Ini masih satu universe sama DIANA & ADAM dan MISI BERSAMA JANG AGUS.
Hermawan keluar di cerita Diana, kalau Silvy di cerita Nadia.
###
"Bapak ngapain di sini?"
Silvy tidak bisa menutupi keterkejutannya, mendapati Hermawan, atasannya di kantor, mengetuk dan berdiri di depan pintu kamar kostnya yang berderet bersama pintu kamar-kamar lain, dengan setelan kemeja hitam dan jas berwarna abu dan tatapan tajam seolah menyalahkan Silvy atas kedatangan mendadaknya ke kost gadis itu.
"Kamu tidak menyuruh saya masuk?"
Tatapan tajam dan nada suara menuntut khas Hermawan Adiguna masih mempengaruhi Silvy, padahal sudah hampir seminggu sejak dia mengundurkan diri dari perusahaan yang dipegang Hermawan, sejak skandal.... Silvy menggelengkan kepala cepat, tidak boleh mengingat hal itu. Itu kesalahan, dipergoki karyawan bermulut ember membuat kesalahan itu semakin memburuk, membuatnya di cap sebagai gadis murahan penggoda atasan.
Padahal yang mulai...
"Aduh," Silvy mengeluh, memegangi pundaknya yang ditabrak Hermawan menerobos masuk. Menerobos masuk? Silvy terperangah di ambang pintu, segera berbalik melihat ke dalam, melihat Hermawan berjalan menuju kamarnya, "astaga! Pak! Bapak!" serunya panik, masuk ke dalam, meraih lengan Hermawan. Menariknya menjauh dari kamarnya yang kecil dan berantakan!
Itu hari sabtu, dan Silvy pengangguran setelah mengundurkan diri, kamarnya berantakan dengan bekas tidurnya yang belum dibereskan, novel yang terbuka di atas bantal, plastik bekas camilan yang belum dibuang dan kertas folio untuk mencari pekerjaan baru, semuanya memenuhi kamar Silvy yang sepertinya lebih pantas disebut kandang babi daripada kamar gadis.
"Pak, ini kamar perempuan lho! Ada aturannya! Gak boleh asal masuk!"
Silvy memeluk lengan Hermawan, menariknya sekuat tenaga, berusaha menggerakan tubuh Hermawan yang bergeming.
"Ini kamar kamu, bukan kamar perempuan."
Silvy mendongak, mencebik, "saya juga kan perempuan," protesnya.
Hermawan menarik napas dalam, menatap Silvy tajam, seperti kebiasaannya jika Silvy membuat kesalahan dalam pekerjaannya.
"Kamu..."
"Vy?"
Silvy dan Hermawan menoleh ke pintu, di sana, seorang perempuan paruh baya bersama seorang remaja laki-laki berdiri. Silvy melepaskan tangannya dari lengan Hermawan, segera menghampiri mereka.
"Iya, Bu?"
Wanita paruh baya itu melirik ke dalam kamar, ke arah Hermawan yang bergeming ditempatnya.
"Ada tamu?"
Silvy ikut melihat ke dalam, tersentak kaget Hermawan sudah berdiri dibelakangnya, menatap ibu kostnya dengan tatapan mengintimidasi. Duh.
"Saya Hermawan," katanya mengulurkan tangan melewati tubuh Silvy, mengajak ibu kostnya bersalaman, "calon suami Silvy."
Silvy terperangah melirik ngeri Hermawan yang dengan mudah memperkenalkan diri seperti itu.
Calon suami dari Hongkong!
Ibu kost menggumamkan oh pelan, "di sini ada aturannya, Pak."
Silvy mengulum senyum, Hermawan memang memiliki aura kebapak-bapakan daripada kemas-masan... Duh apa sih!
"Harus lapor jika menerima tamu laki-laki, dan pintu juga harus dibiarkan terbuka, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."
Hermawan mengangguk mengerti, "saya hanya ingin melihat tempat tinggal calon istri saya. Saya bisa pastikan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang Ibu maksudkan."