Episode : Ancaman Masa Lalu (Bagian 2)

101 14 0
                                    

Pintu belakang rumah itu langsung terbuka begitu aku bermaksud untuk memasukinya. Aku dan Shin segera bergegas mencari bayi itu di rumah yang dipenuhi kobaran api ini. Namun langkah kami terhenti karena melihat sosok mahluk yang muncul dari kobaran api yang paling besar. Sesosok mahluk berwujud manusia api itu datang mendekati kami.

“Shin lekas ambil bayi itu dan pergi dari sini. Aku akan melindungimu darinya”
“Sial, kenapa harus kau yang memerintahku?” Protesnya lalu pergi mencari bayi itu.

Mahluk itu merentangkan tangannya kearah Shin. Ia ingin menyerangnya langsung.

“Hei ! Lawanmu ada disini !” Teriakku.
Kulihat di sudut sana Shin berhasil membawa bayi itu dari tempat tidurnya. Shin dengan cekatan menghindari jilatan-jilatan api yang mambakar banyak bagian dari rumah ini. Sementara pintu jalan kami masuk telah di penuhi kobaran api. Mustahil untuk dilewati.

“SHI… RAAAA !” Mahluk itu mulai mengancamku.

Disaat yang bersamaan Shin telah sampai di tempatku berdiri. Bayi itu aman di dalam dekapannya.
“Shira, sampai kapan kau harus berurusan dengan mahluk-mahluk berbahaya seperti itu !?”Ekspresi wajah Shin antara cemas dan marah.
“Kalau kau bertanya seperti itu aku harus menjawab apa ?!” Aku Mengambil kursi dan melemparkannya ke arah jendela di samping Shin. Seluruh pecahan kaca sekaligus kursi itu terlontar keluar.
“Shin, sekarang tolong pergilah lewat jendela yang sudah kupecahkan itu. Aku akan menyelesaikan urusanku dengannya”
“Kalau sesuatu terjadi padamu aku tidak akan pernah memaafkanmu” Ancamnya kemudian melompat pergi melalui jendela.

“SHIRAAA…” Ia merentangkan tangannya tepat ke arahku dan dalam sekejap aku disambar oleh kobaran api yang sangat besar.
“Argh!” Teriakku begitu kobaran api yang sangat besar itu melahapku. Aku merasa aku akan mati terpanggang.

“SHIRA” Mahluk itu menyebut namaku lagi. Aku masih bisa mendengarnya meski diantara kobaran api yang membaluti tubuhku. Aku tidak merasakan panas ?!
Lalu hanya dengan salah satu kebasan tanganku seluruh api dari tubuhku lenyap.

Aku tidak terbakar ?!

“SHIRA, APIKU BISA MEMBAKAR APAPUN KECUALI IBLIS. DI DALAM KITAB SUCI TERTULIS BAHWA IBLIS TERCIPTA DARI API. TIDAK KAH KAU SADAR KALAU KAU JUGA TERMASUK GOLONGAN IBLIS ?!” Seru mahluk itu kepadaku.

Aku ? Iblis ?

“TIDAKKAH JUGA KAU TAHU, BAHWA IBUMU MENINGGALKANMU KARENA KAU ADALAH IBLIS. KAU BENAR-BENAR KUTUKAN” Tambahnya lagi

Aku memperhatikan kobaran api yang menyala dari kedua telapak tanganku.

Ibu ..

***

“Ibu ..” Gumamku lalu aku tersadar bahwa aku baru saja bermimpi. Barusaja aku mengalami mimpi aneh. Rumah terbakar, seorang bayi, dan mahluk itu.
Aku langsung bangkit dan duduk di sisi tempat tidurku, tertunduk memperhatikan kedua telapak tanganku. Api.

“Ini mustahil” Ucapku begitu api berkobar dari telapak tanganku. Dan api itu lenyap menjadi asap setelah aku mengepalkan kedua tanganku. Airmataku memenuhi kelopak mataku.

“Ayah.. “ Panggiku begitu aku turun ke ruang keluarga dan kudapati ayah sedang meminum kopi paginya.
“Ya, nak ?” Ayahku meletakkan cangkir kopinya di meja.
Aku duduk tidak jauh dari posisi ayahku. Aku menutup wajahku untuk menahan tangis. Lalu aku menghentikannya, kucoba untuk menatapnya.

“Ayah, apa yang sebenarnya terjadi padaku 12 tahun yang lalu ? Apa benar hanya kerasukan biasa ? Kenapa semenjak itu ibu pergi tidak pernah kembali lagi ?” “Ayah yakin ibumu melakukan itu karena memiliki alasannya tersendiri, yang ayah tidak tahu ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ayah, apa yang sebenarnya terjadi padaku 12 tahun yang lalu ? Apa benar hanya kerasukan biasa ? Kenapa semenjak itu ibu pergi tidak pernah kembali lagi ?”
“Ayah yakin ibumu melakukan itu karena memiliki alasannya tersendiri, yang ayah tidak tahu itu apa”
“Apa ibu waktu itu baik-baik saja? Apa sungguh ia masih hidup ? Apakah waktu itu aku menyakitinya?”
“Tidak, kau tidak menyakitinya. Ia masih hidup aku yakin. Waktu itu pihak polisi menemukan jejaknya yang pergi ke Seattle”
“Iya, tapi kenapa ibu tidak pernah kembali ?” Aku membuang muka.
“Ada apa tiba-tiba kau menanyakan itu semua ? Apa kau merindukannya?“ Ayah duduk mendekat dan mengusap-usap bahuku.
“Aku ingin tahu betul apa yang terjadi di masa lalu !” Sergahku.

“Oh, so who cares with the goddamn past ?!” Ucap Shin sambil lewat.

***

Langkahku gontai saat aku masuk ke dalam kelasku. Aku resah seorang diri namun beruntung tidak seorangpun memperhatikannya. Aku coba memastikan beberapa hal tentang diriku.

Aku meraba kepalaku. Tidak ada tanduk. Aku mencoba merasakan gigi-gigiku dengan menggunakan ujung lidah. Tidak ada gigi tajam itu. Aku mengambil kaca kecil di dalam tas untuk melihat mataku. Ternyata masih normal-normal saja tidak ada perubahan warna.

“Hai Shira ! Selamat pagi !” Sapa Mark yang baru saja datang di tempat duduknya.
Aku hanya menatap Mark tanpa berkata dan meninggalkannya pergi.
“Shira ?” Mark terdengar kebingungan sedangkan aku masih melanjutkan langkahku. Aku sangat berharap ia tidak mengikutiku.

Tempat yang kutuju adalah tempat rahasia Capt, tempat yang dulu ia pakai untuk menyendiri kini juga kugunakan untuk tujuan yang sama yakni menyendiri.

Telapak tanganku hanyalah satu-satunya hal yang terus kuperhatikan semenjak aku masuk di gudang tak terpakai ini.
Kusambar lighter yang tergeletak di meja. Aku mencoba menyalakan apinya untuk membakar telapak tanganku.
Meski satu menit lebih berlalu dan lighter itu masih menyala, masih saja telapak tanganku sama dengan keadaan semula. Telapak tanganku sama sekali tidak terbakar bahkan aku tidak bisa merasakan panasnya barang sedikitpun. Manusia macam apa aku ini ? Kenapa api tidak bisa membakarku ?

Cahaya matahari datang menerpa pandangan mataku. Cahaya itu menerobos masuk melalui kaca jendela.

Ku arahkan telapak tanganku menuju sumber cahaya dan menghasilkan bayangan yang menghalangi pandanganku.

Mungkin ini episode terkelam dalam hidupku.

Shira The Demon HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang