Bab 12 : Siapa Pangerannya?

1.5K 78 1
                                    

Ketika pulang sekolah pada hari jumat, Sera bersiap-siap untuk membereskan tasnya. Ia menatap Anna yang memberikan isyarat, 'Hari ini kerja?'. Lalu, Sera menjawabnya dengan menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian, dia melihat Louise yang tergesa-gesa. "Kau kenapa buru-buru seperti itu?" tanya Sera heran.
"Hari ini klub Jurnalis sedang membuat tugas untuk liputan di luar sekolah. Mereka menyuruhku untuk memimpin liputan ini," jawab Louise panik.
"Hahaha... pasti repot ya?"
"Doain saja, jangan ngeledek!"
"Hahaha... iya iya..."
Setelah Louise pergi, Anna datang menghampiri Sera dan berkata, "Besok kau kerja?"
"Hummm, belum tahu sih. Palingan nanti dikasih tahu. Memangnya ada apa?" tanya balik Sera.
"Aku mau mengajakmu berenang di Water Park di kota sebelah. Mumpung cuacanya sedang cerah. Enak loh di sana, banyak arena bermainnya, banyak perosotannya juga," jawab Anna.
"Waaahh... sepertinya menyenangkan. Aku usahakan untuk bisa pergi ya? Aku minta ijin dulu."
"Oke, aku tunggu kepastiannya ya?" ucap Anna sambil berjalan keluar kelas.

*Behind the Walls*

Ketika hari sabtu, Sera memutuskan untuk pergi bersama Anna ke Water Park. Taman kolam itu sangat bagus sampai membuat Anna dan Sera terkesima. "Waaaahh! Bagus sekali!" ujar Sera terkagum sambil memperhatikan pemadangan Water Park itu.
"Dulu, ketika aku ke sini, tempatnya belum seluas ini loh," balas Anna.
"Aku baru pertama kali ke tempat seperti ini," ucap Sera.
"Oh ya? Aneh, biasanya hampir semua orang pasti pernah ke sini."
"Ya... 'hampir', kan?"
"Apa karena kau tidak punya teman?"
"Ya-yaaahhh... bi-bisa dibilang seperti itu," jawab Sera gugup. Anna menatapnya curiga.
"Aku ganti pakaian renang dulu ya?" sahut Anna.
"Oke, aku ikut."
Sera selesai mengganti pakaian renangnya. Dia hanya menggunakan short boxer dan kaos berwarna putih. Sambil menunggu Anna, dia melapisi tangan dan kakinya menggunakan Lotion. "Anna lama sekali," ucap Sera.
Tak beberapa lama kemudian, Anna keluar dari ruang ganti dengan pakaian renangnya yang terlihat seksi. Karena tubuhnya yang 'Body Goal' serta pakaian renang String yang modern, Anna menjadi pusat perhatian oleh orang-orang di sekitarnya. Mukanya yang putih mulus menambah poin pada dirinya. "Maaf ya? Aku tadi harus mengecek pakaian ini dua kali, takutnya aku salah pakai, hehehe..." ujar Anna.
'Uwaaa... Di-dia...' pikir Sera sambil melotot terkesima melihat Anna.
"A-ada apa?! Aneh ya?" tanya Anna panik.
"Ti-tidak kok! Cocok sekali!" jawab Sera dengan mukanya yang memerah. "Ngomong-ngomong, aku tidak tahu kalau kau punya baju renang seseksi ini," tambah Sera.
"Oh, ini... aku baru beli saat pulang sekolah kemarin."
"Niat sekali."
"Ya, karena aku tahu kalau aku akan pergi ke sini denganmu, aku jadi ingin beli dan pakai ini."
"Uwaaah, demi aku? Hehehe..." ujar Sera tersipu. "BeTeWe, kau pasti belum pakai Lotion ya? Sini kupakaikan."
Setelah itu, mereka menghabiskan waktu mereka bermain dan menikmati hari mereka di Water Park. Cuaca cerah pada hari itu secerah raut muka mereka yang sedang asyik bermain-main dengan air. "Say, kita main perosotan itu yuk?" sahut Anna sambil menunjuk ke area prosotan yang paling tinggi di Water Park itu.
'Uwa... Ti-tinggi sekali. Mana mungkin aku berani,' pikir Sera ketakutan. "Ummm, se-sepertinya aku gak ikutan deh, a-aku gak suka ketinggian."
"Eeehh? Ayolah, berdua denganku, kita pakai pelampung yang khusus dua orang," ujar Anna sambil menarik tangan Sera.
"Eh eh... Tu-tunggu dulu." Pada akhirnya, Sera terpaksa mengikuti Anna dan sekarang sedang mengantri menunggu giliran. 'Kenapa aku berada di sini?! I-ini terlalu tinggi!' pikir Sera panik.
"Jangan panik, ini hanya berasa sebentar kok. Nanti kau pasti akan ketagihan," ucap Anna berusaha menenangkan Sera. "Lihat tuh, anak itu saja berani sendiri."
"Aku kan bukan anak itu."
"Tapi kan, masa kamu mau kalah dengan anak kecil?"
"Who cares though?"
"Baris berikutnya!" sahut penjaga perosotan itu.
"Giliran kita, ayo..." kata Anna sambil menarik Sera.
Kemudian, Anna menyuruh Sera untuk duduk di bagian depan pelampung. Sera semakin gemetaran saat melihat jalur perosotan yang berliku-liku itu. 'Tenang, kan ada Anna. Jadi, tidak perlu merasa takut,' pikir Sera sambil melirik ke belakang. Namun, ia terkejut saat melihat Anna yang hanya berdiri di samping penjaga perosotan itu sambil melambaikan tangannya. 'A-apa?!' Setelah itu, penjaganya mendorong pelampung yang dinaiki Sera. Seiring dia terbawa ke perosotan itu, Sera hanya bisa memelototi Anna yang tersenyum dan melambai kepadanya. 'Si-si begooooooo!!' Ketika meluncur, tidak terdengar sama sekali suara teriakan Sera.
Beberapa saat setelah Sera meluncur, giliran Anna yang meluncur. Teriakan kegirangan Anna terdengar saat meluncur di perosotan itu. Setelah terjun ke kolam, Anna berenang menuju permukaan. Ekspresinya terlihat senang saat keluar dari kolam itu. 'Mana ya Sera?' pikir Anna sambil mencari-cari Sera. 'Dia pasti panik, hehehe...'
Lalu, Anna melihat Sera yang berjalan ke arena kolam arus sambil membawa pelampung tadi. Annapun mengejar dan menyusul Sera, "Sera! Tunggu!" sahut Anna. "Gimana? Tadi Seru kan?" tanya Anna sambil berusaha melihat muka Sera. Tapi, Sera tidak membalas ataupun menatap balik Anna. Dia hanya berjalan lurus menegakkan kepalanya. 'Eh?? Di-dia marah, ya?' pikir Anna.
Saat di kolam arus, Sera langsung menaruh pelampung itu dan berbaring di atasnya. Namun, Sera tidak membiarkan Anna naik di pelampung itu, dan langsung mendorong pelampung itu ke arus di kolam itu. "Eh? A-aku belum..." ucap Anna melihat pelampung yang dinaiki Sera berjalan menjauh.
Sera menikmati momen itu dengan mengambang dan bersantai di atas pelampung itu seiring melihat pemandangan langit biru yang cerah. Kemudian, Anna menyusulnya dengan berenang menghampirinya. "Sayang! Ka-kamu marah ya?" tanya Anna. Namun, Sera tetap tidak membalas Anna dan berusaha tidak menatap Anna. "Eeeee... Ma-maaf deh, aku hanya bercanda saat itu. Aku tidak tahu kalau hal itu membuatmu marah. Maaf ya?" Sera tetap tidak membalas satu katapun.
Melihat Sera yang masih mengabaikannya, Anna hanya bisa berjalan di samping pelampung itu. Ia melihat tangan Sera yang sedang menggenggam pegangan pada pelampung itu. Kemudian, Anna meraih tangan itu dan digenggamnya erat. Sempat berpikir bahwa Sera akan menarik tangannya, tapi sepertinya Sera hanya diam dan tidak berkata apa-apa. Annapun tersenyum. Lalu, ia mulai membuka pembicaran dengan mengomentari dekorasi dan desain di setiap dinding di kolam arus itu, walaupun Sera tidak membalas sama sekali.
Ketika memasuki ke terowongan di kolam arus itu, Anna terlihat mengamati dekorasi pada setiap sudut terowongan itu dengan serius. "Cahayanya kurang. Jadinya dekorasinya tidak kelihatan sama sekali," ujar Anna. Lalu, ia berusaha melihat ekspresi Sera, dan ternyata, Sera masih tidak mau menatap balik Anna. Merasa bersalah atas perbuatannya di perosotan tadi, Anna berusaha meminta maaf dengan mengelus tangan Anna yang digenggamnya itu.
Kemudian, Sera melirik Anna dan melihat ekspresinya yang terdiam murung. Lalu, ia melihat sekeliling terowongan itu. "Ada apa?" tanya Anna heran. Setelah itu, Sera turun dari pelampung itu dan menarik badan Anna dan mendorongnya ke dinding terowongan itu sambil menahan kedua tangan Anna. "Sa-sayang?" ucap Anna terkejut sambil menatap ekspresi Sera yang datar menatapnya itu. Setelah itu, Sera langsung mencium leher Anna sehingga membuatnya terangsang. "Aaahh..." desah Anna.
Ciuman Sera merambat perlahan menuju bibir Anna. Di situ, bibir mereka yang lembut saling bersentuhan sambil memejamkan kedua mata mereka. Lidah mereka keluar dan saling meraih. Kedua tangan Sera membelai pipi Anna, dan sedangkan kedua tangan Anna memeluk erat tubuh Sera.
Tak lama kemudian, terdengar suara orang dari sisi masuk terowongan itu. Mereka panik dan langsung menjaga jarak. Terlihat rombongan keluarga masuk ke terowongan itu, dan juga ada anak-anak yang ikut di rombongan itu. Mereka melihat Sera dan Anna yang sedang berjalan bersama-sama sambil menuntun pelampung itu. "Loh, kok gak dinaikin sih pelampungnya? Malah dituntun," sahut salah satu orang di rombongan itu. Para rombongan itupun tertawa melihat Sera dan Anna.
Setelah para rombongan itu pergi, Sera kembali menarik Anna kembali ke tempat yang sama. "Kau bisa duduk di dalam air?" tanya Sera.
"Hah? Maksudnya?"
"Duduk lama di dalam air, apa kau bisa?"
"Bagaimana caranya?"
"Hummm, jadi, kau hanya perlu mengeluarkan sebagian oksigen dalam mulutmu. Lalu, tubuhmu akan terasa ringan dan bisa tenggelam," jelas Sera.
"Ta-tapi... Kenapa tiba-tiba kau menyuruhku seperti itu?" tanya Anna bingung.
"Sudah, lakukan sajalah!"
Saat itu, Anna menyelam dan mengeluarkan udara di dalam mulutnya. Ia tekejut saat tahu bahwa badannya terasa ringan dan dia bisa duduk di dalam kolam itu. Ia tersenyum senang saat mengetahui bahwa ia bisa melakukan hal itu. Lalu, ia melihat Sera yang meraih kepalanya, dan langsung dicium kedua bibirnya. 'Ja-jadi ini maksudmu untuk aku tenggelam?!' pikir Anna kaget.
Di dalam kolam itu, Sera dan Anna bebas berciuman tanpa perlu takut jika ada orang yang mendadak lewat. Saat mereka kehabisan napas, mereka langsung bangkit berdiri keluar dari dalam air. Mereka saling bertatapan dengan napas yang terengah-engah. "Mau lagi?" tanya Sera. Lalu, mereka melakukan hal itu lagi, dan lagi, dan lagi.
Setelah dari kolam arus, mereka memutuskan untuk beristirahat di kafetaria Water Park. Anna duduk menunggu Sera sedang mengambil uang di ruang loker. Saat mengambil dompet di dalam tas Anna, Sera terpikir untuk mengecek isi dompet itu. Di dalamnya, Sera menemukan foto Anna ketika dia kecil. "Uwaahh! Saat kecil saja dia sudah cantik sekali! Beda denganku! Saat kecil aku je-, sedikit jelek," ujar Sera. Lalu, ia terdiam sejenak. "Yah, sekarang sih, not bad lah... Hummm... Aku terdengar menyedihkan. Pada akhirnya diriku masih jelek saja, huhuhu..."
Ketika kembali menuju kafetaria, Sera melihat Anna didekati oleh dua orang pria. "Siapa mereka?" ucap Sera kebingungan. Sera mendekati Anna dan mendengar percakapan Anna bersama kedua pria itu.
"Ayolah, kenalan saja," kata salah satu pria itu.
"Maaf, saya tidak tertarik," balas Anna.
"Kalau gitu, boleh minta nomor handphonenya?"
"Maaf, saya juga tidak berniat melakukan hal itu."
"Sombong amat sih, padahal cuma ngajakin kenalan," sahut pria satunya lagi.
"Kalau saya gak mau, gimana? Mau tetap dipaksa?" balas Anna menatap pria itu tajam. "Lagipula, saya juga sudah punya pacar, jadi lebih baik kalian pergi saja."
"Cih! Sombong sekali!" geram pria itu.
