Jangan lupa vomment
dan
happy reading!author pov
"Ok guys, materi kita setelah ini adalah drama. Di sini mam Riska sudah ada gulungan kertas berisi nomor-nomor yang akan jadi nomor kelompok kalian," tutur Mrs. Riska, guru bahasa inggris kelas Kia yang kini tengah membawa sebuah kotak berisi nomor undian kelompok."Di mulai dari barisan depan dilanjutkan yang lainnya silahkan mengambil undian!"
Satu persatu siswa telah mengambil nomor undian tersebut. Begitu pun Kia yang kini telah duduk di tempatnya setelah mengambil nomor undian.
"Mudah-mudahan aja kita sekelompok ya Shen," harap Kia sebelum membuka gulungan kertas tersebut. Shenina mengangguk dan tersenyum kemudian membuka gulungan kertas itu.
"Gue kelompok 2, lo berapa?" tanya Shenina setelah membuka gulungan kertas.
Kia melihat nomor yang tertera dalam kertas tersebut. Melihat nomor itu tidak sama seperti yang diucapkan Shenina, Kia mengangkat bahu.
"Nggak sekelompok, gue 4."
"Yah, yaudah deh,"
"Sudah dibuka semua?" tanya Mrs. Riska kepada seluruh siswa.
"Sudah, mam."
"Ok, sekarang silahkan kalian duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing!"
Seketika kelas menjadi sangat gaduh. Mereka semua tengah ribut mencari teman sekelompoknya. Bahkan ada yang berteriak sambil mengacungkan jari menandakan nomor kelompok tersebut.
Tak membutuhkan waktu lama, seluruh siswa sudah duduk bersama teman kelompoknya. Kini Kia tengah duduk melingkar bersama teman kelompoknya, yaitu Kamal, Cindy, Sarah, Mela, Ocha, Angga dan.. Marco.
Kia sempat terkejut karena ia sekelompok dengan Marco. Semenjak ia mendapat tatapan mengerikan dari sosok Marco, sampai saat ini ia menjadi phobia dengan nama Marco. :(
Setelah itu mereka memulai diskusi mengenai drama yang akan mereka tampilkan.
"Karena lo di sini yang tampangnya paling lumayan, lo yang jadi putri deh ya, Ki." ujar Kamal yang mengusulkan Kia untuk berperan menjadi seorang putri.
"Enggak bisa gitu dong," Kia angkat bicara. Semua mata kelompok tersebut tertuju pada Kia. "Harusnya dipilih berdasarkan kemampuan aktingnya, bukan dari tampang. Lagian gue juga gak cantik-cantik amat," lanjutnya lagi.
"Yaelah Ki, udah lah terima aja. Udah cocok lo mah jadi tuan putri, ya nggak?" Kini giliran Sarah yang menyuarakan pendapatnya.
"Tuh bener banget. Jadi fix yang jadi putri si Kia," Ujar Cindy seraya mencatat peran masing-masing anggota kelompok disusul anggukan setuju dari yang lainnya. Sedangkan Kia hanya mengangguk pasrah.
Kemudian satu persatu telah mendapat perannya masing-masing. Tinggal tersisa Marco.
"Nah ini Marco jadi kakaknya Kia aja. Kayaknya ada kemiripan di antara mereka," usul Kamal sambil mengamati wajah Kia dan Marco secara bergantian.
Jantung Kia berdetak tak karuan mendengar ucapan Kamal barusan. Entahlah, saat ini ia sangat takut bertatap muka dengan Marco. Apalagi nanti saat ia harus beradu akting dengan lelaki yang senang menatapnya seperti orang jahat itu. Sebenarnya Kia ingin sekali membantah ucapan Kamal tersebut. Namun, ia takut temannya yang lain akan curiga dan menanyakan hal yang tidak-tidak. Toh, ini hanya perasaanya saja. Belum tentu Marco mempunyai niat jahat kepada Kia. Maka saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk dan meremas ujung roknya, berharap Kamal akan berubah pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dare
Teen FictionKiara Lee, seorang siswi SMA yang kini tengah menjabat sebagai wakil ketua OSIS SMA Kertanegara. Anak semata wayang dari CEO hotel tersohor di Jakarta, Chandra Lee. Tampil biasa saja dan berusaha untuk tidak mencolok adalah kehidupan sehari-harinya...