EPILOGUE

84 2 0
                                    

FYI : This is my first story and there's so many things that i don't understand so i'm sorry ^^


Jika ada suara yang lebih keras daripada suara detik jam di dinding sebelah sana, Minhyun pasti akan sangat berterima kasih. Fakta bahwa tidak ada yang bersuara selama hampir dua puluh menit benar-benar membuatnya gila, ia tidak tahu harus berbuat apa menghadapi masalah ini.

Kemarin ketika ia pulang dari pekerjaannya ia sudah merasa akan ada yang tidak beres. Perasaannya memperingatinya. Pertanda-pertanda itu datang ketika ia tidak mood berbicara dan pekerjaan yang seharusnya melelahkan menjadi sangat ringan, biasanya ia menghabiskan sekitar delapan jam untuk satu kali pemotretan, tapi lalu ia melakukannya dengan baik dan memotong setengah waktu dari jadwalnya.

Memang sudah begitu polanya, hanya tinggal menunggu hingga saat masalah datang menghampiri. Bahkan, sepulang kerja, ketika semua lampu telah dimatikan dan Minhyun sudah bersiap untuk tidur, ia memikirkan prediksi-prediksi masalah apa saja yang akan menyapanya keesokan hari, tanpa berpikir bahwa masalah yang dihadapinya akan setidak terduga ini.

Minhyun menarik napas dengan keras, tingkat lelahnya sekarang berada di level tertinggi. "Bagaimana bisa aku percaya?" tanyanya kepada wanita yang berada dihadapannya, tertunduk menahan tangis.

***

Ini adalah jam sibuk.

Karena suatu kesalahan dari agensi yang menaunginya, Seongwoo jadi menandatangani dua kali lipat kontak dari yang seharusnya ia terima. Meskipun ia tidak tahu apakan hal tersebut merupakan kesalahan atau bukan mengingat atasannya mendengar bahwa dia dan Minhyun tidak akan memperpanjang kontraknya setelah bulan ini berakhir.

Ngomong-ngomong tentang Minhyun, kemana pria itu sekarang?

Seongwoo berdecak sebal sambil mencari kontak pria tersebut di ponselnya. Sutradara bahkan sudah kehilangan kesabaran akan keterlambatan Minhyun. Meski begitu Seongwoo bersyukur image Minhyun sebagai pria disiplin membantu kru memaklumi sikapnya sekarang. Dia tidak pernah terlambat, mungkin memang ada masalah. Setidaknya itu yang dipikirkan semua orang.

Tapi tidak bagi Seongwoo.

Mungkin Minhyun masih marah.

Nada sambung terdengar tiga kali sebelum akhirnya Minhyun menjawabnya, "Yaa! Kau cari mati?! Kau benar-benar marah padaku karena aku memakai parfummu kemarin?! Aku hanya memakai satu semprot, satu semprot! Bahkan wanginya tidak menempel padaku untuk lima menit! Kemana kau?!"

Tidak ada jawaban di sebrang sana sebelum suara yang biasa jahil dan ceria itu tergantikan dengan desah berat seseorang yang tertekan, "... Seongwoo, bagaimana ini?"

Kekesalan Seongwoo meredup tergantikan oleh rasa cemas terhadap sahabatnya itu. "Apa yang terjadi?"

Jeda beberapa saat dan sebelum Seongwoo memanggil Minhyun kembali untuk memastikan, tapi sebelum itu terjadi Minhyun menjawab, "Sepertinya aku mempunyai anak."

/to be continue/


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A GIFT TO BE SIMPLEWhere stories live. Discover now