Sore hari yang cerah itu, terlihat Anna dan Sera sedang berjalan di daerah pusat kota. "Ahhhh... Memang enak kalau belajar di kafe manapun," ucap Sera meregangkan badannya. Anna tersenyum menatap Sera. "Hmmm? Ada apa?" tanya Sera.
"Hah? Ti-tidak... hehehe," jawab Anna panik.
"Apa sih?!"
"Oh ya? Menurutku sama saja sih kalau belajar di manapun juga," ucap Anna.
"Kalau di sekolah, aku susah fokus. Dan juga, aku bingung bagian mana yang tak kumengerti. Kalaupun aku bertanya, dijawabpun mungkin masih tidak mengerti. Bisa-bisa, aku digamprat sama Pak guru."
"Hehehe... I-iya sih..."
"Tapi, aku senang ada kau. Kau itu bisa mengajari dengan mudah. Cara penjelasanmu yang tertata membuat semua pelajaran jadi terasa mudah. Kau cocok jadi guru loh."
"Oh ya?" tanya Anna tersipu.
"Apa sebelumnya kau memang suka mengajar?" tanya Sera penasaran.
"Hmmm... Entahlah. Aku sih, sewaktu SD sampai sekarang, jika ada teman yang tidak mengerti dan bertanya padaku, aku pasti akan membantu menjelaskannya. Dari situ, mungkin aku bisa mengerti karakteristik orang-orang yang bertanya, dan permasalahan mereka untuk mengerti pelajaran. Lalu, di situ, aku tahu bagaimana caranya mengajari orang itu. Sama seperti kau saat ini," jawab Anna.
"He-hebat..."
"Oh ya, sabtu besok kita libur. Jadi, kita ada dua hari kosong. Kau ada rencana? Apa kau kerja?"
"Oh, iya ya... Hmmm... Sebenarnya, karena akhir-akhir ini mau mendekati ujian. Aku sudah mengurangi jadwal kerjaanku di kafe bibi Pesa sih. Jadi, besok sepertinya aku hanya di rumah saja."
"Begitu... Kau mau main ke rumahku?" tanya Anna.
"Eehhhh?! Ya-yang benar?! Mau dong!" jawab Sera kegirangan.
"Oke, nanti kau pergi ke stasiun kereta Sowin saja. Dari situ, nanti aku jemput."
"Stasiun Sowin ya? Cukup jauh juga ya rumahmu."
"Hehehe."
"Ngomong-ngomong, tumben sekali kau mengajakku main ke rumahmu? Baru pertama kali ini sih," tanya Sera heran.
"Hummm, sebelumnya... di rumahku sering ada keluargaku. Jadi, aku sedikit... yah... gitulah," jawab Anna terbata-bata.
"Eh?! Maksudnya?"
"Sudahlah, yang penting, besok jam sepuluh kau datang ya? Aku mau menelpon sopirku dulu."
"I-iya... Sebelum itu, aku mampir ke kafe Moonbucks dulu ya? Mau beli minumannya," ujar Sera sambil berjalan menuju kafe itu.
"Iya, nanti kususul," balas Anna sambil menelpon sopirnya.
Saat masuk di kafe itu, Sera langsung menuju ke kasir untuk memesan minumannya. Suasana di kafe itu tidak terlalu ramai saat itu. Ketika di depan kasir, Sera terkesima melihat sosok pelayan kasir itu. Seorang perempuan cantik dengan rambut hitam pendek yang bagian ujungnya diwarnai warna merah dan tahi lalat di pipi kirinya membuat sosok perempuan ini menjadi lebih manis. "Selamat datang..." sahut kasir cantik itu dengan senyumannya yang manis.
"I-iya..." balas Sera terkesima.
"Mau pesan apa?" tanya kasir itu.
"I-iya..."
"Eh?? Ma-maaf..."
"Eh?? Oh! Ma-maafkan aku, ee... a-anu... A-aku pesan Choco Grande Blend ya? Satu," ucap Sera panik.
Kasir itupun tersenyum, "Mau sekalian dengan makanannya?"
"I-iya... Eh!? Ja-jangan! Ma-maksudku, ti-tidak usah. Minumannya saja."
"Hahaha..." kasir itupun tertawa kecil. "Satu minuman ya? Ukurannya? reguler? Atau Large?"
"Yang biasa aja, kak."
"Oke..." ucap kasir itu sambil menekan layar kasirnya. "Namanya siapa?"
"Se-Sera, kak..."
"Oke. Totalnya empatpuluh delapan ribu ya?"
"Ini..." ucap Sera sambil memberikan uangnya.
"Kembaliannya dua ribu... Ditunggu sebentar ya? Nanti dipanggil." Kasir itupun pergi sambil memberikan senyuman manisnya kepada Sera.
'Uwaaa... Ce-cewek itu... manis sekali... Seumuran kali ya?' pikir Sera terkesima. Iapun duduk di tempat kosong sambil menunggu pesannannya.
Tak lama kemudian, Anna masuk ke kafe itu dan menghampiri Sera. "Sudah pesan?" tanya Anna.
"Sudah, tinggal nunggu saja."
"Begitu... Kau nanti pulang denganku saja ya?"
"Eh? Apa tidak masalah?" tanya Sera.
"Tidak apa-apa kok... rumahmu jauh kan? Lagipula, sudah sore. Kau pasti kena macet," jawab Anna.
"Makasih ya?"
"Ti-tidak perlu terimakasih kok."
"Atas nama Sera! Choco Grande Blend!" sahut kasir itu.
"Oh, itu punyaku. Sebentar ya?" ucap Sera kepada Anna. Iapun berjalan menghampiri kasir. "Itu punya saya, kak." Tapi, Sera bingung saat kasir itu terdiam kaku melihat ke satu arah. "Kak?" Arah pandangan kasir itu sedang menatap Anna. Saat itu, Sera juga melihat Anna yang terdiam kaku melihat sosok kasir cantik itu.
"A-Anna...?" gumam kasir itu terkejut. Dengan cepat, Anna menarik tangan Sera, menuntunnya keluar.
"E-eh?! A-ada apa?!" ujar Sera bingung.
"Tu-tunggu!" teriak kasir itu sambil berusaha mengejar mereka. Namun, mereka keluar dan berlari menjauh dari kasir itu.
Anna menarik tangan Sera dan berlari tanpa tujuan, berlari dan terus berlari. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, merekapun akhirnya berhenti. "Hah... Hah... Ka-kau... Kau kenapa?! Apa-apaan itu tadi?!" tanya Sera geram.
Annapun tidak menjawab. Mukanya syok seperti melihat hantu. "A-Anna...?" sahut Sera.
Lalu, Anna meraih HP-nya, dan menelpon sopirnya. "Maaf, Pak. Bisa jemput di perempatan dekat lampu merah jalan Mailin? ...Ya..., ...Iya..." Kemudian, ia memutuskan sambungannya dan menatap Sera.
"Kau... kenapa?" tanya Sera prihatin.
"Tidak... Tidak ada apa-apa..."
Serapun sadar bahwa, saat itu, ia tidak bisa bertanya 'Lalu, kenapa matamu merah?'. Ia hanya pendam semua kecurigaan itu di dalam hatinya, berharap ada waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini.
Saat di dalam mobil, Sera melihat Anna yang terus memandangi pemandangan kota di kaca jendela mobil itu. Ia tahu bahwa Anna sedang merenungi sesuatu. Kejadian misterius dengan perempuan misterius itu tadi. 'Ada apa dengan mereka berdua tadi? Apakah mereka saling mengenal?' pikir Sera penasaran.
Beberapa saat kemudian, ia melihat ada pantulan cahaya di pipi Anna. Ternyata saat itu, Anna sedang menangis. Sera terkejut, namun, walaupun dia ingin menenangkan Anna, ia sadar bahwa dengan membiarkan emosi itu mengalir bebas adalah pilihan tepat untuk saat itu.
Sesampainya di rumah, Sera berpamitan dengan Anna. Ketika di kamar, pikiran Sera sedang dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan mengenai kejadian singkat di pusat kota tadi. 'Apa itu... mantannya?' pikir Sera penasaran. "Ah! Ah! Sudahlah... Bicarakan besok saja. Nanti, malah aku bangun kesiangan. Bisa dimarahin Anna kalau telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
Roman d'amourMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...