"Maaf, ada apa ya?" sahut Sera mendekati mereka.
"Siapa kau?" tanya pria itu.
"Sayang? Sudah ambil uangnya?" tanya Anna beranjak dari kursi.
"Sayang?! Ja-jangan-jangan, kau Lesbian ya?!" ucap kedua pria itu terkejut.
"Kalau iya, kenapa? Ada masalah?" tanya Anna menatap tajam kedua pria itu.
"Cih! Mukanya cantik tapi otaknya miring! Sayang sekali," ujar salah satu pria itu sambil berjalan meninggalkan Anna dan Sera.
"Apa kau bilang?!" ujar Anna geram sambil berusaha mengejar kedua pria itu.
"Sudahlah, Anna... Biarkan saja mereka. Jangan dilayani," ucap Sera menarik tangan Anna.
"Cih! Ya sudah, ayo kita beli makan," balas Anna geram.
Saat berjalan menuju loket kasir, Anna terlihat masih geram, dan beberapa kali terdengar dia sedang menggerutu sesuatu, "Cih! Muka dua orang itu sudahlah jelek, sok lagi! Bodoh sekali!" gumam Anna geram.
"Ya sudah, jangan dipikirkan lagi. Hidup terlalu singkat jika kita terlalu fokus menghabiskan waktu memikirkan dua orang yang tidak penting itu. Masalah utama sekarang, kita mau makan apa?" ucap Sera berusaha menenangkan Anna dengan menggenggam tangan kiri Anna. Kemudian, Anna tersenyum dan perlahan emosinya berkurang.
"Baiklah, kalau sayangku mengatakan hal seperti itu, aku akan ikutin deh," balas Anna tersenyum. Tangannya membalas genggaman Sera dengan erat.
Setelah memesan makanan dan mengambil makanan mereka, Anna dan Sera mencari tempat duduk di pojok yang sepi dan tidak banyak orang. Kemudian, mereka menikmati makanan mereka sambil melihat pemandangan orang-orang yang asik bermain di kolam Water Park itu.
"Melihat orang-orang senang, membuatku jadi senang juga," ujar Sera memandangi orang-orang itu.
"Sayang? Aaaaa..." sahut Anna sambil berusaha menyuapi Sera.
Sera menikmati suapan itu. Dia menatap Anna yang terus tersenyum menatapnya. "Ada apa?" tanya Sera sambil mengunyah makanannya.
"Hehehe, kau imut sekali ya," jawab Anna tersenyum.
Sera terkejut mendengar itu sehingga membuatnya tersedak. Panik melihat Sera yang tersedak, Anna langsung memberikan Sera minuman. Setelah meminum dan memukul dadanya berkali-kali, akhirnya Sera bisa bernapas normal kembali. "Kau kenapa berkata seperti itu?!" ujar Sera kesal.
"Lah, kenapa memangnya? Apa tidak boleh?" tanya Anna bingung.
"Ti-tidak juga sih, ta-tapi... i-itukan..." jawab Sera terbata-bata dengan mukanya yang memerah.
"Kau imut sekali ya."
"Could you stop do that, please?"
"He-he, oke deh..."
"Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu," ucap Sera.
"Oh, ada apa?"
"Se-sebenarnya... ki-kita kan sudah secara resmi pa-pacaran. Yaahh, walau tidak banyak orang yang tahu sih. Tapi, tetap saja."
"Lalu?"
"Ke-ketika aku cek di internet, so-soal hubungan Lesbian, a-aku baca jika di setiap hubungan Lesbian itu, pasti ada salah satu cewek yang menjadi pangeran dan ada yang menjadi putrinya."
"Hummm, lalu, kau ingin menanyakan soal status pangeran dan putri di hubungan kita?"
"Ti-tidak begitu juga sih... Ha-hanya saja, a-aku cuma ingin tahu saja sih."
"Apa kau mau menjadi putrinya?" tanya Anna.
"Eh?!"
"Lagipula, namamu cocok sekali, Sera Queen, ada kata 'Queen'-nya. Hahaha..."
"Ta-tapi, kalau dilihat dari fisik, sepertinya aku lebih cocok menjadi pangeran, ya tidak sih? Dadaku tidak besar dan montok sepertimu, tubuhku tidak seksi sepertimu, aku juga tidak cantik sepertimu."
"Memangnya begitu?"
"I-iya... Dari internet seperti itu sih. Kalau si pangeran, lebih terlihat cowok, dengan rambut pendek, badan rata, dan tidak suka pakai rok. Itu hampir sama sepertiku," ujar Sera.
"Kalau begitu, ya sudah, kau saja yang jadi pangerannya," balas Anna.
"Hummm, aku sih tidak masalah dengan hal itu, tapi... bukankan sudah tugas bagi pangeran untuk selalu melindungi putrinya. Bahkan, tadi saja, aku tidak berani melindungimu ataupun membelamu sama sekali. Aku terlalu takut untuk berurusan seperti itu. Aku cukup pengecut."
Kemudian, Anna menatap Sera dengan datar. Perlahan-lahan, Anna tersenyum dan meraih tangan kanan Sera. Ia mengelus punggung tangan itu sambil berkata, "Tidak perlu kau tahu siapa yang menjadi pangeran ataupun putri di dalam sebuah hubungan. Yang terpenting adalah, bagaimana kau bisa membahagiakan pasanganmu saja, membuatnya nyaman saat berada di sampingmu, membuatnya tertawa ketika senang, dan juga menjadi sandaran ketika dirinya merasa lelah dan tak sanggup untuk bangkit berdiri."
Sera terdiam sambil menatap kedua mata Anna. Kata-katapun tidak keluar dari mulutnya sama sekali.
"Aku sih tidak begitu peduli dengan status pangeran dan putri itu. Lagipula, yang ada di internet itu adalah cerminan hubungan orang lain, bukan kita. Tidak perlu kau berusaha menyamakan hubungan ini dengan hubungan orang lain, dan juga kau tidak perlu berusaha menjadi sama seperti mereka. Jadilah seperti dirimu sendiri. Aku menyukaimu bukan karena aku ingin kau menjadi mereka, tapi aku menyukaimu karena itu kamu," jelas Anna.
Mata Sera perlahan mulai berkaca-kaca. Tapi, dengan cepat ia hapus genangan air di matanya itu. "Kalau di sini tidak ada orang sama sekali, aku pasti akan langsung menciummu," ucap Sera.
"Mau 'tenggelam' lagi?" tanya Anna menggoda.
"Eh? Ya sudah, ayo, kita habiskan makanannya dulu," jawab Sera senang.
Setelah menyelesaikan makanan mereka, Anna dan Sera bergegas menuju kolam arus kembali, menuju terowongan yang sama di tempat yang sama. Di situ mereka berciuman dengan mesranya di dalam air. Ciuman mereka dibarengi oleh belaian tangan mereka yang dengan bebasnya meraba sekujur tubuh mereka, meremas payudara dan pantat. Sera juga mengigit puting Anna dan meremasnya, membuat Anna terangsang dan mendesah. Karena mereka berada di dalam air, suara desahan itu tidak terdengar sama sekali.
Selesai melakukan aksi 'tenggelam' mereka, Anna dan Sera kembali menikmati setiap wahana dan permainan di Water Park itu. Mereka menikmati Wave Pool, Splashing Water Fall, Dolphin Burst, dan lain-lain.
Tidak terasa hari sudah mulai sore. Mereka memutuskan untuk menyudahi kesenangan mereka di Water Park itu. Mereka masuk ke ruang bilas khusus perempuan, namun setiap kloset bilasnya sedang dipakai. "Waa... semuanya penuh," ujar Sera.
Tak lama kemudian, ada seseorang yang keluar dari kloset itu. "Sepertinya yang itu kosong," ucap Anna.
"Ya sudah, kau duluan saja dulu," balas Sera.
"Eh? Kenapa tidak sama-sama saja?" tanya Anna.
"Heee? Gi-gila... mana mungkin kita bisa sama-sama. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti ketika mereka melihat kita sama-sama masuk di kloset yang sama?!"
"Biasa saja sih, bukannya hal itu wajar? Lagipula, kita kan sama-sama cewek."
"I-iya sih... Tapi, kan..." ucap Sera dengan muka yang memerah.
"Sudah, berhenti malu-malu gak jelas seperti itu, ayo!" kata Anna sambil menarik tangan Sera menuju kloset yang kosong itu.
Saat di dalam kloset, Sera berusaha untuk tidak berhadapan dengan Anna saat membersihkan badannya. Hatinya berdegup kencang memikirkan sesuatu yang mungkin akan terjadi pada mereka berdua di dalam kloset itu. Anna tersenyum melihat kelakuan Sera itu. Kemudian, dia menggosok punggung Sera dan berkata, "Kau kenapa?"
"Eee... mmm... ti-tidak apa-apa," jawab Sera terbata-bata.
Perlahan, tangan Anna merambat dari punggung ke bagian dada Sera, membuat Anna seperti memeluknya dari belakang. Sera merasakan gundukan payudara Anna yang menekan dari belakangnya. Tangan Anna meraba sekitar dada Sera, lalu tangan kanannya merambat ke arah selakangannya, menekan daerah 'V'-nya.
"Aaahhh... mmmm... A-Anna..." desah Sera sambil berusaha melepaskan pelukan dan rabaan itu.
"Ssshhhh... Jangan berisik, nanti kedengaran dengan orang sebelah," bisik Anna. Napas Anna yang berhembus di dekat telinga Sera membuatnya semakin terangsang. Ia pejamkan matanya dan menggigit bibirnya, merelakan Anna bermain dengan tubuhnya sesuka hati.
Anna mencium bagian leher Sera, menjilatinya seiring tangannya meraba bagian depan tubuh Sera. Ia kemudian mendorong tubuh Sera menempel di dinding kloset itu, dan membalikan badan Sera menghadapnya. Mata mereka saling bertatapan, tatapan penuh hawa napsu yang menggoda. Napas mereka terdengar berhembus pelan dari mulut mereka. Kemudian, bibir mereka saling berdekatan. Sambil memejamkan mata, mereka saling bercumbu dan membelai rambut satu sama lain.
Desahan mereka terdengar pelan. Anna mencium leher Sera sambil meremas payudaranya. Sera menahan desahannya dengan menggigit bibirnya. Pejaman matanya terlihat seperti menahan nikmatnya permainan Anna itu.
"S-stop teasing me..." bisik Sera sambil melirik Anna dengan mata sayunya.
"Ehe-he..." Anna hanya menyengir. Lalu, ia berlutut di hadapan Sera. Kepalanya berada tepat di depan 'V' Sera. Terkejut saat tahu apa yang akan Anna lakukan, Sera menggelengkan kepalanya dan menahan kepala Anna.
"Ja-jangan..." bisik Sera.
Namun, Anna acuhkan larangan itu dan tetap melakukannya. Hidungnya ia dekatkan ke area 'V' itu. Napasnya yang terasa di daerah selakangannya, membuat tubuh Sera mengejang. Lalu, Anna menciumi dan menjilati 'V' Sera sambil memasukan lidahnya ke dalam 'V' itu. Sera semakin mengejang menahan kenikmatan permainan lidah Anna yang masuk di dalamnya. Anna menahan kedua paha Sera agar dia tidak tersungkur. Anna merasakan tubuh Sera yang bergetar hebat. Kemudian, ia melirik Sera yang mendesah pelan sambil menggigit kuat bibirnya. Kedua tangan Sera mengenggam rambut Anna, menekan kepala Anna mendekap di area 'V'-nya.
Setelah itu, tangan kiri Anna menyentuh area 'V'-nya sendiri. Ia merasakan bahwa 'V'-nya juga sudah mulai basah. Lalu, ia bangkit berdiri dan menghadap Sera. Mata mereka saling bertatapan, dan merekapun saling berciuman. Tangan kanan mereka masing-masing menjamah area 'V' mereka satu sama lain. Jemari mereka dimasukan ke dalamnya, dan dengan ganas menggoyangkan jemari itu keluar masuk di dalam 'V' itu. Mereka berdua saling berusaha menahan suara desahan mereka seiring dengan permainan jemari itu. Suara air yang jatuh dari selang pemancur itu, menyamarkan suara desahan mereka.
Selang beberapa menit kemudian, Anna dan Sera terlihat mempercepat gerakan jari-jari mereka. Badan mereka mengejang. Sebelah tangan mereka mengenggam pundak satu sama lain dengan erat. "Se-Sera... a-aku... aaahhh" bisik Anna.
"I-iya... a-aku... juga..." balas Sera.
Kemudian, mereka saling berpelukan dengan erat dan berciuman. Dari balik ciuman itu, terdengar suara desahan kenimatan mereka berdua saat mencapai 'puncak' kenikmatan mereka. Jemari mereka masih dibiarkan menekan di dalam 'V' itu.
Lalu, mereka lepaskan pelukan dan ciuman mereka. Tangan mereka juga dikeluarkan dari dalam 'V' mereka. Tatapan sayu dan suara napas berat mereka perlahan berubah menjadi senyuman. Mereka saling menyengir satu sama lain.
"Sialan..." ucap Sera tersenyum menatap Anna.
"Maafkan aku..." balas Anna juga tersenyum. Setelah itu, mereka saling membersihkan badan mereka, dan juga mencuci rambut mereka, walaupun kaki mereka terasa lemas dan bergetar.
Ketika selesai merapikan diri mereka, Anna dan Sera keluar dari dalam ruang ganti menuju pintu keluar Water Park.
"Kau sudah menelpon sopirmu?" tanya Sera.
"Sudah dari tadi, saat kita sedang ganti baju," jawab Anna sambil mengecek HP-nya.
"Mungkin sedang di perjalanan."
"Iya. Bisa jadi... Ya sudah, kita duduk saja di bangku itu sambil menunggunya," ujar Anna.
"Mau beli es krim gak? Sambil menunggu sopirmu," ucap Sera sambil melirik ke gerobak es krim yang sedang berjualan di dekat situ.
"Boleh."
Saat mereka membeli es krim, datang dua orang pria yang mereka temui di kafetaria tadi. "Oh, lihat! si Lesbian itu!" sahut salah satu pria itu. "Ngapain kalian di sini? Beli es krim ya?"
Raut muka Anna berubah menjadi sinis menatap pria itu. "Sudah, jangan dilayani," bisik Sera sambil menggenggam tangan kiri Anna.
Melihat dirinya diacuhkan, pria itu mendekati paman penjual es krim sambil berkata, "Bang, tahu gak? Mereka itu Lesbian tahu, cewek suka sama cewek, gila kan?!" ucap Pria itu.
Anna dan Sera terkejut dan menatap kesal pria itu. Namun, paman penjual es krim hanya diam dan tidak berkata apa-apa sambil menyendok es krim.
"Kau ada masalah dengan kami?!" bentak Anna geram.
"Enggak tuh... santai aja, jangan langsung marah-marah gitu," balas pria itu.
"Ya gimana gak marah, kau tuh menjengkelkan! Ngapain kau mengatakan sesuatu yang tidak penting seperti itu?!"
"Lah?! Bukannya tidak masalah? Lagipula, tidak ada salahnya kalau orang-orang tahu kalau kalian itu Lesbian. Seharusnya kalian juga sudah mulai membuka mata. Tidak akan selamanya kalian mau menjalani hubungan di dalam bayangan terus-menerus," jelas pria itu menyengir. "Apa jangan-jangan... kalian takut kalau orang-orang akan memandang kalian aneh?"
"Si-sialan ini..." geram Anna.
"Su-sudah... biarkan saja. Jangan dibalas," ucap Sera menangkan Anna.
"Ini, Nona, es krimnya," sahut penjual es krim memberikan dua mangkuk es krim kepada Sera.
"Makasih, paman. Ini uangnya," balas Sera memberikan uangnya.
Lalu, Anna dan Sera pergi menjauh dari pria itu yang saat itu tertawa dengan temannya. Raut muka Anna masih mengkerut geram. Kemudian, Sera menggenggam tangan Anna sambil berkata, "Sudah... jangan pasang muka seperti itu. Menyeramkan tahu."
"Habisnya, kesal tahu! Masih ada juga orang sebego mereka di dunia ini!" balas Anna kesal.
"Sudah... Lagipula, kita tidak akan melihat mereka lagi. Jadi, jangan dipikirkan lagi. Lebih baik kita makan es krim enak ini saja."
Anna melirik Sera, dan perlahan mukanya berubah menjadi lebih tenang. Dengan menghembuskan napasnya, Anna berkata "Baiklah... Kau benar. Tapi, apakah kau tidak kesal dengan kedua cowok tadi?"
Sera terdiam sejenak, "Kesal sih... Tapi, aku sudah mengkalkulasikan kejadian seperti ini sebelumnya."
"Eh?"
"Aku sadar bahwa hubungan ini masih terlihat aneh di mata orang-orang. Walaupun beberapa orang juga sudah menerima, seperti bibi Pesa, teman-teman, Gon, tapi... aku yakin kalau orang yang sebaliknya juga masih ada. Contohnya, seperti kedua cowok tadi," jelas Sera. "Karena itu, akan lebih baik jika kita tetap diam saja dan tidak membalas. Biarlah mereka yang menilai sendiri. Itu bukan hak kita untuk mengubah pandangan mereka. Walaupun aku ingin, tapi pasti akan sulit, dan kemungkinannya juga kecil."
"Se-Sera..."
"Walaupun banyak cemooh dan hinaan yag terdengar terhadap hubungan ini, aku akan tegar jika kau tegar," ucap Sera sambil menatap Anna. "Hanya dengan kesetiaan dan kepercayaanmu saja, hal itu sudah membuatku betah dan nyaman bersamamu," tambahnya sambil memberikan senyumnya.
Anna terkejut dengan perkataan Sera. Perlahan, Anna tersenyum dan sambil mencubit pipi Sera, "Kau itu ya... kok unyu sekali sih!"
"Ah! Sa-sakit..." ucap Sera berusaha melepas cubitan Anna.
Tak lama kemudian, mobil jemputan Anna datang. "Oh, dia sudah sampai," sahut Anna melihat mobilnya mendekati mereka.
Beberapa orang yang melihat mobil itu terdiam dan berbisik-bisik. Sera yang melihat orang-orang yang berbisik itu menjadi bingung. 'Kenapa mereka?' pikir Sera.
Lalu, sopirnya keluar dari mobil dan mendekati Anna. "Maaf, Nona, HP saya mati, jadi saya tidak bisa membalas pesan Nona," ucap Sopir memelas.
"Oh? Be-begitu... Ya sudah, tidak apa-apa kok," balas Anna canggung.
"Mohon maaf, kalau begitu, silahkan masuk, Nona Anna dan Nona Sera," ucap sopir itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan mereka masuk. Sebelum masuk, Anna menatap ke arah kedua pria yang menjengkelkan itu. Mereka terdiam kaku melihat Anna saat hendak memasuki mobil jemputannya itu. "Heh..." ujar Anna sambil memandang rendah kedua pria itu.
"Gi-gila... i-itu mobilnya?!" ucap salah satu pria itu terkejut.
"Ti-tidak mungkinlah... Masa sih?! I-itu kan mobil super mahal!" balas temannya.
"I-iya... kalau tidak salah, saat aku cek di internet, harga mobilnya masih sekitar satu setengah miliar dollar Amerika. Mobil mewah, Maybach Landaulet!"
Kemudian paman penjual es krim itu tertawa kecil, "Itulah, makanya jangan menghusung pedangmu ke sembarangan orang. Sekarang, kalian malah mempermalukan diri kalian sendiri," ucap paman itu sambil menatap mobil Anna yang berjalan melewati mereka. "Terkadang kita hanya bisa melihat sisi luar sebuah pedang tanpa mengetahui ketajaman pedang itu. Dan sekarang, kalian baru menyadari bahwa pedang Nona itu jauh lebih tejam daripada milik kalian."
Kedua pria itu kemudian hanya bisa terdiam melihat kepergian mobil Anna yang menjauh dan menghilang dari sudut pandangan mereka. Saat itu, mereka menyadari bahwa mereka telah 'ditelanjangi' oleh kelakuan mereka sendiri.
Saat di dalam mobil, Anna tersenyum senang mengingat ekspresi muka kedua pria itu. Lalu, ia menatap Sera yang sedang terdiam merenung memandangi ke arah luar jendela mobil dengan tatapan kosong. "Sera, kau kenapa?" tanya Anna heran.
"Humm? Oh, ti-tidak apa-apa kok. Hanya..."
"Hanya?"
"Hummm, aku kepikiran dengan perkataan dua cowok tadi, 'menjalani di balik bayangan selamanya'. Apakah kita memang benar akan menjalani hubungan ini di balik bayangan selamanya? Walaupun aku ingin orang-orang tahu, apakah mereka dengan terbuka menerima hal itu? Aku juga kepikiran soal kedua orangtuaku, apakah mereka akan dengan lapang dada menerima ini?"
Kemudian, Anna terdiam dan tidak membalas apapun. Di benaknya, seperti sedang terjadi perdebatan antara dua sisi. Satu sisi, dia ingin berpikir positif, namun di sisi lainnya, ia menyadari akan realita mengenai jawaban dari pertanyaan Sera itu.
Lalu, Sera menggenggam telapak tangan kanan Anna, dan berkata, "Ya sudahlah, biarlah apapun yang akan terjadi ke depannya, biarlah diriku yang di masa depan yang menghadapinya. Saat ini, aku hanya ingin menikmati hari-hari ini bersamamu. Ayo, kita makan es krimnya sebelum cair."
"Sera..." Anna tersenyum menatap Sera dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah itu, mereka menikmati es krim mereka sambil bercanda dan berbincang dalam tawa. Di bagian depan, sang sopir hanya tersenyum mendengar perbincangan itu. Di dalam benaknya, sang sopir berkata, 'Saya berharap Nona Anna bahagia, walaupun hal ini begitu aneh dan salah, asalkan Nona bisa bahagia, saya akan mendukungnya. Terkadang selalu terpikirkan olehku, adakah hal yang bisa saya lakukan untuk mereka berdua?'

Behind The WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang