Kukira aku, namun ternyata sudah ada tempat lain yang mampu membuatmu tertawa lebih lepas. Sipit matamu dan alunan gelakmu kini hanya bisa kulihat dari jauh. Sembari tersenyum, aku sadar bahwa bahagiamu ternyata bisa membuatku sesedih ini. Tidak, bukan sedih karena kau bahagia, melainkan sedih karena ada yang lebih hebat perihal membuatmu bahagia.
Aku dulu pernah menghentikan hujan di pipimu, menyeka sembab yang menutupi indah matamu. Namun kini kau telah menemukan matahari, mengangkat sekelimut kabut yang pernah begitu menutupi. Ada bunga-bunga bermekaran dalam tatapanmu semenjak dengannya kini.
Kukira aku, namun ternyata jarak yang pernah begitu dekat tak selalu menjamin akan memilih untuk menetap. Kini aku mengerti bahwa jarak terjauh bukanlah diukur dari lingkaran bumi, melainkan dilihat dari seberapa jauh pengabaian yang terjadi.
Dan aku, bukan lagi pundak yang menyamankanmu, aku hanya seonggok cerita lama yang telah kau tukar dengan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Luka
PoetryKarena kamu adalah kesalahan yang aku perjuangkan, sementara aku adalah kebodohan yang kau tertawakan.