3

1.5K 86 84
                                    

Annabeth's PoV

Sudah dua minggu sejak kejadian yang buruk itu terjadi kepadaku. Aku pikir sudah cukup aku berlarut-larut dalam kesedihan seminggu yang lalu. Aku tidak mau melihat Mom bersedih karena aku yang selalu mengurung diri dan tidak nafsu makan.

Saat itu Dad marah dan memaksa untuk melapor pada polisi. Pada awalnya aku setuju. Namun dengan segera aku mencegahnya karena aku tidak mau nama baik Dad tercoreng atas apa yang terjadi padaku dan juga karena berurusan dengan polisi. Aku pun tidak tahu identitas dan wajahnya seperti apa. Tidak ada ciri-ciri fisik lain seperti tanda lahir atau apapun semacam itu, selain rambutnya yang gondrong. Yang ku ingat badannya bersih, tidak seperti penjahat--ya aku menganggap nya penjahat--kebanyakan yang mempunyai tato. Akh, aku memang bodoh.

Selain itu, apa yang akan aku dapatkan jika aku melapor pada polisi dan penjahat itu berhasil ditangkap lalu dipenjarakan? Apa aku akan mendapatkan kehormatan ku kembali? Tidak. Katakan Aku bodoh karena memutuskan hal ini. Aku pikir sekarang saatnya melanjutkan hidup. Meskipun bayang-bayang akan semuanya kadang muncul begitu saja. Sulit sekali memang, namun aku mencoba untuk mengikhlaskannya.

Dan kalian tau? Dad sempat tidak setuju dengan ku. Karena Dad sangat menyayangi ku. Dia tidak peduli dengan semuanya. Yang dia khawatirkan hanyalah aku. Namun, aku tetap membujuk Dad hingga akhirnya Dad setuju dengan keputusan yang ku ambil.

Aku memutuskan untuk bangkit dari keterpurukan ku dari seminggu yang lalu. Aku mengubah kembali penampilanku seperti sebelumnya. Ya, aku kembali mengecat rambutku menjadi warna hitam kecoklatan. Setelah sempat aku warnai dengan warna pirang. Selain itu aku juga sudah melakukan segala perawatan yang ada di salon favorit ku.

"Pyuuuhh. Sangat melelahkan ternyata." Aku berkata pada diriku sendiri. Saat ini aku sedang membereskan segala keperluan yang mungkin akan ku perlukan di London.

Ya, aku akan pindah ke sana. Bersama orang tuaku. Selain karena tidak ingin mengingat kejadian buruk itu, ayah ku akan ada urusan bisnis yang kemungkinan akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Jadi kami putuskan untuk pindah. Dan rumah ini akan tetap menjadi milik kami. Karena Mom dan Dad pikir, suatu hari nanti kita akan rindu rumah ini.

Dan kalian tahu? Aku sudah sangat merindukan adikku Albert Nicholas Anderson. Aku akan segera bertemu dengannya. Dia sekarang sedang menyelesaikan sekolah tahun akhirnya di sebuah high school ternama di London. Dia memutuskan untuk bersekolah di sana saat itu karena banyak teman-temannya yang pergi bersekolah di sana. Huh, dasar ikut-ikutan. Tapi dia memang anak yang cerdas, dia mendapat beasiswa saat sebenarnya keluarga kami sangat mampu untuk membayar sekolahnya, dimana pun itu. Maaf, bukan berniat sombong, tapi itu kenyataan.

Albert tidak tahu menahu tentang kejadian yang menimpa padaku, dan juga tentang kepindahan kami ke sana. Biarlah ini menjadi kejutan untuknya. Persetan jika dia akan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di sini. Dia sangat sulit dihubungi akhir-akhir ini.--mungkin karena dia siswa tingkat akhir-- Aku juga tidak mau dia terbawa emosi jika aku menceritakannya. Ya, dia anak yang sangat emosional. Oh, aku jadi semakin rindu padanya.

Oh ya sahabatku Giselle, dia sangat menyesal dan terus meminta maaf atas kejadian yang terjadi padaku. Dia mengira aku pulang dengan sengaja meninggalkan tasku di pesta sampah itu. Aku menceritakan semuanya pada Giselle saat dia datang untuk mengembalikan tasku. Dia marah, sampai-sampai menyumpah serapahi lelaki bajingan yang tidak ku ketahui identitasnya itu. Setelah bercerita entah kenapa dia malah menangis dan langsung memelukku. Dan saat itu aku memang sedang sangat rapuh sehingga aku pun tidak tahan untuk tidak ikut menangis. Dan akhirnya kami berdua menangis. Ah, dia memang sahabat terbaikku.

Hari ini adalah jadwal penerbangan ku. Aku akan pergi bersama orang tuaku dan juga Giselle. Apa aku lupa bercerita? Ya, dia juga akan pergi ke London. Ada sebuah tawaran pekerjaan yang sangat menggiurkan di sana. Itu sangat bagus. Aku juga berpikir nanti aku akan mulai membangun sebuah boutique di sana dengan semua hasil desain ku yang nanti akan dipakai para model terkenal. Oh, aku sangat menantikan hari itu. Itu impianku sejak dulu.

Emergency Husband (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang