"Selamat Tinggal"

72 53 43
                                    

"Cepat sembuh ya!" Putra
"Iya makasih ya vitamin C nya" Zeze

        Pesan singkat ini membuat Wahid cemburu setengah mati. Zeze menjelaskan semua yang ia alami hari ini pada wahid. Jangankan untuk bertanya mengenai keadaan Zeze, Wahid sudah marah duluan dari balik telpon genggamnya.

      "Bang, aku lelah, apakah itu lebih penting ketimbang kesehatan ku?" Zeze

      "Bukannya gitu, coba kalau kamu menjadi aku. Apa kamu bisa terima? Dia cowo, pria yang mungkin saja sudah jatuh hati kepada mu Ze" Wahid tetap ngotot dan gak peduli dengan omongan Zeze lagi.

      Lagi-lagi hal yang menjadi permasalah hubungan Zeze dan Wahid adalah kehadiran Putra dikehidupan Zeze yang tidak pernah bisa diterima Wahid. Wahid yang cemburu setengahmati dan takut akan kehilangan Zeze karena kehadiran Putra yang sewaktu-waktu bisa menggantikan posisinya, tanpa Wahid sadari sifat dan tindakannyalah yang membuat Zeze malah ingin mundur dan menjauh darinya.    

        "Wahid, kita sudah berjauhan dan jalani hubungan ini empat tahun. Apa kamu masih tidak mempercayai ku lagi? Apa blokir Putra membuat kamu bahagia? Kamu gak mikir bagaimana aku dan Putra nanti di rumah sakit? Kita bekerja di tempat yang sama dan bertemu setiap hari" Zeze pelan-pelan menjelaskan kondisi dan hubungannya dan Putra

          Mengingat selama pacaran empat tahun hal yang selalu Wahid pertanyakan adalah perasaan apa yang ada pada Zeze, meskipun empat tahun pacaran tidak pernah sekalipun yang namanya Zeze cemburu jika Wahid bercerita tentang teman perempuan lain yang mendekatinya, tidak pernah seklipun Zeze khawatir akan Wahid yang pergi dan meninggalkannya akan perempuan lain. Bagi Zeze jika Wahid berkhianat berarti Wahid bukan seorang pria yang ditakdirkan untuknya, sementara Wahid membutuhkan sifat cemburu Zeze untuk meyakinkan perasaannya.

        "Bukan itu, bukannya gak percaya. Yaudah, besok kamu juga akan liat apa yang aku katakan benar Ze" Kata Wahid

        "Sudahlah, aku ingin tidur. Assalamualaikum" Zeze memutus telponnya sebelum Wahid sempat menahannya.

                "Apa? Putra menyukai ku? Dasar cemburuan! sudah berapa orang yang aku blokir hanya untuk menjaga perasaannya? empat tahun pacaran apa kurang cukup dia mempercayai ku?" Zeze mengomel sendiri dalam ruangan yang kecil dan sudah redup itu.

1pesan baru
Putra "gimana kabar kamu, masih pilek? Udah tidur ya?"

        "Kenapa harus putra yang chat sih? Apa benar dia menyukai ku. Yaudah aku harus cari tau. Wahid pasti salah, liat aja" Zeze mengetuk-ngetuk handphone nya sebelum membalas pesan singkat dari putra.

"Alhamdulillah sudah lumayan, iya ini mau tidur. Habis telponan" Zeze
"Oohh habis telpon, trus telponnya udah? Yaudah tidur! kan besok masuk pagi lagi"
"Udah, cowok ku tidur duluan. Iya aku tidur dulu ya!" Zeze
"Iya. Selamat malam Ze" Putra
"Iya,malam"

          Zeze tersenyum menatap pesan singkat dari Putra "Dasar wahid sok tau, suka dari mana? Aku bahas cowo ku juga dia gak peduli. lo salah hid gue yang bener" Zeze tersenyum

05.00
"Assalamualaikum, sholat Ze" entah kita malamnya berantem atau marahan, Wahid akan tetap menghubungi duluan seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Waalaikumsalam, iyaa"

"Yank, semalam maaf ya, tapi coba d.." Wahid belum sempat menyelesaikan kalimatnya

"Wah udah jam segini, aku sholat dulu, trus mandi ya, kamu juga siap-siap kerja assalamualaikum" Tutup Zeze

" Waalaikumsalam"

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang