Jungkook menutup pintu putih di belakangnya. Ia mengusap tengkuk dengan canggung. Di dekat jendela, dua meter dari tempatnya berdiri, seorang wanita paruh baya duduk dengan selimut di pangkuannya.
Tangannya membolak-balikkan sebuah album foto. Senyum menawan terulas seiring dengan pupilnya yang mengamati satu per satu lembar foto di sana. Sementara di belakangnya terdapat seorang perawat menyisir rambut hitam panjangnya.
"Jungkook kecilku, apa kabarmu?" tanyanya pada sebuah foto di dalam album. Jungkook menangkap dari gesturnya, itu pasti foto dirinya saat kecil.
"Aku yakin dia baik-baik saja, Nyonya," sahut perawat di belakangnya. Jungkook telah bertukar tatap dengan perawat itu, tetapi ia tidak membuat pergerakan apapun. Kakinya tertanam di dekat pintu, mengamati.
"Benarkah? Aku penasaran seperti apa saat dia besar nanti." Wanita paruh baya tersebut bertanya penuh antusias. "Aku yakin ia akan menjadi sangat tampan."
Perawat tadi melirik Jungkook sekilas sebelum tersenyum. Rambut panjang wanita di depannya mulai ia gulung dengan rapi. "Oh, dia akan menjadi sangat tampan, Nyonya. Hampir seluruh wanita di negeri ini akan menginginkan untuk menikahinya."
"Benarkah?"
"Dapat aku jamin."
Jungkook menggigit bibir. Ia sudah datang, tetapi rasa beraninya tak mengikuti. Ia tidak yakin haruskah ia menghampiri atau pulang.
"Jungkook kecilku." Wanita paruh baya tersebut memeluk album fotonya. Senyuman lebar terukir seiring dengan sudut matanya yang mengerut. Jungkook tahu, wanita tersebut telah menua.
"Aku jadi ingin cepat-cepat kembali bertemu dengannya. Dia menggemaskan, terakhir kali aku melihatnya," lanjutnya.
Si perawat memasang jepit berbentuk bunga ceri di atas gulungan rambut wanita tadi. "Oh, ya? Kapan terakhir kali kau melihatnya?"
Wanita itu tampak berpikir. "Kemarin, kan? Saat ia berangkat untuk kunjungan sekolahnya ke Anyang."
Napas Jungkook tercekat. Matanya tiba-tiba panas.
Kunjungan ke Anyang. Itu saat Jungkook masih kelas lima.
Ibunya.. tidak mengingat apapun setelah itu?
Senyum perawat di belakangnya hilang. Ia menatap Jungkook lamat-lamat, sementara tangan bergerak membereskan perlengkapan hiasan rambut di dekat kakinya.
"Oh, iya. Aku lupa. Dia akan kembali nanti malam."
Jungkook menghela napas berat. Ibunya benar-benar sakit. Ia tidak mungkin ingat bahwa anaknya telah menginjak umur 25. Semua adalah karena teror yang dilakukan Min Yoongi.
Sialan.
"Aku akan mengambil makan siang. Nanti, seorang tamu akan datang padamu. Jika ada yang menepuk bahumu dua kali, maka tamu itu telah datang. Oke?" Si perawat tadi beranjak dari tempatnya. Ia berbalik menuju pintu ketika sang Nyonya mengangguk.
"Kau akan meninggalkanku di sini? Aku tidak tahu harus bicara apa jika dia tidak mengingatku!"
Jungkook menahan lengan perawat tadi dan berbisik dengan marah. Tidak marah, sebetulnya. Ia hanya panik. Ia memang tidak pernah bicara dengan ibunya sejak ia melarikan diri di umur lima belas.
"Bicara apa yang kau perlukan. Lagipula, dia ibumu. Aku ada urusan!"
Perawat tersebut menarik tangannya dan pergi keluar. Jungkook hampir berteriak jika tidak ingat tempatnya. Seketika, tubuhnya berkeringat dingin.
Ibunya masih duduk dengan senyum dan iris yang terus memandang album foto.
Sebetulnya, melihat bagaimana ibunya bisa sakit seperti ini sangatlah menyayat hati Jungkook. Ia akan menyalahkan Yoongi atas semuanya, tetapi ia tidak menolak bahwa sebagian merupakan kesalahannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[jjk] Love Disease ✔
Hayran KurguSomething about his past made him this different. His dark past, dark childhood changed everything. He hid behind his mask, playing nice and good for years. Until this girl came and ruined everything. At least, that was what Jungkook think. Status :...