semua perlengkapan, dan kebutuhan pribadinya kedalam koper birunya. Tak lupa ia membawa novel "Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2". Baginya begitu banyak pelajaran yang ia dapat dari novel itu, setelah selesai sebelum berangkat ke bandara Soekarno Hatta, ia masih mempunyai waktu setengah jam. Dia mengambil wudhu dan melaksanakan sholat dhuham setelah itu Husna berpamitan kepada kedua orang tuanya, tak lupa mencium tangan kedua orang tuanya lalu memeluk ibunya. Tanpa disadari air matanya menetes membasahi jilbab cokelatnya.
Sudah tiga jam dia didalam pesawat, perjalanannya masih sekitar tujuh jam lagi. *Ketika cinta bertasbih nadiku berdenyut merdu, kembang kempis dadaku merangkai butir cinta. Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang, sujud syukur pada-Mu atas segala cinta* akhirnya ia tertidur dalam bait-bait lagu Ketika Cinta Bertasbih, tidak lama kemudian ia tiba di Ataturk Airport, Turki.
Setibanya disana, Husna beserta teman-temannya menuju rumah yang sudah disewa oleh Nissa. Setelah merapihkan barang-barang mereka, mereka keluar untuk membeli makanan sambil berjalan-jalan melihat keindahan kota Istanbul yang merupakan kota terbesar di Turki. Dan melihat bangunan-bangunan bersejarah seperti istana Topkapi peninggalan kekaisaran Ottoman, Turkey Utsmany. Ditengah perjalanan mereka melihat istana Topkapi, Husna melihat lukisan Sultan Mehmed II. Dia teringat dengan Fatih, bagaimana kabarnya sekarang? Bukankah sudah beberapa bulan dia menjauhinya "Tidak bisa aku pungkiri, masih ada setitik harapan yang terbesit didasar hati ah sudahlah... mungkin sudah sebaiknya aku berhenti memikirkannya" gumamnya dalam hati. Setelah itu mereka beristirahat di taman, Husna mengeluarkan buku diary nya,
"Oh Allah,
ikhlaskan hatiku untuk menerima ketentuan-Mu, jangan biarkan kebencian menggeluti hatiku. Akan ku biarkan perasaan ini mengalir sebagaimana mestinya karena aku paham, ranting yang bengkok jika dipaksakan untuk lurus pasti akan patah. Sama hal nya dengan hati, karena hakikatnya cinta tidak harus memiliki.
Makhluk indah, salam rinduku~"

Salam Dari Negeri KebabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang